01. Ajakan Langit

8 1 0
                                        

Part 1 : Ajakan Langit

❝Kita yang asing akankah terikat ring?❞ —Langit

HARI Senin menjadi hari yang berisik seperti biasa, gadis dengan kerudung pashmina berwarna hitam itu tengah sibuk memisahkan buku berdasarkan jenisnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HARI Senin menjadi hari yang berisik seperti biasa, gadis dengan kerudung pashmina berwarna hitam itu tengah sibuk memisahkan buku berdasarkan jenisnya.

Saat ini Pelangi sudah mendapatkan pekerjaan di salah satu toko buku di kota A, walaupun bayarannya tidak seberapa setidaknya gaji satu bulan di sini cukup untuk membayar biaya ujian yang akan diadakan bulan depan itu.

Beruntungnya Pelangi mendapatkan bos yang baik, Pelangi tidak perlu khawatir akan dipotong gaji jika telat, karena sang pemilik toko sudah memberinya kompromi.

Pelangi hanya akan bekerja setelah dirinya pulang dari sekolah sampai jam 9 malam, walaupun tempat kerjanya cukup jauh dari kosan namun Pelangi tidak ada pilihan lain.

Semesta tidak memberinya pilihan, langit sudah mulai gelap dan toko buku sudah mulai sepi. Pelangi pergi ke belakang sebentar untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Adzan Maghrib sudah berkumandang, beruntung sekali setiap jam sholat sang pemilik toko yang notabenenya beragama non muslim akan datang untuk menggantikannya sementara.

Sang pemilik toko yang bernama Bu Margaretha tinggal di sebrang jalan sehingga mempermudah dirinya untuk bolak-balik ke toko.

"Bu Pelangi izin untuk sholat sebentar ya."

"Oke siap neng geulis." Balasnya ramah.

Pelangi yang mendapatkan respon sehangat itu tentu tak kuasa menahan harunya, dirinya yang tidak pernah mendapatkan peran Ibu sejak lahir harus berhadapan dengan wanita hangat seperti Bu Margaretha yang merupakan single parent.

Bu Margaretha memiliki seorang putri bersama Elisha Evelyna Margaretha, wanita paruh baya itu sedikit banyak sering menceritakan sosok putrinya yang cantik dan lucu.

Seringkali Bu Margaretha menunjukkan potret Elish yang Pelangi akui, gadis itu memang cantik dengan senyumnya yang manis.

Namun sayangnya, tepat di hari ulang tahun putrinya yang ke 17. Ibu dengan satu putri itu harus berpisah karena penyakit lupus yang diderita putrinya sudah tidak bisa bertahan lebih lama.

Dibalik banyaknya cobaan yang ia alami tentu masih ada secercah harapan yang membuatnya masih bertahan sampai saat ini.

Toko Buku ini merupakan tempat kesukaan sang putri, sehingga Bu Margaretha masih mempertahankan toko ini.

Setelah kurang lebih 10 menit, Pelangi sudah selesai dengan sholatnya kemudian langsung beranjak untuk menggantikan Bu Margaretha yang sedang duduk di kursi kasir.

"Ibu istirahat aja, biar Pelangi yang jaga."

Namun bukannya menjawab pertanyaan Pelangi, wanita paruh baya itu malah menatap Pelangi.

Pelangi Tanpa LangitWhere stories live. Discover now