BAB 25

49.4K 3.4K 86
                                    

Keputusan Amora mendaftar ke Universitas Swasta Dwarka Dharma disambut sukacita oleh Milla. Mama Narendra itu benar-benar menunjukkan kegembiraannya saat makan malam rutin keluarga Wajendra dan Hardinata dilaksanakan seperti biasa.

"Mama seneng banget Mora mau masuk Dwarka Dharma juga," Milla merangkul erat pundak Amora.

"Mora udah keterima, kok, Ma," beritahu Amora seraya membalas rangkulan calon mertuanya.

Milla menatap wajah Amora dari samping dengan kaget. "Lho, beneran, Sayang?"

Amora mengangguk sekali. "Mora udah resmi jadi mahasiswa baru di jurusan Sastra Inggris-nya Dwarka Dharma."

"Astaga, astaga!" kedua tangan Milla langsung merangkum pipi Amora dan mengusap-usapnya sayang.

"Mora diam-diam sudah mendaftar di jurusan itu lewat jalur seleksi akademik. Saya juga kaget waktu tau-tau dia kasih lihat hasil pengumuman seleksinya," beber Alan bangga.

"Ya Tuhan, I'm so proud of you, Sweetheart," Milla kembali merangkul Amora dan mengusap-usap sisi kepala gadis itu.

"Bang Naren juga lolos masuk Dwarda lewat jalur akademik, tapi Mama nggak segitu hebohnya, deh," celetuk Bianca di ujung meja.

"Abang kamu juga kalau nggak lolos seleksi jalur normal tetep bisa kuliah di sana lewat jalurnya Opa. Jadi Mama nggak punya ekspektasi terlalu tinggi soal itu," kata Milla enteng, sementara Narendra sudah memutar bola matanya malas.

"Tapi nyatanya dia bisa masuk Dwarka Dharma dengan usahanya sendiri. Jadi Mama pastinya juga bangga sama Abangmu," tambah Milla, memberikan senyuman hangat pada anak sulungnya.

Wajah sebal Narendra luntur, digantikan oleh ekspresi canggung sekaligus malu. Mamanya itu jarang memujinya, sehingga Narendra tidak tau harus bereaksi bagaimana.

Amora tersenyum mendapati telinga Narendra yang memerah, tanda laki-laki tersebut benar-benar salah tingkah.

"Mama jadi pingin kasih Mora hadiah, deh. Gimana kalau buat acara prom night besok Mama aja yang siapin gaunnya Mora?" Milla berbinar-binar saat mengutarakan keinginannya.

"Eh, nggak perlu, Ma. Mora masih ada gaun yang belum pernah dipakai, kok. Nggak perlu yang baru," dengan cepat Amora menggoyang-goyangkan kedua tangannya.

"Yah... gitu, ya?" raut antusias Milla mulai surut. Wanita itu mulai memasang ekspresi murung andalannya.

Strategi yang hampir selalu Milla pakai demi melancarkan rencana-rencananya.

Dan benar saja, tidak sampai lima detik, suara Amora kembali terdengar.

"Hmm, boleh, deh, Ma," cicit gadis itu akhirnya, merasa tak enak karena membuat Milla lesu.

"Tapi gaun aja, ya. Yang lainnya biar pakai punya Mora yang udah ada," tambah Amora pelan.

Bukan apa-apa, semenjak merasakan kehilangan segalanya di kehidupannya yang lalu, Amora jadi lebih menghargai seluruh hal yang dimilikinya saat ini. Terlebih lagi soal uang.

Sekarang, Amora tidak mudah tergiur membeli aneka barang branded keluaran terbaru, atau mengejar trend yang sedang naik. 

Seluruh barangnya masih terjaga dengan baik dan bisa digunakan. Ia tidak mau membuang uangnya hanya demi memenuhi keinginan atau kepuasannya sendiri.

Di samping Amora, wajah Milla sudah sumringah lagi. "Tenang aja, nggak usah dipikiran soal itu. Mama bakal pilihin gaun paling cantik dari koleksi terbaru Haute-Couture musim ini," serunya berapi-api.

FIX YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang