Mendengar ucapan Giandra yang, lagi-lagi, berusaha untuk meyakinkan Nicholas pun membuat lelaki itu menelan air liurnya dan mengekori Giandra yang keluar terlebih dahulu dari mobil. Begitu memasuki rumah, Giandra menarik Nicholas untuk berjalan menuju kamarnya.

Sekarang wajah lelaki itu jauh lebih merah dibandingkan biasanya. Giandra mencoba untuk merayunya secara mengejutkan di umurnya yang baru dua puluh sembilan tahun.

10.47 PM
Setelah Nicholas menyelesaikan agenda mandi malam, ia langsung mengenakan pakaian tidurnya—sebuah kaus putih berbahan katun dengan celana berwarna merah, yang ia bawa dari rumah. Jemarinya menyemprotkan parfum dengan wangi dari melati dan kacang tonka, lalu mencium kembali untuk memastikan apakah wanginya akan menganggu penciuman Giandra atau tidak.

Saat lelaki itu sudah menyelesaikan kegiatan bebersihnya, ia langsung menemani Giandra yang sudah duduk di ranjang. Wanita muda itu terlihat sedang membaca sebuah buku yang baru ia beli beberapa hari yang lalu.

"Kak Nicky, ayo bergabung denganku—naik ke atas ranjangku." Giandra mengajak Nicholas untuk naik ke atas ranjangnya sembari menepuk salah satu sisi yang kosong.

Lelaki muda itu mengiyakan dan langsung naik ke atas tempat tidur Giandra dengan perasaan sungkan. Ia mencoba menyusun bantal berdekatan dengan dipan dan menyandarkan tubuhnya. Giandra langsung menaruh bukunya di nakas samping ranjang lalu mematikan lampu kamar. Penerangan yang tersisa hanyalah lampu meja dengan pencahayaan yang hangat. Dengan perlahan, wanita muda itu mencoba untuk menyandarkan tubuhnya pada dadanya Nicholas.

Selagi ia bersama Nicholas, tiba-tiba, Giandra memikirkan sesuatu yang menarik perhatiannya sejak lama dan ia baru menanyakan ini saat mereka bertunangan."I have a silly question."

"Silly or not, I'm excited to listen and answer your questions," balas Nicholas dengan perasaan antusias, "apa pertanyaanmu, Sayangku."

"Nama Nicholas pada namamu adalah nama depan jid—yang tidak pernah ia pakai, Kak Nicky juga menyebutkan kalau Hanan adalah namamu dari Bahasa Arab, yang juga, sama seperti Bahasa Ibrani. Bagaimana dengan Albert?" tanya Giandra secara perlahan. Ternyata meskipun Giandra sudah mengenal Nicholas sejak lama, namun Giandra tak pernah bertanya soal nama Albert yang tersemat pada nama lengkap Nicholas.

"That's not a silly question, My Dear. Bahkan aku sangat menantikan pertanyaan ini." Nicholas merespon dengan nada lembut dan tampak mengerti dengan rasa penasarannya Giandra terhadap namanya. "The name 'Albert' it was belong to my maternal great-grandfather, Albert Ehrlich. Dahulu, nama Albert adalah namanya kakek buyutku dan bunda ingin aku mengingatnya. Bahkan nenek buyutku merasa seperti melihat suami pertamanya lahir kembali saat melihatku."

Wanita muda itu tampak menyimak dengan baik saat Nicholas membagikan cerita dibalik nama ketiganya yang selalu disembunyikan. "Banyak keluarga kerajaan Inggris yang diberikan nama Albert, setelah suami dari Ratu Victoria yakni Pangeran Albert." Giandra menambahkan.

"Kamu benar! Aku juga mendengar dari pamanku, Onkel Peter, kalau aku memang diberi nama Albert dan dijadikan sebagai nama ketiga—seperti Raja George VI dari Inggris yang memiliki nama Albert sebagai nama kecilnya." Nicholas melanjutkan penjelasannya terkait namanya.

"Sayangnya, selama hidupku, jarang ada orang yang memanggilku dengan Albert," imbuh Nicholas.

Mata cokelat wanita muda itu tampak mencoba untuk menoleh pada lelaki yang sudah mendekap tubuhnya. "Menurutku, Kakak juga cocok jika dipanggil Albert."

Mendengar pendapat Giandra, Nicholas pun setuju dan mengangguk mengerti. Menjeda sebentar sembari memikirkan namanya sendiri. Sebenarnya Nicholas bersyukur karena orang tuanya memberikannya nama yang baik dan bermakna untuknya. Bahkan ia kerap melupakan namanya.

The InheritanceWhere stories live. Discover now