"Kau tidak akan hamil,"
Kegiatan Abigel yang tergesa-gesa ingin meminum obat yang baru saja ia temukan didalam laci terbatuk seketika mendengar suara berat dari belakangnya. Dan___ sejak kapan pria itu berdiri disitu?
"Maksut om?"
"Saya tidak bisa p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gambaran Abigel kalau jadi CEO Pradipta.
Typo tandai yach🙏
******
"Kenapa sih? Banyak banget mau nya, ini makanan kesukaan gue loh, ngalah dulu bisa? Plis lah cape banget," Abigel membanting sendok ditangannya keatas meja.
Melihat itu Luna menghela napasnya prihatin dengan keadaan temannya. Bebek goreng loh? Bisa-bisanya seorang Abigel menolak makanan kesukaannya itu, dengan beralasan mual ketika mencium baunya.
"Yang sabar Bi, ga boleh marah-marah. Nasi bakar aja gimana, enak Bi. Gue udah cobain tadi," Luna menggeser piring itu kehadapan Abigel.
"Bisa di pindahin aja gak Lun? Malas banget, udah lah numpang banyak maunya lagi, nyusahin orang aja. Masa iya sembilan bulan kedepan gue kudu makan daun-daunan begini? Lo tau sendirikan gue gak suka sayur!" Abigel mengerucut sebal dengan wajah lesu.
"Mau gimana lagi yah, gue juga gabisa nolongin, ini aja gue rela gamasuk kampus demi lo Bi, masa iya lo gamau makan, sia-sia aja dong kehadiran gue disini, ayolah makan, dikit aja, aaaa buka mulutnya," Luna berusaha membujuk perempuan itu.
Abigel menggeleng pelan. Berbeda dengan hari sebelumnya, nafsu makannya sekarang turun menjadi sepuluh persen, walaupun berhasil makan sekalipun tetap percuma, jika ia mengeluarkan semua isi perutnya lagi. Gimana tubuhnya tidak lemas.
"Kayak nya tante Jesika baik, lo kenapa ga milih ngikut ke dia aja tadi?"
"Yang bener aja lo, itu sama hal nya gue nyerahin diri gue sendiri ke keluarga Sharos, sekalipun niat tante Jesika baik," balas Abigel.
"Hm, iya juga sih. Tapi dari pada lo dibawa om Daren ke luar, persembunyian lo kan udah ketahuan, sekarang mending lo cari tempat lain deh, yang ngejamin keberadaan lo bakal aman,"
"Udahlah gue cape kayak gini, Kavi aja belom tau keberadaan dan bagaimana kondisi dia saat ini, dari pada banyak korban yang ikut terlibat, gue nyerah aja kali ya? Setahun, iya gue yakin Papi cuman ngurung gue setahun, palingan abis kecebong ini lahir gue bakal dibawa lagi kesini," ucap Abigel walau sebenarnya ia tidak begitu yakin.
"Plis Bi, lo beneran gamau nerima Dirga? Kalau menurut gue sih, dengan lo ngejauh kayak gini lo sendiri yang bakal rugi,"
Abigel menegakkan bahunya sambil menunjukkan ekspresi meminta penjelasan dari temannya itu. "Maksut lo Luna?"
"Coba lo pikir lagi deh, peran lo nanggung banget disini, tinggal gerak dikit doang padahal. Ibaratkan nih ya, badan lo itu udah kecebur setengah udah kepalang basah, mending lo nyebur aja sekalian. Lo bisa manfaatin bayi itu buat naklukin tu Om-om. Dirga cok? Seorang Dirga Mahendra Sharos gak main-main itu, banyak yang bisa lo manfaatin dari dia. Gue yakin dia bakal nerima syarat apapun yang lo berikan, dari pada lo harus keluar negri Bi, setahun itu lama Abigel Aghna, trus semisalkan bayi lo lahir dia gak punya ayah gitu? Atau lo rela ngasih anak lo secara percuma ke bapaknya? Sedangkan yang berjuang itu lo sendiri, jadi menurut gue gak ada pilihan lain selain lo nikah sama Dirga."
