"Gavin, apa ini?"
Aneska menatap takjub rumah besar atau yang lebih tepatnya mention bahkan lebih besar dari rumah Gavin.
Ia Sampai mendongak kan kepalanya, menatap takjub setiap ukiran cantik dibagian sisi mention. Sangat luas, bahkan parkir mobil juga memiliki space yang banyak, tanaman hingga air mancur menjadi pemanis mantion.
Mantion ini terletak berada di tengah hutan, udaranya yang sejuk membuat pikiran seketika tenang. Aneska nyaman disini, andai ia bisa tinggal ditempat seperti ini.
"Aneska"
Aneska menoleh pada Gavin, tinggal mereka yang hanya sebatas dagu membuat perempuan itu mendongak.
Gavin mengambil tangan kanannya, menatap heran. Mengapa tangan Gavin sangat dingin? Ada apa?
"Semua baik-baik aja kan?" Tanya Aneska.
Gavin tidak memberikan respon apapun, ia diam menatap dalam mata coklat kesukaannya. Terpancar rasa tidak tenang dari mata tajam itu, dahinya ikut berkerut seakan takut?
"Janji sama gua apapun yang terjadi... Lo gak bakal ninggalin gua"
Aneska mengerjap, Kemudian tersenyum lebar. Senyum yang sering ditujukan pada Gavin. membalas genggaman Gavin dengan kedua tangannya. Memberikan usapan lembut sebagai penenang pria itu.
"Gue janji" Ucapnya sambil menautkan jari kelingking mereka.
Perlahan alis yang menukik beransul kembali. Tidak ada tatapan tajam ataupun mengintimidasi. Hanya ada tatapan harapan disana.
Mereka berjalan menaiki tangga dan kemudian masuk kedalam mantion. Lagi dan lagi Aneska terpukau dengan para pelayan yang sudah berjejer seakan menunggu kedatangan Gavin.
Aneska tersenyum canggung ketika tidak sengaja bertatap pada pelayan yang mencuri pandang pada mereka.
Ada apa ini? mengapa seperti berlebihan?
Aneska hanya bisa berjalan mengikuti langkah kaki Gavin yang membawa dirinya semakin masuk kedalam hingga berhenti pada pintu.
Pintu yang menjulang tinggi. Aneska yakin jika pintu itu menindihnya tidak berselang lama ia pasti mati, ya begitulah pemikiran Aneska.
Gavin membuka pintu ruangan tersebut kemudian membawa Aneska masuk.
"Tunggu disini, gua gak lama"
Setelah mengucapkan kalimat itu, Gavin pergi.
Aneska menurut, ia meletakan tas sekolahnya di atas sofa. Kamar tidur yang luas dan dihiasi dengan warna abu-abu, putih, dan gold. sangat menciptakan kesan yang mahal.
Menatap seluruh sudut dan berhenti pada satu bingkai foto kecil diatas nakas. Bingkai yang sama dengan bingkai foto didalam kamar Gavin.
Berwarna monokrom, seorang wanita berumur 30an tahun sangat cantik dan segar. Bersama anak kecil yang imut dengan senyum manis disebelah wanita itu.
Mengapa Gavin tidak memberikan warna pada foto itu? Mengapa harus monokrom? apakah ada masalah dimasa lampau?
huft, memikirkan hal yang tidak seharusnya menjadi pikiran membuat Aneska menghela nafasnya. Ia lelah, mungkin berbaring sebentar diatas ranjang empuk milik Gavin adalah ide yang bagus.
Gavin pasti tidak akan marah jika ia meminjam sebentar ranjangnya? Baiklah mari beristirahat.
Aneska menaiki ranjang itu dan bersiap untuk menutup matanya, ia merasa nyaman di atas ranjang ini. Untuk hal yang lain mengenai mantion ini mungkin bisa ia tanyakan langsung pada Gavin nantinya
***
part selanjutnya akan sesuai kemauan kalian hihi btw aku kasih challenge yaa kalau commentnya tembus 300 aku up besokk part 🔥
semangat guyss
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN 21+
RomanceGUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, orang-orang bahkan menganggap dia adalah anak yang ansos. Gavin merupakan satu-satunya pewaris keluarga...