Mana bisa resign?
Kanaya meletakkan surat pengunduran diri ke dalam tas unicornnya begitu mengetahui siapa yang saat ini sedang berbincang dengan Gesang Hastama dan Johan Wicaksana. Pria itu adalah seorang anggota DPR dari Fraksi Partai Gerakan Persatuan Indonesia—wakil ketua komisi VIII sekaligus suami dari perempuan yang ditemukan tak sadarkan diri beberapa hari lalu.
“Santai saja, Pak Bri. Anggap sedang di rumah sendiri,” suara Gesang yang serak karena kebiasaannya sebagai perokok akut terdengar sarat nikotin dan menjemukkan. “Semuanya akan kami bereskan, lagi pula semua masalah ini hanya kesalahpahaman.”
Kesalahpahaman apa yang membuat seseorang nyaris kehilangan nyawa?
“Pak Gesang benar sekali,” Johan dengan suaranya yang selalu diplomatis membuat Kanaya meremat botol minumnya sampai Mei yang baru saja datang dari ruang fotokopi menatapnya ngeri. “Dengan riwayat kejiwaan istri Pak Bri, saya sangat mengerti posisi Pak Bri pasti sulit sekali. Saya yakin penyidik juga sependapat dengan kita.”
Kanaya menukikkan alis, tampak bersungut dengan posisi menguping di belakang pintu. Mei menoel punggungnya pelan, tapi gadis itu cuma mengibaskan tangan sambil meletakkan telunjuk di depan bibir. “Sst! Nanti ketahuan!”
Mei lupa Kanaya jarang pakai otak sebelum jam 12 siang. Perempuan muda dengan rambut hitam lurus sebahu itu menatap miris, kemudian mencubit pinggang Kanaya gemas. Dengan kesal, dia berbisik senewen. “Lo kira dengan gerak-gerik mencurigakan begini mereka yang di dalam nggak tahu?” Mei misuh-misuh selirih mungkin. “Please, Nay. Pak Gesang mood-nya lagi baik, kalau tahu lo nguping gini terus dia sensi. Yang kena bukan lo, tapi upik abu kayak gue ini.”
Kanaya mengaduh sakit dan memberontak diiringi dengan bekapan Mei yang jauh lebih tinggi darinya 7 cm agar tidak mengeluarkan suara. Bersungut-sungut, Mei menyeret Kanaya ikut bersamanya ke kafetaria—ruang rahasia yang biasa digunakan para upik abu untuk menggunjing bos mereka. Di ruangan itu, ditemukan dengan mengenaskan Acel yang bernama lengkap Asclepius Bonaparte Panjaitan (namanya memang aneh). Research officer tim Rindang itu tengah khusyuk dengan posisi lilin sementara satu lagi kawan mereka yang paling waras tapi musuh semua orang, Elvin Meredith Laulesi yang sering diplesetkan nama tengahnya menjadi medit—si anak finance yang suka meneror satu kantor menjelang masa audit—hanya mengunyah kuaci sambil memeriksa laporan pajak.
“Orang-orang ini … pada kenapa, deh?” Kanaya menatap penuh penghakiman. Baik Acel maupun Elvin hanya melihat Kanaya sekilas lantas kembali ke kegiatan masing-masing.
“Gue ngerti lo memang bosan hidup,” Mei mulai ngomel lagi. “Tapi at least tuh survival mode lo berguna dikit dong? Pak Gesang lagi berbicara dengan Brian Sanjaya, wakil komisi VIII for godsake. Dan lo tahu kasusnya apa—”
“Siapa yang nggak tahu dia suami cewek yang beritanya gempar sejagat maya beberapa hari ini,” Kanaya memotong cepat. Mei menghela napas.
“Nah itu lo tahu,” Mei mengambil duduk dan mulai mencuri kuaci hasil kupasan Elvin. “Pokoknya ini kasus gede, Nay. Kita para upik abu lagi ketar-ketir karena publik pasti menyoroti kita. Makanya si Joko lagi semedi itu di bawah mesin kopi.”
Kanaya mengikuti arah tunjuk Mei dan menemukan Joko tengah bertapa di bawah meja, sebagai anak humas dia bakalan paling stres saat kasus ini semakin mendapat sorotan.
“Eh tapi, lo dengar nggak sih itu katanya istrinya kenapa?” Kanaya bertanya serius. “Maksud gue, dengan hasil visum yang menunjukkan luka-luka korban, gimana cara kita belain dia?”
Mei mendesah, Acel yang selesai dengan sikap lilinnya duduk di samping Mei dan mencomot kuaci kupas Elvin, kemudiam menjawab pertanyaan yang Kanaya tujukan pada Mei. “Bipolar,” Acel menggunakan nada sok misterius. “Si bapak itu punya surat keterangan dokter yang nunjukin kalau si istri punya penyakit mental. Dengar-dengar sih, di hari kejadian mereka habis melalui malam panas sebagai pasutri, habis itu pas bangun si istri dah ngilang dan tahu-tahu sudah ditemui warga.”
YOU ARE READING
Additional Fee
RomanceKalingga Dharma memiliki kehidupan yang tidak biasa. Lahir sebagai anak raja yang tak bertahta, keluarga dan ambisi adalah dua poros yang memaksanya terus melarikan diri. Terjalin takdir bersama Kanaya Deimena yang tak memiliki insting bertahan hid...
