Memutuskan kembali ke penthouse. Karena sang istri meminta untuk segera pulang. Kabar bahagia sudah di dengar oleh nya, hanya mereka berdua yang tau. Memarkirkan mobil di halaman. Melihat motor sang anak yang sudah pulang ke rumah mereka.
"Giel sudah pulang dad?." Tanya jennie.
"Seperti nya sudah ma. Itu ada motor nya."
Melepaskan seat belt nya tanpa menunggu sang suami membukakan pintu mobil, dia sudah bergegas keluar.
"Aishh, tidak bisa kah sabar sedikit." Kesal lisa menyusul jennie.
"Seperti nya mereka berdua tidak melihat keberadaan ku." Ucap nya memutar mata nya malas. Saat ingin membuka pintu mobil. Mobil itu malah terkunci.
"Yakkkk daddyy, mommy." Teriak nya
"Rasa ingin berkata kasar, tapi aku anak tuhan yang taat jadi tidak boleh. Tapi liat saja nanti, akan ku diamkan sampai mereka memohon kepadaku. Gara-gara lelaki sialan itu, eh tidak boleh berkata kasar. Maaf tuhan." Memilih bermain ponsel nya, bermain game tidak menelpon orang tua nya.
"Sayangg tunggu, jangan buru-buru. Ingat di badan mama itu ada nyawa kecil yang bertumbuh."
Seketika ingat ucapan suami nya, memilih memelankan jalan nya.
"Mian dad mama lupa." Ucap nya bersalah.
"Tidak apa ma, lain kali harus hati-hati."
Jennie mengangguk dan merangkul lengan lisa. Melangkah memasuki rumah kediaman mereka. Benar-benar melupakan anak mereka yang tertinggal di mobil.
"Giell." Teriak jennie.
Namun tidak ada sahutan apa pun.
"Dimana dad?." Tanya nya
"Kita ke kamar nya saja."
Dan benar ternyata anak itu ada berada di kamar sedang terisak memeluk erat guling nya
"Giel." Panggil lirih ibunya.
Mendengar suara yang di kenal nya mengalun pelan di telinga nya. Membuat isak tangis itu menjadi nyaring.
Jennie mendekat dan duduk di tepi kasur milik anak nya. Mengelus kepala anak nya dengan lemah lembut. Lisa hanya berdiam diri di tempat nya menyaksikan interaksi kedua nya.
"Giel pasti sedih kan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Maafkan mama nak sudah menyembunyikan ini. Mama tidak bermaksud nak. Mama terlalu bahagia melihat anak mama tumbuh menjadi anak yang berprestasi dan membanggakan orang tua nya. Mama jelaskan. Mama itu dulunya baby sisttermu nak. Pengasuh mama hanya pengasuh. Mama tidak ada niatan ingin merebut posisi ibu nya giel. Namun giel harus tau nak, giel sewaktu baru bisa mengucapkan sepatah kata. Giel memanggil mama buka nanny. Tapi mama. Mama mencoba membantah itu namun giel malah menangis. Dan daddy giel mengizinkan giel menyebut pengasuh giel ini dengan sebutan mama." Dengan kondisi masih belum stabil menjelaskan semua nya. Sebenarnya dia masih pusing dan wajah nya pun masih terlihat memucat.
"Lalu dimana ibu kandung giel?." Tanya nya
"Ibu mu sudah tiada, beberapa menit saat membawa mu kedunia ini." Sahut ayah nya.
"Ibu mu sudah bersama tuhan giel! Jika kau tidak percaya nanti akan ku tunjukan dimana ibu mu dimakamkan."
"Kenapa, kau masih tidak terima? Kau pikir aku menduakan ibumu? asal kau tau giel. Kehilangan sosok yang paling kita cintai itu rasa nya sangat menyakitkan. Kau lihat sosok yang di sebelahmu itu? Dia yang membantu ku untuk bangkit. Memberikan semua yang dia punya. Cinta, kasih dan sayang. Melakukan apapun untuk kita. Bahkan tadi dia hadir menyaksikan mu bertanding. Kau lihat wajah nya giel. Dia pucat, aku sudah melarang nya untuk pergi tapi dia tetap kekeh dengan pendirian nya. Dia sudah banyak terluka giel. Jadi apa kau ingin menyakiti nya juga? Mana giel kecil dulu? Yang sangat mencintai ibunya itu. Jika kau masih berat hati menanggapnya sebagai ibumu. Tidak apa. Kau urus dirimu sendiri." Ucap Marah ayah nya dengan lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY SISTTER
RandomDisaat teman sebayanya melanjutkan pendidikan ke universitas, jennie memilih untuk bekerja. Keterbatasan ekonomi membuat diri nya mengubur semua cita-cita yang di impikan nya sejak kecil yaitu menjadi seorang dokter. "Aku hanya orang miskin sebatang...