Di balik kehidupan yang terlihat tenang, tersimpan kisah penuh rahasia dan pengkhianatan. Seorang pria telah memendam perasaan selama hampir dua dekade, menyaksikan dari jauh tanpa pernah ada yang tahu, terjebak di antara cinta dan rahasia kelam kel...
"Menangkap satu sampah saja tidak bisa, huh?" sebuah ponsel melayang, mendarat cukup kuat di kepala salah satu dari beberapa manusia berjas hitam di hadapan pria yang kini tengah diliputi kabut amarah.
Tidak ada bantahan ataupun lontaran kata lain dari mereka, bahkan! helaan nafas pun nyaris tidak terdengar, suasananya benar benar mencekam bagi yang ada di ruangan itu.
Hanya sebatas irama ketukan jari pada meja yang di ciptakan oleh pria tampan dengan rahang tegas, kulit kecoklatannya amat sangat memikat untuk kaum hawa, belum lagi tatapan matanya yang nyaris melumpuhkan lawan bicara, tanpa menyentuh.
"Keluar, tangkap sampah itu dan awasi milik saya dari jauh," deretan kata tersebut langsung menggerakkan beberapa manusia yang berdiri bak patung di hadapan pria itu sedari tadi.
"Sialan!"
Jemarinya bergerak melepas simpul dasi yang terasa cukup mencekik usai kabar yang di dapat, lalu melepas dua kancing kemeja bagian atas, sebelum menyamankan posisi duduk pada sofa di ruang kerjanya.
✿ ✿ ✿
Ivona barusaja menyelesaikan kegiatan sarapannya usai memastikan Lidia, sang ibu meminum obat yang telah di siap kan oleh perawat, menatap lekat wajah cantik Lidia, yang tengah balik memandangi.
Mulut Ivona terbuka ingin mengatakan beberapa hal yang ia dapat kemarin, tapi urung untuk mengatakan disaat kondisi sang ibu tidak bisa di katakan baik.
"Ngelamunin apa sayang?" lontaran tanya itu membuyarkan lamunan Ivona, hening! masi belum menjawab pertanyaan sang ibu, Ivona jatuhkan kepalanya pada sedikit ruang kosong di samping brankar, menerima usapan hangat yang di hadirkan Lidia untuknya di kepala.
"Sayang nya Ibu kenapa? ada yang mau di bicarakan?" masih memilih bungkam tidak menjawab.
Ivona bingung, ia tidak tahu cara mengatakan isi kepala nya yang cukup kusut memikirkan biaya kuliah juga mengatakan dirinya putus dengan sang kekasih?
Tidak tepat rasanya, pria itu telah menjadi mantan kekasih Ivona, bukan hanya itu, Ivona juga telah dipecat dari pekerjaan paruh waktunya, jadi tidak mungkin bukan? jika menyampaikan itu semua pada Lidia sekarang?
"Ivona, kamu denger Ibu kan?" mengerjapkan mata beberapa kali, dan garukan pelan di pipi menandakan Ivona tengah bingung, ibunya mengatakan apa memang? ini tidak baik, sangat tidak baik, Ivona kedapatan melamun sejak kemarin, semoga saja sang ibu tidak mendesak dengan lontaran kata atau pertanyaan lain.
"Ibu istirahat ya, Vona mau keluar sebentar, gapapa kan?" lebih baik menghindar dulu, itu adalah pilihan dari opsi lain yang paling tepat menurut Ivona.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
flashback on.
"Putus," anggukan pelan sebagai tanggapan, melangkah pelan guna mendekat dengan lawan bicara, Ivona menatap lekat sepasang netra di hadapannya sembari sedikit memiringkan kepala.
"Kenapa? bukannya kita baik baik aja ya?" jeda, ia basahi bibirnya yang terasa kering, agar sedikit lembab, juga menghalau getaran kekecewaan yang ingin menyeruak.
Gadis itu tidak ingin terlihat lemah, tidak ingin di kasihani, pun tidak akan meminta hal serupa, Ivona akan menerimanya dengan suka rela. Ia bukan wanita yang haus akan kasih sayang dari lawan jenis.
Menjalin hubungan juga karna ingin mencoba hal baru, alasan yang cukup klise tetapi itulah adanya walaupun berjalan beberapa tahun, Ivona tidak akan menahan jika sang mantan ingin pergi, ia hanya sedikit kecewa tidak lebih. Hanya sedikit, karna sudah tahu alasan di balik sang mantan mengakhiri hubungan dengannya.
"Tiba tiba banget? emang kenapa? bosan ya?" lagi-lagi Ivona layangkan beberapa pertanyaan, dikarenakan sang mantan yang tidak tahu malu itu masi bungkam sedari tadi, "ga di jawab nih? aku ga bakal nahan padahal, cuma mau kamu jujur aja."
Masih sama! tidak ada jawaban, yasudah, sepertinya pria di hadapannya ini mendadak bisu.
"Harus banget ya, mutusin aku di hari ini? seharusnya nunggu besok aja, surprise nya keren tapi, makasi ya, aku pergi dulu, hati hati kamu, udah mau ujan soalnya," baik sekali kamu Ivona, masi menyuruh seorang mantan kekasih untuk berhati-hati dikarenakan mengetahui, jikalau pria itu tidak bisa terkena hujan, ck lemah.
flashback off.
segini dulu kilas baliknya♡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.