Chapter 2

48.6K 3.8K 417
                                        

Dylan mengemasi sedikit bajunya lalu pulang kekampung halaman.

Sudah 5 tahun ia tak melihat perkembangan desa itu.

Betapa kagetnya ia melihat kampung yang dulunya kumuh, kini dibangun dengan indah juga ada beberapa sekolah baru disana.

Sampai disana, orang orang menyambutnya dengan rasa terima kasih juga syukur karna kesejahteraan warga disana itu karna suaminya.

Ratusan anak anak yang dulunya tak punya cita cita dan putus sekolah, kini mereka bisa melanjutkan pendidikan karna berkerja di petambangan minyak Gales.

Dylan semakin bimbang akan keputusannya untuk bercerai dengan Gales. Gimana nasib ratusan orang ini jika dipecat karna dirinya?


.



Gales datang menyusul Dylan karna dua hari ia tak pulang kerumah. Dengan mudah Gales menyeretnya pulang dengan kasar.

Dylan begitu kaget karna ini kali pertamanya Gales bersikap kasar.

Bahkan mereka sempat saling memukul dan membuat bibir keduanya robek, namun karna Gales membawa bodyguard, Dylan kalah jumlah dan kedua tangannya benar benar diseret dan diborgol dengan pegangan didalam mobil Gales.

"Mau kabur hm? Pernikahan saya dan Ayana tinggal beberapa hari lagi, saya tidak mau kamu tidak terlihat disana"

"Peduli apa anda dengan hidup saya!" Balas Dylan.

"Saya tidak mau orang lain beranggapan negatif diacara itu, kebahagiaan Ayana nomor satu buat saya"

Mendengar itu bibir Dylan mulai bergetar, Dylan segera memalingkan wajahnya agar air matanya tak terlihat oleh Gales. Ia merasa memang tak ada tempat dan arti bagi pria tampan disampingnya saat ini.

Tak tau kapan mereka sampai, Dylan sudah dikamarnya dan itu berarti?

Dylan digendong oleh seseorang.

Tapi siapa? Tidak mungkin itu Galeskan? Pasti supirnya.

Lukanya juga sudah diobati karna ia melihat salep dinaskas samping tempat tidurnya

"Tuan muda, tuan Gales meminta anda untuk kebutik untuk memesan baju diacara pernikahan nanti" ucap seorang pelayan ndan itu membuat Dylan mengepalkan tangannya dibawah selimut meski wajahnya tampak tenang.



.



Dylan sedang membeli baju untuk wisudanya, alih alik kebutik, dia melakukan apa yang dia inginkan lebih dulu, tak membutuhkan waktu lama ia menemukan pakaian yang pas untuk tubuhnya.

Dylan masih harus kembali praktek kerumah sakit karna ini sangat penting untuk melanjutkan pendidikan Profesinya.

Baru sampai ia sudah mendapati keributan di UGD.

Karna dokter jaga hanya dirinya, Dylan buru buru memakai jas putihnya.

Pasien mengalami Gerd dok, ucap salah seorang perawat.

Dylan mengerti, ia memakai kaca matanya lalu ke bilik dan melihat seseorang dengan pakaian formal lengkap meringkuk kesakitan disana.

"Bantu lepas ikat pinggangnya sus" ucap Dylan dengan suara lembut yang begitu menenangkan, sedangkan Dylan melepas jas dan membuka kancing kemejanya.

Dylan memeriksa dan mendengar detak jantung pasien yang dua kali lebih cepat. Pasti rasanya sangat sakit.

"Apa sakit disini?" Tanya Dylan saat menekan perut pria itu.

Dear HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang