Di balik kehidupan yang terlihat tenang, tersimpan kisah penuh rahasia dan pengkhianatan. Seorang pria telah memendam perasaan selama hampir dua dekade, menyaksikan dari jauh tanpa pernah ada yang tahu, terjebak di antara cinta dan rahasia kelam kel...
"Ada untaian kata, juga rahasia dalam setiap jiwa. Yang mungkin tidak berani, atau bahkan tidak bisa mengutarakannya hanya sebatas sang pencipta yang tahu akan tiap rahasia penduduk bumi, tanpa perlu di utarakan."
Selamat menikmati bacaan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Angin terasa sejuk manyapu permukaan kulit yang bahkan sudah tertutupi kain tebal kala awan nimbostratus menutupi sang baskara sepenuhnya.
Salah satu dari tiga wanita berbeda usia tampak gelisah, netra nya bergerak tak beraturan, ia merasa awas, saat terasa sensasi geli menggerayangi tengkuknya.
Berusaha mengalihkan pemikiran negatif yang mulai terlintas. Tanpa sengaja, netra itu malah terpaku pada dinding kaca di hadapannya, suara sekeliling senyap seketika bak ditelan bumi.
Fokus sang gadis saat ini adalah sebuah dinding kaca besar yang berjarak dua langkah dari tempat ia berdiri.
"Naa," membeliak, deru nafasnya memburu, reaksi spontan pada tubuh kala merasa terkejut menerima tepukan keras pada pundak.
"Lo kenapa bengong sih, dari tadi di tanyain Mama."
Mengerjap kan mata, ia pandangi dua wanita di hadapannya, masih belum menanggapi lontaran kata dari lawan bicara.
"Ivona!"
"-Na!"
"Ivona? Kamu dengar?" beberapakali tepukan pada pundak, lagi-lagi Ivona terima.
"Maaf Tan," menggigit pelan pipi bagian dalam, Ivona menoleh sepenuhnya ke arah Mawar.
"Di dalam situ ada orang ya Tan?" balik bertanya tanpa memberi jawaban yang ingin didengar lawan bicara.
Kembali menoleh ke arah sebelumnya, Ivona—menyipitkan mata dengan dahi mengerut tipis, seolah berusaha menembus dinding kaca itu, tatkala masih merasa seperti ada yang mengawasi.
Saat masi sibuk dalam pikiran masing-masing. Ketukan irama pantofel terdengar bersahutan dari arah lain.
Ketiganya kompak menoleh mendapati presensi selain mereka di tempat itu, sementara Ivona—memiringkan kepala berusaha melihat karena sedikit terhalangi oleh Lala.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.