Prolog

21 0 0
                                        

Benua Laurasia adalah benua yang besar. Dengan luas sekitar 30 juta kilometer persegi, benua ini didiami oleh 3 ras besar, serta flora dan dan fauna yang beranekamacam. Namun seperti yang terjadi kepada siapa pun yang menempati tingkatan tertinggi dalam ekosistem, persaingan tak dapat dihindarkan. Dan perang pun terjadi. Ribuan orang tewas demi membelaras mereka, puluhan ribu keluarga yang kehilangan anggotanya, dan lebih banyak lagi yang kehilangan tempat untuk sekedar berteduh dari dinginnya malam dan panasnya sengatan matahari. Namun syukurlah, itu hanyalah masa lalu. Kita telah melewati masa-masa penuh kegelapan itu, dan akhirnya mentari harapan pun terbit. Dan perdamaian pun tercipta di benua yang luas ini.

Nah, sekarang mari kita masuk dalam ceritanya. Cerita ini berawal dari sebuah titik kecil di bagian utara Benua Laurasia. Meskipun terlihat kecil jika dibandingkan dengan benuanya, titik itu sebenarnya lumayan besar bagi siapa pun yang melihatnya. Titik tersebut sebenarnya adalah sebuah hutan oak yang lumayan luas. Ketika malam tiba, hutan ini akan terlihat menyeramkan dan sangat berbahaya. Sekedar penekanan, tolong tulisan sangat berbahaya tadi kalian perhatikan baik-baik. Kalian bayangkan saja, hutan yang gelap dan dingin,dengan suara gesekan daun yang menyerupai suara bisikan dari kejauhan dan pastinya membuat bulu kuduk kita berdiri, ditambah suara auman binatang buas yang kelaparan di kejauhan sana, dan dikombinasikan dengan cerita-cerita aneh nan menyeramkan akan bahaya di hutan. Benar-benar kombinasi yang sempurna antara kenyataan dan khayalan.

Sekarang waktunya kita mengecilkan fokus kita. Hutan itu terasa masih terlalu luas. Fokus kita adalah sebuah desa di pinggir hutan oak tersebut. Sebuah desa yang lumayan hangat dan menyenangkan.

Berlawanan dengan hutan oak yang menjadi tetangganya, desa ini aman dan menyenangkan. Seperti desa pada umumnya, penduduk desa ini saling mengenal layaknya sebuah keluarga besar. Dan kami sarankan untuk berhati-hati jika melakukan sesuatu di desa kecil semacam ini. Mengapa? Karena gosip di sini bahkan lebih cepat tersebarnya daripada anak panah yang melesat dari busurnya. Hehehe... Tapi bukan gosip yang menjadi fokus utama kita kali ini.

Lalu, dimanakah cerita ini akan berawal?

Sebuah rumah kecil di desa yang kecil itu mendapat kehormatan tersebut.

Tunggu, apa istimewanya rumah itu? Apakah rumah itu akan menjadi tempat kelahiran sang tokoh utama? Atau tempat itulah yang menjadi tempat meninggalnya orang tua sang tokoh utama?

Entahlah. Untuk sekarang, kami belum tahu. Biarlah waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut nanti.

Sekarang mari kita membahas alasan mengapa rumah itu terpilih menjadi fokus awal dari cerita ini.

Rumah itu sederhana, seperti rumah di desa pada umumnya. Dan ras yang menempati desa ini adalah manusia. Jadi, tentu saja rumahnya itu rumah yang normal bagi ras manusia.

Malam ini, seorang pemuda sedang membolak-balik sebuah buku kuno yang terlihat rapuh dan lusuh sambil diterangi cahaya lilin yang temaram. Matanya menelusuri satu demi satu halaman buku tersebut. Jelas sekali, pemuda itu sedang mencari sesuatu dalam buku kuno itu. Namun ada yang aneh, keringat bercucuran deras dari tubuhnya. Matanya juga melirik jendela dengan cepat. Dia sepertinya sedang gelisah. Mungkin, ia sedang diburu waktu peminjaman buku tersebut. Setelah entah berapa jam, akhirnya pemuda tersebut menemukan apa yang ia cari dari buku kuno tersebut dan menyalinnya ke sebuah kertas yang telah ia sediakan sejak awal.

Namun, ia tidak menyadari sesuatu. Sesosok pria berjubah hitam, kini berdiri di depan rumahtersebut. Meskipun sosoknya tersembunyi oleh gelapnya malam, namun janggut putihnya yang panjang terlihat sangat kontras dengan penampilannya yang serba hitam. Setelah berdiri selama beberapa saat, dibukanya pintu rumah sederhana itu, tanpa suara tentunya, dan berjalan pelan menuju pemuda yang asyik menyalin tersebut.

Sontak, sang pemuda berdiri karena menyadari kehadiran orang lain di ruangan tersebut. Namun ia terlambat. Sungguh terlambat. Sang pria berjubah hitam dengan cepat menusukkan tangannya ke ulu hati sang pemuda dan membuat pemuda tersebut jatuh bagaikan boneka yang talinya dipotong. Dan kemudian, lilin di ruangan tersebut pun mati, seolah-olah telah bersekongkol dengan sang pria berjubah hitam untuk menutupi kejadian ini.

Dengan cepat, sang pria berjubah hitam pun melakukan urusannya. Ia meraup buku kuno tersebut dan salinan sang pemuda yang malang itu.

Kemudian ia terdiam.

Dan tersenyum tipis.

Setelahnya, ia keluar dari rumah tersebut dan berjalan menuju hutan oak yang dingin, gelap, menyeramkan, dan berbahaya.

Lalu ia menjentikkan jarinya.

Seketika itu juga, rumah tempat sang pemuda terbaring lemas tiba-tiba dilalap oleh api yang entah darimana datangnya.

Dan sang pria berjubah hitam pun menghilang di antara bayangan pepohonan.

Alter Ego : 13 Logam SuciHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin