15. Surat untuk Rena

423 66 3
                                    

Noted; author nya galak, ga usah ada kepikiran buat jiplak😾🫵🏻


Noted; author nya galak, ga usah ada kepikiran buat jiplak😾🫵🏻☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

By: Mldnvnrc



"Apa yang tengah kau fikirkan sam? Kau tak ingin bersiap? Atau memang lupa jika malam ini ada perpisahan?"

Baru juga selsai upacara, dikta kembali menghampiri arsam yang hanya memiliki jiwa tapi tidak dengan raga dan hatinya yang entah ada dimana.

"Ada bayu diluar, ingin meminta maaf katanya" imbuh dikta dengan posisi menyandarkan tubuhnya ke bagian pintu.

Tak ada balasan, arsam masih fokus dengan selembar kertas dan tinta yang tengah ia pegang. "Kau tak mendengar sam?"

Kini dikta melangkah maju, mendekati arsam yang belum juga menjawab pernyataan-pernyataan yang ia ungkapkan didetik sebelumnya.

"Sam-!" Tegurnya sedikit keras karena tak ada balasan dari pemilik nama.

Tetapi sesaat setelah nya, arsam goyah. Ia balik memandang dikta yang kini hanya bisa menelan ludarnya cukup kasar.

"Kau bertanya kepada seorang yang hanya memiliki jiwa tetapi tidak dengan fikiran nya dik,?" Suaranya terdengar dari balik pintu yang baru saja dibuka, menampilkan dia dengan seragam yang masih lengkap setelah pelantikan.

"Kenapa sam? Kapan surat itu akan sampai kepada rena, jika kau terus saja melamun dan tidak meneruskan tulisan mu?" Imbuhnya lagi, mendekati arsam dan dikta yang ikut menoleh ke arahnya.

Dikta sedikit tersenyum miring, seperti bersembunyi untuk tidak terlihat tengah menertawakan arsam yang semakin hari justru semakin terlihat khawatir akan takdir cinta nya.

Tak ada balasan apapun, arsam justru dengan cepat kembali memalingkan pandangannya, sedikit menjauh lalu duduk ditepi ranjang tidurnya.

"Bagaimana bisa saya melanjutkan surat itu, jika fikiran saya ikut meragukan hasil yang akan saya dapatkan nantinya?" Arsam angkat bicara, meski pandangannya terus saja mengintai lantai dingin kamarnya.

"Kau sudah melakukan segalanya bukan? Lalu kau meragukan hasil dari kerja keras mu sendiri?" Celtus dikta dengan saling bertukar pandang dengan bayu.

"Besok jenderal haidar dan mas hisyam akan datang, kau bisa titipkan surat itu kepada mas hisyam jika kau berani" lanjut dikta yang tengah bersandar pada penompang ranjang kasur.

Hening, kembali tak menjawab. Arsam menunduk lalu beranjak pergi tanpa mengatakan sepatah katapun, meninggalkan dua sahabatnya dengan seribu kebingungannya.

Didetik setelah arsam tak lagi terlihat dari pandangan keduanya, dikta dan bayu mulai mempersiapkan seluruh barang-barang mereka untuk dibawa bersama penugasan barunya setelah pelantikan tadi pagi.

Before ExpulsionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang