36

59.5K 1.2K 164
                                    

Kalian harus dengarin lagunya!!

---

"Selamat pagi, Bapak Dewa"

"Pagi Miss"

"Saya-"

Drttt drttt

"Sebentar saya angkat handphone, Miss"

Dewa berdiri dan berjalan menjauh untuk mengangkat panggilan teleponnya.

"Aneska kenapa melamun, nak?"

Aneska tersentak, Ia tersenyum kaku pada Bu Sitti. Meremas tangannya yang terasa dingin. Degup jantungnya masih berpacu sangat cepat akibat eye contact seperkian detik dengan Gavin.

bagaimana ini?

Apa ia harus berbicara pada Gavin dan menjelaskan semua? Tapi apakah Gavin akan percaya?

Atau,

Aneska tetap seperti ini dan langsung mengatakan pada ayahnya untuk pindah agar jauh dari Gavin?

tapi bagaimana dengan kep-

"Adek"

Aneska langsung menoleh pada papanya.

"Papa ada meeting dadakan jam 10, Papa harus pergi sekarang. Mari Miss"

Tepat setelah mengucapkan hal itu, Dewa langsung saja pergi meninggalkan kelas. Ia meninggalkan Aneska dan Bu Sitti tanpa ada kejelasan mengenai rapor Aneska.

Aneska hanya bisa tersenyum miris, ia mengerti mengapa papanya mulai acuh tidak acuh. Karena kakak tertuanya akan pulang seminggu lagi.

Aneska mengambil rapornya dan menyalim Bu Sitti.

"Permisi Bu" ucapnya.

Bu Sitti hanya bisa terdiam, ia merasa iba melihat orang tua seperti Dewa yang tidak bisa memprioritaskan anaknya.

Aneska memeluk rapornya dan berjalan cepat keluar dari gedung sekolah, sungguh ia takut jika harus berhadapan dengan Gavin.

"Caca"

Aneska langsung menoleh, menatap Anna yang sedang berdiri dengan kakak kelas mereka.

"Hai" Ucap Aneska.

"Tumben sendiri Ca, Gavin mana?"

Aneska tidak menjawab, ia mengigit bibirnya dan meremas kuat rapornya.

Dengan cepat Aneska memeluk Anna, menenggelamkan wajahnya di bahu perempuan itu. Saat ini yang Aneska butuhkan adalah pelukan hangat.

"Hey ada apa?"

Aneska memilih diam dan mengeratkan pelukannya. Mengerti situasi, Anna menyuruh Pacarnya menjauh dengan lirikan matanya.

"It's okay"

Anna mengelus rambut Aneska. Meskipun belum memahami apa yang terjadi tapi Anna tau pasti penyebabnya Gavin.

Huh!

Dasar pria, ternyata semua laki-laki itu sama saja. Mereka akan manis dan meninggalkan perempuan sesuka hati mereka, Bajingan.

Sebelumnya Anna yakin Gavin tidak mungkin menyakiti Aneska karena perlakuan pria itu sangat manis pada Aneska. Semua orang sudah memahami gerak-gerik Gavin, hanya Aneska saja yang kelewat tidak peka.

"Kita ke mobil gue aja"

Anna merangkul Aneska, ia merasa sedih melihat sahabatnya murung.

"Lo boleh cerita sama gue, apapun akan gue denger tanpa judge Lo. Okay?"

Aneska mengangguk pelan. Ia duduk bersandar pada jok depan pada mobil Anna.

Menatap lurus ke depan, apa yang harus ia jelaskan pada Anna? Dari mana dulu? atau bagian yang mana saja?

Sungguh hatinya sangat sakit.

"Caca, denger"

Anna mengubah duduknya sehingga menghadap sepenuhnya pada Aneska.

"Lo dan Gavin..." Aneska langsung menoleh menatap mata Anna.

ah, Anna mengerti.

"Bertengkar?"

Aneska mengalihkan matanya, Menatap pada hal lain lalu menggeleng.

"Lalu?"

"Gue-"

Ia menjeda ucapannya kemudian memejamkan matanya dan membuka kembali. Menarik nafasnya,

"Gue gak tau harus memulai dari mana Na, tapi yang pasti gue dan Gavin udah gak punya hubungan apapun tapi, yang lebih tepatnya kita memang gak punya hubungan. Gue Memilih menyudahi semuanya, bahkan komunikasi dengan Gavin juga gue tutup. Gue capek Na, kita itu gak punya kejelasan"

Akhirnya, meskipun belum semua setidaknya sudah ada yang Aneska keluarkan dari isi hatinya.

"Gue-gue hiks..."

Aneska menutup wajahnya dengan telapak tangannya, akhirnya ia menumpahkan tangis yang sedari awal ia tahan. Tangisnya yang terdengar menyedihkan benar-benar menyentuh hati Anna.

Semua salahnya.

Seharusnya sedari awal ia tidak memaksa untuk mengerjakan tugas sialan itu, Seharusnya ia tidak nekat mencium Gavin, seharusnya ia meminta pada Bu Sitti untuk menganti partner tugasnya, Seharusnya ia menjauh dari Gavin, seharusnya ia bisa menjaga keperawanan.....

Seharusnya! seharusnya! seharusnya! semua sudah tidak berguna!

Ia meremas kuat rambutnya dan memejamkan matanya, ternyata jatuh cinta sendiri sesakit ini.

Ingin sekali Aneska berteriak tepat di wajah Gavin. Kepalanya sakit memikirkan hal yang sudah terjadi,
pikirannya bercabang.

Ia...

menyerah.

"It's okay ca, Nangis aja gapapa" Anna menarik Aneska kedalam pelukannya. Tidak berniat menghakimi Aneska sama sekali.

Dasar Pria!

"Lo tau ca, hubungan kalian memang gak sehat. Dengan dia yang gak beri Lo kejelasan sejak 6 bulan terakhir juga udah menandakan kalau kalian itu HTS" Ucap Anna.

"Lo tau..

if he wanted he would"

tbc

CLOSE TO ENDING GUYS AAAAAAAA.
Tapi sedari awal memang hubungan mereka itu gak sehat guys, apasih yang kalian harapkan dari pria dingin seperti Gavin? 🤷🤷🤷

NOTED!!

gak ada yg bilang sad ending ya
.

see u ols

GAVIN 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang