Berusaha mengeluarkan suara justru membuat kepalanya pusing dan akhirnya ia menjatuhkan kepalanya pada ceruk leher Aneska.
"Gavin?"
Pria itu menjatuhkan dirinya di samping Aneska, menarik perempuan itu kedalam dekapannya dengan kuat. Menikmati aroma manis yang terpancar dari Aneska, Aroma manis yang justru menenangkan pikirannya.
Aneska salivanya gugup, jangan lupa sudah lama mereka tidak melakukan skinship
dengan keberanian yang tersisa, Aneska menaikan tangannya pada puncak kepala Gavin. Mengelus sangat pelan agar Gavin tidak terusik namun perlakuan Aneska lagi-lagi malah menimbulkan perasaan aneh.
Tidak itu tidak cinta, jangan berharap Gavin mencintai Aneska. Tidak pernah terlintas dipikiran Gavin bahwa dia akan mencintai Aneska. tidak, tidak akan. itulah batin Gavin beradu.
Sebenernya Gavin sendiri tidak pandai memahami setiap perasaan yang timbul pada dirinya. Sedari kecil ia tidak bisa mengungkapkan isi hatinya. Yang Gavin tahu hanya kebencian dan kebencian itu saja.
Gavin sendiri menerapkan perkataan Aneska yang mengatakan bahwa mereka tidak berteman lagi. Ia merasa bahwa dirinya lebih baik sendiri dan tidak perlu ada siapapun disampingnya.
Tapi sebenernya itu menggerogoti hatinya.
"gua menang olimpiade renang 4 hari yang lalu" Ucap Gavin tiba-tiba.
"Oh ya?"
"Hm di Singapore"
"Really?" Aneska langsung memundurkan kepalanya, menatap Gavin yang menutup matanya.
"Demi apa Lo keren pake banget! Ternyata Lo bisa berenang? Gila ya apasih yang Lo ga bisa?"
Alis yang sedari tadi menukik tajam mulai berangsur menjadi biasa saja dan jika di perhatikan dengan sangat-sangat teliti maka akan disadari bahwa Gavin telah menarik sedikit ujung bibir keatas, sangat sedikit.
Aneska menatap kagum Gavin, ia menyingkirkan poni Gavin dengan pelan. Pria tampan ini memiliki segudang skill, mengapa pria ini memborong semua? pintar, tampan dan kaya?
Gavin kembali menarik Aneska agar wajahnnya bisa kembali menghidupkan wangi manis di ceruk Aneska. Gavin juga mengangkat kakinya, menindih kaki Aneska sehingga ia terlihat memeluk Aneska seperti memeluk guling.
"punya hubungan apa Lo sama Reno?"
Aneska mengerutkan keningnya bingung, meskipun suara Gavin sangat kecil tetap saja dapat di dengar Aneska.
"Gue ga punya hubungan apapun sama dia, Cuma temen"
"Bohong"
"Buat apa gue bohong?" Tanya Aneska.
"Gue dan dia temenan doang sama kaya gue dan Lo. Kita temenan kan?"
Gavin mendongakkan kepalanya, membuka matanya dan menatap mata Aneska.
"Gak" balas Gavin.
"Kok gitu sih?" Aneska memanyunkan bibirnya sedih, ternyata Gavin masih belum ingin memperbaiki hubungan pertemanan mereka.
"Bego" Ucap Gavin sambil menyentil dahi gadis itu.
"Ahk" Aneska beraduh sakit, sentilan itu pasti menimbulkan bekas merah.
"Jadi kalo Lo ga mau temenan sama gue, Lo maunya apa?" tanya Aneska pelan.
"Gak ada, tapi gua ga suka Lo dekat sama cowo manapun. Ingat Lo cuma milik gua, dekat sama gua, minta bantuan ke gua, ngeluh ke gua dan apapun itu cuma boleh ke gua. gua gak main-main sama ucapan gua dulu, gua bakal sekap Lo kalau Lo ketahuan dekat sama cowo lain"
Aneska terkejut menatap Gavin yang seolah berbicara tanpa beban.
"Tapi Lo ga mungkin nyakitin gue kan?" tanyanya hati-hati.
"Asal Lo gak main-main sama gue, Aneska"
Aneska menatap Gavin dengan jantung yang mulai berpacu kuat, ia tertawa kikuk. Kenapa Gavin terlihat posesif disini?
"Ha ha ha i-iya Gavin"
Gavin hanya menatap Aneska tanpa berniat tertawa seperti Aneska. Lucu rasanya menatap wajah takut Aneska.
"cium gua"
Pinta Gavin tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN 21+
RomanceGUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, orang-orang bahkan menganggap dia adalah anak yang ansos. Gavin merupakan satu-satunya pewaris keluarga...