37

59.2K 1.2K 173
                                    

"Sorry, Na" Aneska menoleh pada Anna yang sedang menyetir. Saat ini Anna sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Hum?" tanyanya sambil sesekali menatap Aneska.

"Gara-gara gue kencan lo jadi berantakan" Aneska menunduk sedih. Ia merasa bersalah.

Saat ini mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang. Anna memang berniat mengantarkan Aneska pulang karena tidak tega melihat sahabatnya sedang dalam bersedih namun ia sudah izin dengan pacarnya agar pulang lebih dahulu.

"Santai aja gapapa, apasih yang engga buat lo, ca?"

Aneska terkekeh pelan. Memang sahabatnya cocok di juluki sahabat.

Ia sudah mendingan. Senyumnya yang hilang kini muncul meski sedikit dipaksa, ralat namun sangat dipaksa olehnya.

Untuk saat ini ia akan memilih mengikuti alur kehidupannya. Mengikuti kemauan Torrez atau kakek Gavin, menjauh dari Gavin, dan menikmati liburan panjangnya. Ya liburan kenaikan kelas selama sebulan lamanya akan ia gunakan untuk metime.

Tapi kenapa rasanya tidak bersemangat? padahal sudah lama ia nantikan.

ah sudah lah

Aneska menatap kaarah jalanan, sedikit bingung karena jalan yang biasa ia lewati terkesan sepi padahal sedang jam makan siang.

Ting

Ia menatap layar ponselnya

besok kakakmu pulang, mama sudah rindu. Adek jangan keluyuran ya! langsung pulang.... itu taman belakang adek bersihkan juga..!..

Tidak membalas sama sekali, Aneska kembali menatap jalanan.

Dasar anak emas.

Ting

Aneska mengerutkan keningnya tidak suka dengan notifikasi ponselnya. Mengapa sangat menganggu?

Torrez
Jauhi cucu saya!!!

Aneska mendekatkan ponselnya, ia membaca dengan sangat teliti. Apasih mau tua bangka satu itu? Bukankah Aneska sudah menuruti kemauannya? Aneska sudah menjaga jarak dengan Gavin.

"Kenapa ca?"

Menatap Anna, Aneska berusaha terlihat tidak terjadi apa-apa. Untuk yang satu ini Aneska tidak ingin membaginya dengan Anna.

Ia tersenyum "Gak kok gapapa"

Memang sudah pikun, Aneska ingin berucap kasar pada kakek Gavin namun ia masih paham sopan santun.

Huh! biarkan saja.

Toh tidak ada untungnya jika Aneska membalasnya.

Aneska tidak akan membalas pesan dari siapapun. Baik mamanya maupun kakek tua itu, ia butuh jarak. Mereka sudah sangat menganggu pikiran Aneska. Pikirannya kacau dan hatinya hancur.

Aneska menunduk, bibirnya kembali melengkung. Jauh didalam lubuk hatinya ia merindukan Gavin. Ia merindukan pelukan hangat pria itu.

Hatinya kembali sakit, mengingat hal-hal seru yang sering mereka lakukan. Aneska belum siap untuk semuanya, ia ingin pulang. Pulang pada pelukan hangat itu...

Ting

Ini siapa lagi sih?

Berani-

"AAAAAHKKKKK" Teriak Anna mengalihkan atensi Aneska.

Aneska membulatkan matanya dan.....

BRUKKK

TBC

GAVIN 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang