02

237 16 0
                                        

Sesaat kemudian yoshi mengalihkan pandangannya dari televisi ke arah cangkir di tangannya.

Ia menatap gumpalan ampas kopi yang mengendap hitam di dasar gelas, pekat seperti hari-hari kelam yang ia jalani sejak peristiwa besar itu lima tahun yang lalu.

kembali dia menatap ke luar, ke arah salju yang semakin deras menumpuk di jalanan yang sepi.

Penyiar di televisi masih melanjutkan beritanya, berbicara tentang bagaimana insiden ini menjadi peringatan bagi siapa saja yang merasa terpuruk akibat cinta.

“Terkadang, beban perasaan itu begitu berat hingga kita tak tahu ke mana harus mencari pelipur lara,” katanya pelan.

“Dan ketika tak ada seorang pun yang bisa membantu… kita bisa merasa kehilangan arah.”

Saat kata-kata itu keluar, ia mendengus pelan, seperti mendengar sesuatu yang menyentuh bagian terdalam hatinya.

Sebuah senyuman kecut tersungging di bibirnya, namun tak sampai ke matanya.

Sebuah luka lama yang ingin ia lupakan akhirnya kembali terbuka.

Dia terus menatap keluar jendela , sementara suara televisi perlahan memudar, tenggelam di tengah pusaran pikirannya yang berkecamuk di balik sorot matanya yang sayu.

Setitik air mata akhirnya lolos dari pelupuknya yang mengembun; ia tertawa pelan dengan getir, menertawakan kebodohannya di masa lalu.

“Bukankah aku sudah sembuh?” gumamnya pada diri sendiri.

“Ah, ternyata luka yang kukira telah rapat itu hanya menunggu saat untuk kembali terbuka…

"hanya dengan mendengar kisah serupa, lubang di dadaku kembali menganga.”

Andai saja….

Hari itu ia berbalik, kembali menatap sosok di masa lalunya, dan mengatakan bahwa ia sangat mencintainya.

Andai saja….

Hari itu ia mengambil tangannya dan berkata bahwa apa pun yang akan mereka hadapi di depan, selama masih saling menggenggam satu sama lain, mereka pasti bisa melewatinya.

Andai saja….

Sering kali yoshi kehilangan suara saking dalamnya ia menangis dan dadanya nyeri ampun-ampunan begitu kejadian itu terputar kembali di dalam ingatannya.

Langkah kakinya membawanya terlalu jauh. Harusnya ia berbalik mengatakan bahwa semuanya bohong.

Tidak ada yang terjadi antara dirinya dengan Jihoon.

yoshi hanya mencintainya. Hanya dirinya seorang.

Dengan lembut ia mengusap air matanya, menyadari betapa mudahnya bayangan itu menyusup ke dalam hatinya yang rapuh.

Di kepalanya, terlintas bayangan wajah yang lama ia coba lupakan.

Wajah yang kini hanya hidup dalam ingatan, dan yang mungkin, tanpa dia sadari, telah memicu kenangan yang membuatnya memilih untuk tetap berada di sini malam ini, mengasingkan diri dalam keheningan.

That Day (Hwanshi) ✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя