32

53.3K 1.1K 63
                                    


"Ayo"

"Hum?".

"pulang"

Aneska mengalihkan tatapannya, melihat sekitar sambil berpikir. Ia kemudian membulatkan matanya dan menatap Gavin.

"Lo duluan aja"

Gavin menaikan alis kirinya seolah bertanya.

"gue di jemput sama suruhan papa" ucapnya menjelaskan.

Gavin hanya mengangguk singkat kemudian mengambil alih tas Aneska yang sudah berada digendongan punggung Aneska. Ia kemudian menggenggam tangan Aneska dan menarik perempuan itu.

Aneska sama sekali tidak melawan, meskipun sedikit bingung mengapa Gavin mengambil alih tas nya namun ia tetap diam mengikuti langkah Gavin.

Pria ini berjalan sangat santai, melewati lorong-lorong yang penuh dengan siswa/I yang sama halnya akan pulang.

Sudah bukan menjadi rahasia lagi, bagaimana kedekatan Gavin dan Aneska. Semua merasa heran namun tidak ada yang berani bertanya sehingga mereka harus menelan rasa penasaran mereka.

Tidak ada juga yang berani menyebarkan rumor.

Mereka berhenti tepat sebelum keluar dari gedung sekolah. Aneska menatap Gavin, ia memeluk botol minumnya dengan menggunakan tangan kirinya. Persis seperti bocah yang baru-baru pubertas.

"Handphone?"

Aneska tampak berpikir, berusaha mengingat dimana ponselnya. Ah mungkin didalam tas.

"Di tas-"

"Sorry" Gavin langsung mengambil ponsel Aneska yang berada pada saku bajunya.

Aneska hanya bisa diam, ia menatap Gavin yang terlihat serius membuka ponselnya.

Ponsel Aneska memang tidak memiliki pin berbeda dengan Gavin yang memakai pin di ponselnya. Ponselnya yang memiliki baterai health dibawah 60 membuat dia lebih sering meminjam ponsel Gavin karena selain ram nya yang besar, sangat cocok Aneska pakai untuk berselfi ria.

Itu sebabnya Gavin juga memberi tahu pin ponselnya, ia juga mendaftarkan sidik jari perempuan itu agar Aneska lebih mudah membuka ponselnya Gavin.

Tidak perlu heran karena Gavin tidak mempermasalahkannya. Kalian juga seharusnya sudah tau alasannya.

Setelah lama mengotak-atik ponsel Aneska, Gavin memberi ponsel perempuan itu pada Aneska dan menarik kembali Aneska keluar gerbang sekolah.

Ia menatap sekeliling mencari sesuatu, kemudian matanya tertuju pada salah satu mobil yang parkir diluar sekolah.

Ia mengetok kaca mobil itu dan melihat supir yang memakai masker. Gavin mengerutkan keningnya, Menatap curiga pada supir yang terlihat tersenyum dibalik maskernya.

"Halo mas"

Gavin tidak membalas sapaan pria tua itu, ia kemudian menatap Aneska. Entahlah, dia merasa tidak suka pada supir itu.

"Siapa dia?"

"Supir suruhan papa, ini juga mobil papa kok" Ucap Aneska.

Gavin tampak tidak yakin.

"It's okay Gavin, Lo boleh ikutin gue dari belakang kalau Lo gak percaya" Ucap Aneska tersenyum.

Gavin menghela nafasnya, ia membuka pintu jok belakang dan membiarkan Aneska masuk kemudian ia memasukkan tas perempuan itu.

Mengacak sekilas rambut Aneska, ia menutup pintu jok belakang. Dirinya langsung berlari kembali ke parkiran, mengambil motornya dan menyusul mengikut Aneska dari belakang.

Sedangkan Aneska menatap supir yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Pak ayok jalan, nanti papa marah karena kita lama"

"Ah iya-iya non" Ucap di bapak tersenyum dan meletakkan ponselnya di dasbor.

guys so sorry yaa lama up, aku baru selesai uts huhu dan baru ada waktu buat up Gavin.

oh iya aku ngakak banget baca komen kalian dan yang paling lucunya ada yang komen

"jangan ada yang namanya tokoh utamanya mati" 😭🤣😭🤣

Iyaa Gavin Aneska ga mati kok, amann guyss😭

Thankyouu buat teman-teman yang udah support dan dukung akuu, kalian emang terbaik 😘

GAVIN 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang