06. Pixie Dust Potion

64 16 10
                                    

Jam masih menunjukkan pukul 9 pagi, tapi Benavent sudah kembali ke asrama karena di hari pertamanya masuk kuliah ini, dosennya membatalkan kelas. Begitu masuk ke dalam kamar, ia menjumpai jendela dapur sudah terbuka lebar, padahal ia ingat betul sudah mengunci jendela dan pintu sebelum berangkat ke kampus.

Malas berspekulasi aneh-aneh, Benavent kembali menutup jendela, kemudian membuka kulkas di dapur untuk mencari minuman segar. Ia menjumpai segelas sirup yang sangat menggelitik dahaganya. Tanpa berpikir lama, ia meneguk habis minuman itu, lalu segera menuju kasur dan tidur.

***

Sementara Benavent sedang tidur di asrama, para mahasiswa lain masih bergelut dengan segala aktivitas di kampus. Di tengah keramaian kantin Fakultas Ilmu Budaya, Darren dan Steven menyantap sarapan mereka sambil mengobrol banyak hal terkait artikel terbaru dari Anonymous Twin.

Baru saja Darren memasukkan satu sendok pertama ke mulutnya, meja tempat mereka makan sudah dipukul dengan keras oleh Steven. "Nah!" serunya.

"Astaga, pelan-pelan, dong?" protes Darren.

Lalu Steven menyerahkan ponselnya pada Darren. "Baca ini. Kisahnya singkat, tapi ini menarik!"

Darren mengurungkan niat untuk mengambil suapan sendok yang kedua, dan tampaknya kini lebih tertarik dengan apa yang ditawarkan Steven. Darren mengambil alih ponsel Steven, lalu mulai membaca artikel itu hingga habis.

Aiden, Herran, dan Rhino--fokus cerita hanya berputar di kisah mereka bertiga. Setelah selesai membaca, Darren terdiam cukup lama, mencoba mencernanya dengan baik hingga mengaitkan kisah tersebut dengan kejadian yang menimpanya beberapa hari yang lalu--pertemuannya dengan Aiden.

Jika pertemuan itu bukan mimpi, maka apa yang ditulis oleh Anonymous Twin itu benar adanya.

"Bagaimana? Keren, kan! Aiden dan Herran menghabiskan 199 tahun mereka di Hollowland sebagai sepasang makhluk, lalu perang besar di Laut Hitam memisahkan mereka berdua, karena Herran harus tewas di medan perang! Itu sangat menyakitkan!"

Darren melanjutkan. "Lalu Aiden selalu berdoa di Semenanjung Mimpi supaya Herran kembali lagi. Namun itu mustahil, sehingga Tuhan mendatangkannya sosok lain yaitu Rhino."

"Ya! Ya! Ini konflik utamanya!"

"Aiden dan Rhino pun menjadi pasangan yang bekerja di Pulau Bintang sebagai pengelola sumber daya alam. Suatu hari, mereka melaksanakan suatu ekspedisi di Bumi. Namun ekspedisi itu tidak berjalan lancar karena Rhino hanyut dalam godaan terlalu dalam. Rhino mengkhianati Aiden dan menetap sebagai manusia, membuat Aiden terjebak di Bumi dan tak bisa kembali ke Hollowland karena tugasnya belum selesai."

"Tragis, 'kan? Astaga... aku bisa saja menangis semalaman karena kisah ini. Menurut bagaimana? Jika aku menjadikannya inspirasi untuk karya baruku?"

Darren menggeleng. "Tidak. Itu kisah yang jelek. Carilah inspirasi lain." Lalu ia lanjut menyantap makanannya dan bertanya, "dimana Benavent?"

"Katanya dosennya membatalkan kelas dan dia kembali ke asrama untuk tidur lagi."

"Pasti semalaman dia begadang main game."

"Sumpah. Aku tak bisa tidur karena dia tidak mau menurunkan volume game-nya. Jadi aku sibuk meracik ramuan serbuk peri semalaman."

THE HOLLOWS | yeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang