18

29.8K 977 26
                                    

Senja mempoutkan bibirnya diam-diam melihat Edgar yang berpakaian santai dengan boxer dan kemeja lengan pendek berwarna hitam sedang duduk santai di sofa sambil menatap layar laptopnya.

"Kenapa sih dia gak pergi-pergi dari sini, padahal Keyla cuma disini 3 harian aja," keluh Senja kesal.

Edgar sudah 2 minggu ini menetap dirumah orang tuanya, pria itu memang sengaja memperpanjang masa kunjungannya dan mungkin akan lebih lama dari perkiraan, Edgar yang awalnya berniat menginap beberapa hari saja jadi meminta bantuan asisten kepercayaannya untuk mengurus pekerjaannya karena menjaga Senja dan bayinya lebih penting dari apapun.

Edgar sedikit melirik ke arah persembunyian Senja yang mengawasinya dari tadi, namun ia jadi khawatir karena Senja sudah lebih dari 1 jam berdiri ditempat yang sama.

Edgar terkekeh. "Kenapa dia mengawasi saya? padahal tiap Saya mendekatinya, dia akan lari menghindar, kucing kecil manis saya sangat menggemaskan."

Disisi lain Senja mengerutkan keningnya saat melihat Edgar tertawa sendiri, dia melihat jendela yang menampilkan gelapnya hari. "Udah malem ko dia masih kerja, padahal pagi sama siang tadi juga dia pegang laptop terus..."

Senja memegang perutnya yang mulai terasa keras, dia mengerang pelan merasakan keramnya akan terasa sekarang. "Ukhh keram lagi..."

Senja memegang pinggangnya yang pegal, lalu nenek yang kebetulan masih bangun melihat Senja tampak kesakitan menghampirinya.

"Senja kok belum tidur nak? Perutnya lagi keram ya?" tanya Nenek cemas.

Senja mengangguk. "Sakit Nek... awhh nenek perut Senja sakitt..." ujar Senja sambil merengek, entah kenapa Senja sengaja mengeraskan suaranya.

Edgar yang mendengar suara Senja seketika menutup laptop dan bangun berdiri dan menghampiri Senja.

"Ini karena kamu berdiri terlalu lama!" kata Edgar.

"Kok kamu tau?" tanya Senja syok.

"Saya tahu Senja, lebih baik kamu istirahat tidur di kamarmu sayang," ujar Edgar.

"Nenekk... sakit banget perut Senja hikshh hikhhh nenek elusin hikhhh..."

Tiba-tiba saja Senja menangis dan menarik nenek ke arah kamarnya. "Nenek hiksss sakit bangett hikhh sakhitt perutnya nek..."

Nenek merebahkan Senja tiduran di kasurnya, dia duduk disisi ranjang dan mengusap perut Senja.

"Apa tidak ada cara meringankan rasa sakitnya Bu?" tanya Edgar.

"Jangan banyak tanya sama nenek! Aku mau kamu pergi!" kata Senja dengan nada tinggi.

"Saya tidak akan meninggalkan kamu yang sedang mengandung anak saya Senja," kata Edgar lembut.

"Dulu kamu ga mau ngakuin bayiku," ketus Senja.

"Saya hanya bercanda, maaf itu memang keterlaluan, saya kekanak-kanakan..."

Bahu Edgar dipukul oleh ibunya lumayan keras. "Ibu tidak pernah mengajarimu mempermainkan perasaan seseorang, terlebih lagi pada perempuan!"

"Saya sangat menyesal..."

Edgar melihat Senja yang berbaring tak nyaman karena perutnya. "Senja... apa benar tak ada cara agar perutmu terasa lebih baik?" tanya Edgar khawatir.

Senja menatap telapak tangan Edgar. "Pergi!" suruhnya.

"Saya mohon, saya mau ada disamping kamu disituasi apapun."

Dug.

Bayinya menendang keras hingga membuat Senja meringis karena semakin membuatnya tak nyaman. "Akhh..."

"Pergi Edgar!" kata Senja pada pria itu.

Edgar menggelengkan kepalanya. "Saya mau disini."

"Bu, bisa biarkan saya bersama Senja saja disini?" ucap Edgar meminta Ibunya keluar.

"Senja, boleh nenek keluar?" tanya ibu Edgar pada Senja.

Senja mengangguk, ia tak boleh menahan nenek hanya karena kepentingannya di jam malam seperti ini dan nenek harus beristirahat. "Nenek harus istirahat."

Ibu Edgar keluar dari kamar meninggalkan Edgar dan Senja dalan satu ruangan.

"Sekarang kamu pergi juga, aku ga mau liat kamu Edgar!"

"Kenapa kamu mengawasi saya tadi?" tanya Edgar.

"Saya tahu kamu mengawasi saya saat saya sedang bekerja, kenapa kamu melakukan itu kalau kamu tidak mau melihat saya Senja? Jujurlah, kamu tidak benar-benar mau menjauhi saya kan?"

"Pergi," kata Senja.

Edgar menghela napas, dia duduk di tempat yang ibunya tadi tempati, duduk di sisi kasur.

"Ngapain kamu?" tanya Senja sambil menggeser badannya ke tengah kasur agar lebih berjarak dengan Edgar.

Edgar menyentuh pergelangan tangan Senja dan menggenggamnya.

"Lepas! Jangan pegang-pegang aku!"

Edgar terus menggenggam tangan Senja, tak mau melepasnya. "Ini sangat menyakitkan Senja, saya melewatkan beberapa bulan dan pertumbuhan bayi kita karena tindakan bodoh saya yang buat kamu membenci saya."

Edgar memeluk perut Senja, dia menumpahkan tangisannya pada perut besar Senja, kemudian dia menggerakkan tangan Senja untuk memukul kepalanya sendiri. "Pukul saja saya sebagai balasan rasa sakitmu, saya tahu ini tidak sepadan dengan tindakan bodoh saya, tapi saya mohon Senja... pukul saja dan lampiaskan sebanyak apapun kekesalan kamu. Jangan hindari saya, lebih baik kamu lampiaskan amarahmu yang membenci saya..."

"Senja... saya juga ingin mengecup dan mengusap anak saya dalam perutmu... saya ingin mengusapnya saat dia aktif menendang perutmu... saya ingin bicara dengan dia walaupun dia masih dalam perutmu..."

"Senja tolong biarkan saya melakukan itu, saya mencintai kamu dan bayi ini."

Senja merasakan kehangatan pada perutnya dan perutnya terasa basah karena air mata Edgar yang menangis di atas perutnya. Senja mengusap air mata dipelupuk matanya, sudah ia duga sentuhan Edgar mampu membuat rasa keras dan sakit perutnya mengilang seketika, ia mengangkat tangannya hendak menyentuh kepala Edgar namun ia menurunkan tangannya lagi, masih sulit baginya memaafkan Edgar.

"Minggir, kamu menekan perutku."

Edgar mengangkat kepalanya, tangannya menyentuh perut bulat Senja. "Bagaimanapun ini darah daging saya, Saya ingin berada di dekatnya, saya merasa bayinya pun ingin didekat papanya."

"Omong kosong!" ketus Senja lalu memiringkan badannya ke samping membelakangi Edgar.

"Perutmu sudah tak sakit?" tanyanya ketika melihat Senja memiringkan badannya.

"Udah ngga, udah sana pergi!"

"Bukannya biasanya berlangsung lama? Tapi syukurlah baru beberapa menit perutmu tak sakit lagi," ujar Edgar sambil tersenyum lembut.

"Keluar dari kamarku!"

"Saya ingin disini..."

"Pergi Edgar!"

"Senja, saya mohon biarkan saya menjaga kalian," kata Edgar tegas.

Senja memang keras kepala, tapi Edgar lebih keras kepala dan tak akan kalah.

"Aku cape, ga bisa kamu biarin aku istirahat?"

"Saya hanya menjaga kamu, bukan mengusik kamu Darling."

"Tapi aku ga mau kamu disini."

Edgar mengerutkan keningnya. "Saya akan tetap disini," tegasnya.

Senja merasa kesal, dia tetap memiringkan badannya dan memejamkan matanya tidur mengabaikan Edgar yang duduk di sisi kasur.

•••
Update seminggu sekali diwp, udah lengkap dikryakarsa(link dibio)

Follow jga akun Diatasumur7 soalnya sering ilang

Terjebak ayah temanku (Edgar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang