15

37.3K 1K 36
                                    

Keyla membuka kulkas, dia mengambil box makanan yang berisi ayam masakan Senja yang diberikan 2 hari lalu.

Keyla menghangatkan makanan itu, lalu memakannya sendirian di dapur. Keyla mengunyah makananannya sambil terisak sesak, makanan yang sengaja dibuat Senja untuk Keyla.

"Hiks hikshh... ini masakan terakhir yang Senja buat? aku ga mau ini yang terakhir Senja..."

Keyla terisak sesenggukan setelah banyak mengeluarkan air matanya, sedih memikirkan ini permberian Senja untuk terakhir kalinya setelah pertengkaran mereka dan Senja malah pergi menjauhinya.

•••

Dalam beberapa bulan Edgar masih terus berusaha menacari Senja yang sedang mengandung anaknya, perasaannya terus dipenuhi rasa bersalah karena bermain-main bahkan saat tahu Senja hamil.

Edgar sering merutuki dirinya sendiri karena sifat kekanak-kanakannya yang ingin Senja merasa cemburu dan ingin Senja mengemis cintanya saat Edgar bersandiwara akan menikah dengan Kelly, dan akhirnya Edgar mendapat karmanya sekarang yang sangat menyiksanya dengan kepergian Senja tanpa sedikitpun jejak.

Di kursi kerjanya Edgar berulang kali menghela napas panjang dan lelah, kepalanya sangat sakit karena khawatir dengan Senja, apalagi wanita itu sedang hamil. Edgar tak bisa membayangkan bagaimana kesulitannya Senja dimanapun dia berada, mengalami morning sicknes sendirian dan pasti juga mengalami masa ngidam saat memasuki trisemester kedua ini tapi tanpa ada dirinya.

"Senja kamu dimana... apa kamu sering merasa mual dan muntah selama ini? Apa kamu disana menginginkan sesuatu untuk dimakan atau dilihat? Senja... saya ingin membantu kamu, merawat kamu dan calon bayi kita, saya ingin mengabulkan semua keinginanmu saan mengidam... karena itu saya mohon... jangan sembunyi lagi Senja..."

Edgar mengusap kasar wajahnya yang lesu, semakin stress tak bisa menemukan Senja saat ia sudah menyuruh beberapa anak buahnya mencari Senja di seluruh kota ini.

•••

"Sayang, jangan sedih terus dong... aku juga sedih kalo kamu sedih Key," ucap Alfa pada Keyla yang duduk disofa apartemennya tampak lemas dan lesu dengan mata yang lelah.

"Berisik Alfa," kata Keyla lalu membaringkan badannya disofa.

Alfa menghela napas, sudah beberapa bulan pacarnya itu tampak selalu tak bersemangat dan bahkan mengabaikan teman kuliahnya hingga Keyla tak punya teman dekat lagi kampusnya karena Keyla sering marah tanpa sebab.

"Key, hidup kamu harus tetep berjalan, aku juga yakin Senja hidup dengan baik dimanapun dia berada. Sayang, kamu baik kenal Senja gimana orangnya, dia mandiri dan paling hebat mengurus dirinya sendiri setelah orang tuanya meninggal dan keluarganya ga ngaggep dia kan? dia sehebat dan sekuat itu Key, jangan terlalu cemas sayang," kata Alfa berusaha menghibur pacarnya agar tak selalu mencemaskan Senja dan mengabaikan dirinya sendiri.

Pandangan Keyla tampak kosong, air matanya mengalir ke sofa. "Tapi... aku merasa bersalah sama Senja, sahabat macam apa aku yang ga percaya sama sahabatnya sendiri? Bahkan sempat terhasut sama ibu yang ga pernah ada sosoknya keibuannya, dia orang asing yang sialnya orang yang lahirin aku, dia manfaatin aku buat nyakitin Senja..."

Alfa berjongkok, mengusap lembut kepala Keyla. "Sayang aku ngerti gimana rasa menyesal dan bersalah kamu ke Senja gimana, aku paham itu pasti buat kamu gagal jadi seorang sahabat. Boleh aku tau gimana reaksi Senja setelah kamu ngatain dia? Dia marah?" tanya Alfa.

"Senja..."

"Senja ga marah, dan itu yang buat aku makin ga bisa maafin diri aku sendiri Alfa... Senja terlalu baik, dia malah berterima kasih setelah aku jahat ke dia."

Alfa mengangguk paham. "Keyla, Senja baik ya? dan dia pasti ga mau kamu terus-terusan merasa bersalah kaya gini apalagi sampe kamu jarang makan karena rasa penyesalan kamu itu, Senja pasti akan lebih marah kalo kamu kaya gini. Aku bantu kamu sayang, aku bantu kamu buat cari Senja sama-sama, bukan cuma kamu yang nyari Senja."

"Tapi mana hasilnya? Kamu ga bisa nemuin sahabat aku sampai sekarang..."

Alfa tertohok, "Maaf... aku akan suruh temen-temen aku bantu nyari Senja."

"Ga perlu Alfa, Senja bukan orang hilang yang harus dicari sama semua orang, biar aku sama papa aja yang cari Senja dan adikku..."

•••

Senja yang pergi menjauh dari Edgar dan Keyla sedang membuat teh untuk seorang nenek berusia 60 tahun namun masih terlihat kuat dan cantik untuk usianya sekarang.

Senja menaruh secangkir teh di atas meja, lalu duduk dikursi sebelah wanita tua yang sedang bersantai melihat taman luas rumah yang memang menjadi taman berbagai macam bunga.

Awal mula Senja berada di rumah besar milik nenek itu adalah karena saat Senja pertama kali tinggal ditempat barunya ia kebetulan menemani nenek itu mengobrol, awalnya hanya berbasa-basi tapi lama kelamaan nenek nyaman berbicara dengan Senja dan sering tertawa. Nenek itu kasihan Senja hamil muda tanpa suami dan menyuruh Senja untuk bekerja dengannya, bukan bekerja kasar seperti bersih-bersih namun pekerjaannya hanya menjadi teman bagi nenek itu.

Wanita tua itu menatap Senja yang mengusap perut besarnya, dia tersenyum senang melihat Senja. "Senja, apa pinggang kamu terasa sakit?" tanyanya.

"Ngga sakit nek, Senja cuma ngerasa pegel aja."

"Nenek tahu rasanya, pegal pun sama tak nyamannya. Nak, kenapa kamu ga mau tinggal di rumah nenek aja? Jadi kamu ga perlu bolak balik dari kontrakanmu ke rumah nenek."

Senja tersenyum. "Ngga ah Nek, Senja udah bersyukur banget Nenek kasih Senja uang padahal Senja cuma nemenin nenek doang."

"Loh gapapa Senja, saya seneng banget sama kamu, apalagi kalo kamu mau tinggal bareng dirumah ini. Rumah ini terlalu besar buat saya dan suami saya, anak dan cucu saya juga jarang banget datang, jadi kehadiran kamu sekarang ini buat saya dan suami seneng berasa punya anak yang bisa kami kasih uang jajan dan kami manja lagi."

"Bener kata nenek Senja, kakek juga berharap kamu tinggal bareng aja sama kami, kalo bisa sih sekalian kami angkat jadi anak saja," kata Kakek yang baru selesai menyirami seluruh tanaman.

"Senja, kami juga khawatir sama kamu yang lagi hamil tapi tinggal sendirian, setidaknya kalo kamu tinggal bareng disini kami tak perlu cemas kalau-kalau kandungan kamu ada masalah."

Senja tersenyum tulus mendengar kekhawatiran kakek dan nenek itu yang mengkhawatirkannya. "Kakek dan nenek makasih ya udah baik ke Senja, Senja senang loh bisa kenal sama kalian."

Nenek mengusap-usap perut bulat Senja. "Sudah 5 bulan ya kandunganmu?" tanya Nenek.

Senja mengangguk.

"Kasihan sekali kamu nak, kenapa ayahnya tidak mengakui kalo ini anaknya ya? jahat sekali laki-laki itu, tapi Senja jangan sedih lagi ya? Ada kami yang jadi nenek dan kakek bayi kamu setelah dia lahir nanti."

Mata Senja berkaca-kaca terharu, bersyukur dipertemukan dengan orang sebaik mereka. "Nenek sama kakek kok bisa sebaik ini sama Senja... makasih Kek, Nek..."

•••
Update seminggu sekali diwp, udah lengkap dikryakarsa(link dibio)

Follow jga akun Diatasumur7 soalnya sering ilang

Terjebak ayah temanku (Edgar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang