t i g a t i g a

Mulai dari awal
                                        

"Kenapa? Maksud kamu apa? Mau mempermainkan aku lagi?" lanjut Asyela juga mengaitkan beberapa kejadian yang menurutnya bersangkutan.

"Kenapa jadi kamu yang emosi?"

Asyela berdiri. Tiba-tiba merasa muak berdampingan dengan pemuda ini. "Tapi benar, kan, semuanya ulah kamu? Penjelasan kamu tentang itu juga belum kamu jelasin. Mau kamu apa sebenarnya?"

Artha terkekeh pelan, tubuhnya menjulang di hadapan Asyela yang hanya sebatas dadanya. "Serius, kamu tanya apa mau aku?" Tatapannya menyelami bola mata indah milik gadis itu.

"Dari dulu, Sye, kamu tau apa mau aku. Tapi kamu selalu beralasan untuk hal itu, kan?"

"Tiga tahun. Tiga tahun, Sye, aku selalu nunggu kamu untuk hal itu. Tiga tahun kamu menghindari itu, kan? Apa sekarang kamu bakal turutin, kalau aku jawab dengan gamblang malam ini, hm?" Artha meremas kedua bahu terbuka Asyela yang terasa dingin. Dress tanpa lengan Asyela pakai sesuai permintaan Shinta.

Gelengan Asyela menanggapinya. "Kamu. Kamu penyebab semuanya terjadi. Kamu yang buat aku berasalan untuk hal itu. Kamu yang buat kita asing--"

"KAMU YANG PERGI, ARA!"

Asyela tersentak. Bola mata legam milik Artha menatapnya tajam. Kedua tangan dibahunya semakin mencengkeram erat.

"KAMU YANG PERGI! KAMU YANG NINGGALIN AKU!"

Plak!

"ITU KARENA ULAH KAMU SENDIRI ARTHA!"

Panas. Artha terpejam. Tangan mungil itu berani menyentuh wajahnya dengan kasar. Menggambarkan betapa kecewanya Asyela pada dirinya.

"Dengan kamu melakukan semua ini, kamu berharap aku mau mengabulkan itu, hah?!"

"In your dream, Sayang!"

Asyela berbalik arah, meninggalkan Artha dalam gelap malam yang diterangi rembulan. Lantai dua kapal yang menyandar di tepi pulau, menjadi saksi bisu amarah terpendam kedua sejoli itu. Namun, langkahnya terhenti tatkala seseorang memeluknya dari belakang.

"Maaf ... tolong maafin aku, Sye. Aku sadar aku salah--hiks...."

"Lepas!"

Gelengan di bahunya Asyela rasakan. Usahanya untuk berontak pun sia-sia, Artha semakin mengeratkan dekapannya.

Pasrah. Asyela membiarkan kepala Artha mengusak surainya. Bahunya yang terbuka, basah karena pemuda itu. Asyela menghembuskan napas berat sambil memejamkan matanya.

"Tuan...."

Spontan Asyela melepaskan diri dari dekapan Artha yang juga sama terkejutnya.

"Maaf mengganggu. Saya hanya ingin mengantarkan ini."

Seseorang berpakaian serba hitam itu menyerahkan kotak beludru biru. Artha menerimanya, setelahnya pengawal berpamitan meninggalkan keduanya.

"Sye...."

"Aku nggak mau."

Artha mencekal Asyela yang ingin pergi. "Tunggu sebentar. Aku janji nggak akan lama."

Dibukanya kotak berwarna biru itu. Sedikit lebih panjang daripada kotak sebelumnya yang dibawa oleh Faraz. Dihadapkannya kotak tersebut pada Asyela.

"Se-asing apapun kita, benda ini tetap milik kamu."

"Tapi--"

"Apapun jawaban kamu dan bagaimanapun tentang kita nanti, kamu tetap pemiliknya. Tidak akan menjadi milik siapapun."

Kedua tangan Artha menggenggamnya erat. "Please ... I want to see you wear it again?"

o∆o

TBC!

PLIISSS KRISARNYA SUPAYA AKU BISA MEMPERBAIKI YANG MINUS MINUS. 😫😫

INI NASKAH ABIS DIREVISI MALAH ILANG TINGGAL BEBERAPA KATA. 😣😣
UNTUNGNYA ADA HISTORY REVISINYA, SUNGKEM DULU SAMA FITUR LENGKAPNYA WATTPAD. 🙏🏻🙏🏻

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN YEAH!!! 👉👉👉

SO THANK YOU FOR SUPPORT!
LOPE SEKEBON MWAH 💋💋💋

SEE U GUYSSS!!!

o∆o

Central Java,
Saturday, 2 November 2024

STALKER VS PROGRAMMER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang