31

16 4 3
                                    

VOTE SEMAMPU TANGAN KALIAN
.
.
.
"Sampai jumpa besok, Neithen Caesarea"

(⁠ᗒ⁠ᗩ⁠ᗕ⁠)ಥ⁠‿⁠ಥ(⁠ᗒ⁠ᗩ⁠ᗕ⁠)

KKN berjalan dengan semestinya. Semua peserta menjalankan tugasnya berdasarkan fakultasnya masing-masing. Ada yang ditempatkan di sekolah, ada juga yang di perkampungan. Kebetulan sebagai mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis, Mesya, Nara, dan kedua temannya ditempatkan di sebuah kampung di desa tersebut.

Setiap hari waktu mereka selalu padat. Nara mengajak masyarakat untuk belajar bagaimana caranya memasarkan hasil kebun dengan baik. Semua tentu ada tekniknya. Kebetulan sekali para warga di kampung tersebut memiliki sumber daya alam seperti bahan pangan yang ditanam langsung di tanah mereka. Di sini Nara dan teman-teman mengajarkan cara pemasaran agar tidak terjadi kerugian pada hasil panen yang seharusnya menjadi sebuah keuntungan bagi warga.

Selain mengajarkan cara pemasaran, para mahasiswa juga mengajak warga untuk hidup produktif. Hidup dengan alam yang masih asri tentu banyak hal yang bisa dimanfaatkan. Tidak hanya mengajar dan mengajak, mereka juga turun langsung membawa semangat untuk para warga sekitar.

Hari-hari Nara dipenuhi dengan kesibukan. Dari pagi hingga malam tugas baru selesai. Merebahkan tubuh sambil bercakap-cakap adalah kebiasaan yang mereka lakukan setelah semua kumpul kembali di posko. Jam 9 hingga jam 10 mereka baru beristirahat ke kamar masing-masing. Setiap hari rutin dengan aktivitas yang sama.

Kesibukan itu mampu membuat Nara lupa akan Neithen. Setidaknya rindu tidak datang untuk menyiksanya, meski terkadang ketika malam datang setetes ingatan selalu menyapa. Sedang apa Neithen di sana? Apakah dia juga mengingat Nara? Bagaimana dengan sidangnya, apa sudah ada kabar? Harusnya Minggu ini keliling kota, duduk di tepi danau, menikmati tenangnya gelombang air, hembusan angin, dan es teh manis yang tidak pernah dilupakan.

Nara membuang napasnya kasar. Menutup buku lalu beranjak dari kursi meja belajar. Mesya terlihat asik memainkan handphone dengan tubuh yang sudah rapi ditutup selimut. Apakah Nara harus mengabari Neithen lewat telepon? Tidak. Nara tidak ingin mengganggu kefokusan Neithen dalam belajarnya. Nara mengurungkan niat—memilih menutup diri dengan selimut.

Suara tawa Mesya mengganggunya. Nara membuka selimut yang menutupi wajahnya. "Mey, lo nggak tidur?"

"Lo tidur duluan aja," Mesya menyahut, fokus pada handphone-Nya.

Nara mengubah posisi tidurnya menjadi miring. Nara juga ingin seperti Mesya yang tertawa karena berkomunikasi dengan seseorang.

"Na, kata Varen Minggu depan in syaa Allah mereka ke sini." Mesya menyampaikan isi pesannya dengan Varen. Nara sontak menoleh.

"Neithen juga?"

"Ya, iya lah. Lo pikir ngapain si Varen ke sini kalo bukan nganter Neithen."

Nara kembali ke posisinya. Kabar baik telah mengukir senyuman di bibir tipisnya itu. Nara sangat senang dan tentunya tidak sabar akan hari itu.

Sepertinya malam ini Nara akan tidur dengan pulas. Ia menarik selimutnya kembali dan mulai memejamkan mata.

ಠ⁠益⁠ಠ

Seminggu sudah Nara habiskan masih dengan kegiatan yang sama. Waktu yang penuh kegiatan itu tidak memberi kesan lama akan hari-hari selanjutnya, hingga hari yang ditunggu itu kini telah tiba.

Dinding Kampus (Mimpi dan Kasih) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang