20-Menikmati?

77.1K 1.9K 9
                                    

20-Menikmati?

Aku up nieh preen!
Huhu sedikit kecewa karena votenya tidak mencapai target, tapi gak papa lah yaa karena untungnya komentnya melebihi dari target.
Disini Aku up untuk alasan yang lain yaitu sebagai ucapan terimakasi kepada kalian, atas 10k view-nya AoS ini. Semoga aku bisa namatinnya dengan cepat dan semoga kalian suka sama cerita aku dan semua alurnya.
Disini kalian dibebaskan berkomentar, asalkan itu dengan bahasa yang sopan tanpa merendahkan siapapun itu. Jadi jangan segan-segan memberi masukan...
Sekali lagi aku ucapin terimakasi kepada para preen-preenQ🤍

****

"Maaf om, saya gak sengaja-hmmp"

Mata Abigel melebar saat merasakan benda kenyal menyapu bibirnya, hanya beberapa detik sebelum pria itu tersadar dan menarik kepalanya menjauh.

Perlahan cengkraman dibahunya terasa mengendur hingga keduanya kini terlepas. Sejenak setelah menatap ekspresi Abigel yang masih sama, Dirga membuang pandangannya asal. Tangannya terangkat mengusap tengkuknya dan berdecak setelah merasa ada yang salah pada dirinya.

"Jangan pernah menunjukkan diri lagi di depan saya! Atau kau__" menunjuk tepat diwajah Abigel. "akan kuhabisi!"

Abigel dapat melihat dibalik punggung yang mulai menjauh itu terdapat rasa kesal dan amarah yang masih bergejolak. Hal itu diperjelas setelah ia mendengar geraman lirih.

Gadis yang masih termangu pada saat itu mengusap bibir bawahnya yang basah. Baru saja dirinya dicium oleh pria yang kerap dieluh-eluhkan oleh kaum hawa. Berdebar?

Tentu saja tidak, terbukti senyum kemenangan nan licik tercetak jelas diwajahnya sekarang. Abigel hingga melompat girang beberapa kali, "bagus banget sayang," sambil memeluk tubuhnya sendiri dengan rasa bangga.

Dengan semangat ia berjalan menghampiri tas dan memunguti barang-barangnya. Setelahnya gadis itu bangkit, "ayo pulang Abi, misi kita__selesai!"

*****

"Shh..pelan pelan sayang.."

Sheina meremas rambut gondrong pria yang tengah memangkunya. Wanita itu bergerak secara perlahan mencari kenikmatan dunia yang membuat sahutan desah demi desahan keluar dari mulut mereka.

"Menikmati?"

Sheina mengangguk dengan mata terpejam.

"Tentu, hanya aku yang bisa membuatmu terbang seperti ini. Suamimu mana bisa," ucap Pria itu tersenyum penuh kemenangan.

"Cepat selesaikan, beberapa menit lagi aku ada pemotretan." balas Sheina seolah tidak suka ketika mereka membahas suaminya dikondisi seperti ini.

"Baik sayang...aku akan memuaskanmu seperti biasanya.."

Sedangkan ditempat lain, Dirga dengan segala emosi yang berada dipuncak ubun-ubunnya memasuki mansion megah. Ia marah, kenapa bisa bertindak seperti tadi. Merasa bersalah dan telah menghianati pernikahannya dengan Sheina.

"Sialan! Bagaimana bisa?__" seperti kehabisan kata-kata Dirga mengacak rambutnya. Menarik dasinya hingga lepas.

Pria itu berbelok kedapur ingin mengambil segelas air dingin. Guna meredam emosi dan gairahnya.

"Den Dirga? Den baik-baik saja?"

Dirga menoleh ke Bu Mirna, lalu menghembuskan napasnya kasar. ia tidak menyadari wanita tua itu juga berada disitu.

"Den udah ketemu sama nyonya jesika?"

Dirga langsung mengerutkan keningnya. "Mama disini?"

"Iya den, kata nyonya tadi dia ingin bertemu dengan den Dirga dan nyonya Shei--"

Tanpa menunggu penjelasan dari Bu Mirna lagi Dirga langsung pergi dari sana. Langkahnya bergerak menuju tangga untuk segera sampai kekamar utama.

Klek.

Langkah Dirga terhenti saat menemukan wanita paruh baya yang tengah duduk santai di sofa sambil memegang buku majalah. Memperbaiki kaca matanya wanita itu membalik satu persatu setiap halaman yang ada.

"Mama?"

"Hm, kamu sudah disini. Mana istrimu?" tanya Jesika tanpa mengalihkan matanya.

"Be-kerja, Ma." Dirga menelan salivanya karena terlalu panik.

"Duduk!" pinta Jesika.

"Mama seharusnya bilang dulu kalau mau kesini--"

"Untuk apa? Supaya kalian berdua bisa terus-terusan membohongi Mama? Begitu?"

Dirga menghela napas lalu bergerak mendekati Jesika. "Bukan Ma, ini semua-"

"Sudah berapa lama kalian pisah kamar?" Jesika mendongak meminta kejujuran dari putranya. "Atau___memang sedari awal menikah, kalian berdua tidak pernah menganggap pernikahan ini dengan serius. Wanita itu mempengaruhi kamu bukan? Supaya kalian tidak perlu susah-susah untuk mempunyai anak dan berfokus kepekerjaan masing-masing. Pernikahan kalian ini cuman formalitas? Atau--"

"Tidak benar Ma, semua ini terjadi sejak hasil tes itu keluar, ini ide Dirga, Mama tidak seharusnya menjelek-jelekkan istri Dirga, karena seharusnya Sheina yang kurang beruntung karena telah menikahi aku. Dirga tidak normal Ma, Dirga tidak bisa punya anak, Mama ngerti kan?"

"Tidak, Mama gak percaya. Di keluarga kita tidak ada keturunan yang seperti itu. Kamu cuman kurang usaha saja. Kamu kurang menjaga kesehatan saja. Jangan pernah paksa Mama untuk percaya itu!"

"Dirga juga begitu Ma. Dirga juga ingin punya keturunan. Dirga juga ingin menjadi seorang Ayah, semua ini terjadi karena diluar kendali kita saja Ma." Dirga menghela napas. Sudahlah pikirannya sedang kacau sekarang ditambah oleh omelan Jesika yang selalu menyalahkannya.

"Mama ingin tes diulang. Bisa saja-"

"Tidak usah. Tidak ada yang salah. Mama hanya perlu mempercayai fakta yang ada, itu saja Ma.."
Setelah mengucapkan itu, Dirga beranjak dari sana.

"Mau kemana kamu? Dirga!"

*****

"Cheers.." ting

Dua gelas berisi minuman bersoda itu beradu menimbulkan suara dentingan yang pelan.

"Lo, sesenang itu?"

"Ya, iyalah kocakk, sebulan lebih anjir. Gimana gue gak senang kalau usaha gue membuahkan hasil. Gak lihat aja lo muka nya, bhwahaha.."

"Apa yang kau lakukan kepadaku? Ck! Dasar om-om banyak gaya. Apa salahnya sih, langsung tho the point bilang kalau dia itu kangen berat sama gue hahah.." Abigel bahkan sampai meniru gaya bicara Dirga.

"Lihat Lun, lihat! Ketakutan lo selama ini enggak berlaku sama gue. Buktinya gue berhasil tuh, gak ada noda gak ada lecet sama sekali, mana berani dia ngelenyapin gue. Yang ada dia udah gue pikat duluan sebelum itu terjadi."

Luna geleng-geleng kepala. "Pastiin aja lo gak ketemu sama dia lagi," ucapnya.

"Why?"

"Diakan sempat ngamcam lo diakhir, bisa jadi itu peringatan terakhir dari dia," terang Luna dengan raut serius.

"Jangan anggap serius napa, jelas dia ngomong gitu karena gak tau lagi mau bilang apa ke gue. Justru seharusnya dia yang harus ngehindar dari gue. Logikanya dia kan yang udah cium gue duluan. Lecehin gue walaupun durasinya singkat. Kalau tadi orang yang cium gue itu bukan dia udah gue gampar bolak-balik tuh, sumpah!"

"Jaga-jaga aja Bi. Kita kan gak bisa nebak Dirga itu gimana," jelas Luna. "Lo kan udah puas tu karena berhasil buat Dirga ngelirik lo, yaudah cukup sampai disitu."

"Lun? Lo sayang banget ya sama gue?" Abigel tersenyum menggoda Luna.

"Dih najis! Pede banget! Gue khawatir gini cuman gegara lo baik udah ngasih bugatti ke gue." Luna memutar mutar benda persegi yang berada di tangannya.

"Ntar malam, ngelab yok!" Abigel menaik-naikkan kedua alisnya.

"Emang lo boleh? Papi Daren kan lagi diruma-"

"Ck, tenang. Gampang itu mahh.."

•🦋•

-bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

Abigel of ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang