TDH - 59

25.2K 809 80
                                    

Setelah cerita ini tamat, gak bakal ada sequel apapun dari cerita Algrarez yaa. Aku ngomong ini dari awal, biar nanti kalian gak pada berharap hehhehe 🙏🙏☺☺

.
.
.
.
.
.

Sudah beberapa hari ini, Algrarez masih belum mendapatkan kabar apapun tentang Albara yang sejak tawuran beberapa waktu yang lalu langsung menghilang. Sebenarnya Algrarez tidak terlalu memusingkan dimana keberadaan manusia itu sekarang. Hanya saja, seperti ada yang ganjal. Pasalnya bukan hanya Albara saja yang tidak ada kabar, melainkan Savior juga.

"Albara masih gak ada kabar?" Tanya Algrarez yang membuat Gabriel menggeleng spontan.

"Albara masih belum keliatan, begitu pun sama anak-anak Savior yang lain. Anak-anak Savior yang kegep sama polisi kemarin pun kayanya masih ditahan disana." Dan yang Gabriel takutkan, Savior sedang menyusun rencana untuk menyerang mereka dengan pasukan besar-besaran.

Algrarez menghela nafas panjang, "Buat sementara ini, mending kita waspada. Filling gue kali ini gak enak anjir."

Yang lain pun hanya bisa diam mendengar itu. Untuk sekarang ucapan Algrarez memang ada benarnya juga. Mereka lebih baik cari aman, daripada cari masalah seperti kemarin. Yang hampir membuat mereka semua membusuk di penjara.

"Kita perlu nyari keberadaan Albara gak, sih? Seenggaknya kita tau apa alasan dia ngilang gitu aja." Dan selain itu, Benji juga khawatir jika Albara ternyata menghilang karena sedang dalam bahaya. Meskipun Albara sudah jahat ke mereka, hal itu tidak bisa mengubah fakta bahwa dulunya mereka semua berteman. Setidaknya sebelum kejadian tragis yang menimpa Kakaknya Zanna mengubah semuanya.

"Kalo menurut gue kita harus nyari dulu tuh Albara, apa yang diomongin Benji bener juga. Siapa tau, dia ngilang karena kenapa-napa. Atau lebih parahnya lagi nyusun rencana buat balas dendam ke kita." Jadi, untuk mencegah hal buruk terjadi. Kiran merasa bahwa apa yang diucapkan oleh Benji ada benarnya juga.

"Kenapa? Lo khawatir sama bajingan itu?" Tentu saja pertanyaan nyolot itu datang dari Kenzo. Mereka memakluminya, Kenzo seperti ini karena dia terlalu marah. Tapi, ini bukan saatnya mementingkan egonya sendiri. "Lagian mau dia mati pun bukan urusannya kita."

Algrarez membuang nafasnya kasar, "Lo kenapa, sih? Belum selesai juga marahnya?"

Kenzo berdecak lirih, "Gue gak tolol kaya lo. Kalo gue jadi lo, udah gue bunuh si Albara anjing itu!"

Benji yang duduk di sebelah Kenzo langsung menepuk bahu cowok itu agar sedikit tenang. Sementara itu Algrarez sendiri langsung menghabiskan es kopinya saat dirasa emosi sudah mulai naik.

Mereka sedang berada di kantin kampus. Sebenarnya mereka ada kelas sore nanti. Tapi, karena pagi ini Zanna ada kelas, jadinya Algrarez menunggu Zanna sambil ditemani oleh mereka. Sekalian nongkrong juga.

"Gue sebentar lagi jadi Ayah bngst! Kalo gue mikirin ego gue, gue juga bakal bunuh Albara asal lo tau!" Algrarez hanya tidak mau repot-repot mengotori tangannya untuk membunuh orang. Selain itu, dia memikirkan Zanna dan calon anaknya sekarang. Zanna dan calon anaknya jauh lebih penting, dibandingkan balas dendam yang justru akan menjerumuskannya ke penjara.

•••••


Pagi ini Algrarez dibangunkan karena ponsel milik Zanna terus berdering. Sudah jelas itu bukan suara alarm, melainkan sambungan telefon dengan nomor yang tidak dikenal beberapa hari ini memang selalu menghubungi Zanna. Namun, tidak direspon oleh Zanna sama sekali. Dan jam pun sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Pasangan suami istri itu masih tertidur nyenyak. Terlebih Zanna yang kelihatan sekali tidak bisa diganggu. Membuat Algrarez yang merasa ponsel itu mengganggu tidur mereka pun membuat Algrarez berakhir mengambilnya dan mematikan sambungan telefon itu.

ALGRAREZ || The Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang