"Sebenarnya bunda ingin mencarikan nama Ibrani untukku dan bertanya pada pamanku, yang menurutku taat, hanya saja jid tidak setuju—alhasil, ayahku menyarankan untuk memberikan aku nama Hanan untuk menengahi keinginan bunda dan jid."
"Kutebak, sebenarnya ayah yang ingin menambahkan nama Hanan di namamu?" Giandra menebak dan Nicholas menanggapi dengan sekali anggukkan kepala.
"Benar. Ayah mengambil jalan tengah yang membuatku, dengan mudahnya, masuk Amerika Serikat berkat namaku yang sulit ditebak asal muasalnya."
Giandra terkekeh saat mendengar tanggapan dari Nicholas. "'Kan memang ayah bunda orangnya visioner."
11:13 PM
"Lantas bagaimana denganmu, My Little Miss Anindya?" Nicholas bertanya pada Giandra sembari mengusap ujung kepala perempuan itu dengan perlahan. "Aku kerap mendengar bahwa para kakek nenekmu memanggilmu dengan Anindya. Terkadang ayah juga tak sadar sudah memanggilmu dengan Anindya."
Selama Nicholas mengenal Giandra, telinganya tak sengaja menangkap bagaimana keluarganya memanggil Giandra dengan nama ketiga. Bahkan sejak kecil, ia juga mendengar ayahnya, Remus, juga memanggil putri dari sahabatnya dengan Anindya. Meskipun sekarang Remus banyak menyebut Giandra dengan nama pertamanya, terkadang ayahnya tak sadar menyebutkan 'Anindya' saat bersamanya.
"Anindya itu dari nama bibiku yang paling kecil dan yang meninggal lebih dahulu. Urutannya ialah Hayu—ibundanya Rayan, Raya, Kirana, dan Anindya. Aku tidak tahu banyak soal bibiku ini karena ia meninggal muda sebelum aku lahir. Namun, Mama Frida meminta mom untuk menyematkan nama Anindya. Alasannya karena saat aku lahir, beliau teringat dengan bibiku dan mom dekat sama adiknya." Giandra bercerita dengan perlahan sembari memainkan jemari Nicholas secara tak sengaja. "Semua orang tidak pernah memanggilku Anindya karena semua orang mengenalku dengan Giandra dan sering kali disalahpahami sebagai laki-laki. Meskipun nama Anindya juga sebenarnya ... nama laki-laki. Kurasa, secara tak sadar, orang tuaku memiliki obsesi dengan pemberian nama maskulin untuk anak perempuan."
"Kamu harus tahu kalau Hanan di deretan nama-nama Arab juga termasuk nama yang bernuansa feminim." Nicholas menambahkan sembari memperhatikan mata Giandra yang menurutnya terlihat lebih cantik.
Mereka berdua pun saling tertawa dengan perlahan saat saling menceritakan soal fakta dibalik nama yang menjadi identitas personal dan professional. Mereka saling menjeda ucapan satu sama lain dengan mempersiapkan posisi tidur. Giandra mulai mendekatkan tubuhnya ke dalam dekapan tubuh Nicholas.
"Sayangnya, setelah dad dan mom meninggal, makin sedikit keluarga yang memanggilku dengan Anindya. Bahkan ayahmu saja tidak merujuk aku sebagai Anindya seperti sebelumnya. Namun, terkadang aku sedih karena aku teringat cara orang tuaku memanggilku dengan nama ketigaku itu." Giandra melanjutkan ucapannya. "Saat aku dewasa, Mba Yaya yang mejagaku dan ia memperhatikan kalau aku terlihat seperti bibiku—tertarik dengan banyak hal dan menjadi ahli. Selain itu, menurutnya, aku dan bibiku juga cantik. Cantik dengan pembawaan yang wibawa dan anggun."
Telinga lelaki itu tampak menangkap kalimat yang diucapkan oleh Giandra. Deskripsi menyenangkan untuk memuji dirinya sendiri. Nicholas pun memang setuju dan mengangkat sudut bibirnya untuk membuat senyuman. "Mba Yaya benar saat ia mengatakan bahwa kamu terlihat berwibawa dan anggun. Aku juga melihat kecantikanmu yang begitu terpancar saat kamu sedang sibuk mengerjakan tulisanmu dan fokus membidik target dengan pistolmu."
Saat Nicholas mendeskripsikan dirinya yang, juga, terlihat keren saat menembak, Giandra pun tersadarkan. Semenjak ia naik jabatan, ia sudah tidak latihan menembak lagi. Meskipun Giandra sudah tidak melakukannya secara serius, akan tetapi Giandra membutukan jeda untuk memegang kembali pistolnya itu.
"Aku akan mengajakmu lain waktu. Sudah lama aku tidak menembak."
"Asyik!" sontak Nicholas dengan perasaan senang, namun ia mengecilkan nadanya—yang membuat Giandra menyadari bahwa respon Nicholas sangatlah lucu.
ВЫ ЧИТАЕТЕ
The Inheritance
Любовные романы📚 Spotlight Romance of December 2024 by Romansa Indonesia 📚 Penulis dengan cita-cita yang besar, diplomat muda yang tidak ragu, dan tiga kali lamaran. Seorang diplomat Indonesia, Nicholas Wiradikarta, memiliki perasaan terhadap penulis dengan nama...
41. Cause Wonder
Начните с самого начала
