Bab 19

4.9K 310 11
                                    

Di tempat Levin.

Plak.

Sret.

"Dasar jalang murahan, seharusnya kau jadi gelandangan saja. Dan aku akan memiliki Dominic seutuhnya" suara lembut itu membuat si Levin menahan sakit di rambut dan juga pipinya yang sudah mengeluarkan darah.

Itu karena pipi Levin sudah tergores oleh pisau dan langsung di tampar oleh seorang wanita cantik, seksi, dengan buah dada yang besar.

"Kamu akan menyesal telah melukai wajah ku" suara Levin yang tadinya lemah kini berubah menjadi suara yang tak pernah di keluar kan selama ini dan tersembunyi bahkan Dominic saja tidak mengetahui nya.

"Dasar jalang murahan, mati saja kau... " kata si wanita langsung menusuk perut Levin.

Grep.

Ujung pisau hampir saja mengenai perut Levin. Levin menatap si wanita yang terkejut karena ia yang berniat menusuk Levin harus terhenti oleh tangan kekar seorang pria tampan.

Levin yang hafal dengan tangan itu menatap ke samping dan tersenyum lembut ke pria tampan itu.

"Sayang~" suara lembut Levin menatap si pria yang tak lain dan tak bukan adalah Dominic.

Dominic yang mendengar suara sang istri mulai menatap nya. Mata yang biasanya memancarkan cinta kini menatap Levin dingin.

Levin sendiri merasa heran ke sang suami yang malah menatap dirinya seperti itu. Raut bingung tercetak jelas di wajah Levin.

Dominic menghempaskan si wanita yang langsung di tangkap oleh para bodyguard yang di bawa Dominic.

"Kenapa? " tanya Levin kala melihat wajah Dominic yang dingin dan marah menatap nya.

"Siapa? " tanya Dominic dingin sambil menyentuh pipi Levin yang berdarah.

Seakan mengerti kenapa Dominic seperti itu pun dengan santai Levin menunjuk si wanita dengan dagunya.

"Maaf karena aku tak membalasnya" jawab Levin menyeka darah di pipinya seperti tak merasakan sakit.

"Bersikaplah lemah jika di hadapan ku Sayang, aku tau kamu seorang masokis dan psikopat tapi jangan membiarkan orang lain melukaimu." dengan lembut Dominic menyatukan keningnya dengan Levin.

"Kamu merusak kesenangan ku Sayang, aku hanya ingin bermain-main. " jawab Levin mendorong Dominic.

Levin yang ingin menjauh jadi urung karena tarikan paksa dari Dominic.

"Apakah kamu ingin di hukum hmm."
Dengan senyuman miring Dominic berkata tepat di depan bibir Levin.

"Jika kau mampu kenapa tidak" di balas dengan smirk membuat Dominic langsung menggendong Levin ala koala.

Keduanya pergi dari rumah terbengkalai itu dengan jeritan si wanita tadi yang kini sedang mendapatkan hukuman nikmat dunia sebelum merasakan apa itu neraka versi Dominic.

Kini kita tinggalkan bagaimana Dominic menghukum si Levin dengan cara BDSM.

Kita pindah ke Arsya dkk yang kini telah berganti baju dan mulai melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah taman hiburan.

Arsya hanya mengantarkan Rey, Jo, Ellka dan Archie untuk bermain di taman hiburan di ikuti oleh beberapa bodyguard yang menjaga ke empat bocil yang menjadi tanggung jawab Arsya.

Rey entah kenapa merasakan sesak dan gelisah, ia pun menelfon sang mommy sebelum ia pergi mengikuti yang lainnya.

"Dia ada disini, dia sedang mengawasi mu Rey" sebuah bisikan di telinga Rey membuat ia menoleh ke segala arah mencari apa yang ia dengar.

Tak melihat ada yang mencurigakan Rey mulai berbicara dengan Levin dan memastikan keadaannya dan ia juga izin untuk tak sekolah selama seminggu karena masih bersama Arsya.

Levin hanya menyetujuinya saja asalkan Rey bisa bahagia apapun akan ia lakukan.

Sedangkan di tempat tak jauh dari Rey.

"Sepertinya kamu menyadari kalau sedang di awasi baby" gumam seorang laki² tampan yang melanda Rey dengan penuh rasa ingin memilikinya seutuhnya.

Obsesi itulah yang kini sedang di alami oleh laki-laki tampan itu saat menatap Rey penuh puja.

Sedangkan Arsya memainkan ponselnya dan mendengarkan sebuah bisikan yang membuat ia langsung waspada.

Menatap ke Rey, Ellka, Jo dan Archie Arsya mulai meneliti apakah mereka terjaga dengan aman lalu mengedarkan tatapan nya ke segala arah sampai ia bisa melihat 5 orang pemuda yang berjalan dengan gaya Cool mendekat ke arah Arsya.

Saat jarak nya sudah dekat si pemuda yang seperti ketua itu berjalan mendekati Arsya.

"Arsya dari kota... Membawa 4 pemuda kesini right" suara dingin namun masih terdengar ramah itu membuat Arsya tak langsung menjawab.

Arsya menatap mereka yang ada di hadapannya dengan datar. Dagu Arsya di angkat sampai wajah Arsya mendongak dengan jarak wajah Arsya dan si pemuda begitu dekat.

"Jawab atau 4 orang itu berada dalam genggaman ku" dengan smirk si pemuda berkata ke Arsya yang makin menatap datar plus dingin ke si pemuda yang menunjuk ke arah Rey dan yang lainnya.

"Apa mau kalian" suara dingin Arsya terdengar sangat merdu di telinga si pemuda.

"...... " bisik si pemuda yang langsung membuat Arsya ingin sekali membunuh pemuda di hadapan nya.

Mundur perlahan dan mengulurkan tangan agar Arsya menerima ulurannya.



Nb: disini aku sorot ke Arsya dulu ya guys. Baru ke Rey untuk up di selanjutnya.


Tbc.

4.10.24

Transmigrasi Seorang FudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang