2. Apa Kabar, Antasena Sadewa?

155 27 0
                                    

"Izinkan aku untuk menjadi obat untuk segala luka yang aku torehkan."

***

"Sen, menurut lo di dunia ini masih ada nggak cewek yang setia?" Elang melemparkan sebuah pertanyaan kepada Antasena Sadewa, laki-laki yang akrab disapa Sena itu duduk di sebelahnya dengan segelas soda yang ada di tangannya. Sena tidak berniat untuk mabok malam ini karena besok pagi ia ada kegiatan kampus. Berbeda dengan Elang, ia sudah minum tiga gelas, Elang memang memiliki toleransi alkohol yang cukup tinggi.

Sena menyimpan gelasnya di atas meja, lalu merebut gelas yang ada di tangan Elang. "Lo udah minum tiga gelas, Lang. Nggak usah gila, bego."

"Lo belum jawab pertanyaan gue." Elang ini memang kurang beruntung dalam urusan asmara, ia beberapa kali pacaran dan putus karena dirinya diselingkuhi, ortunya juga cerai karena ibunya yang selingkuh dan sekarang ibunya sudah hidup bahagia dengan suami baru.

"Ya masih ada, Lang. Cewek di dunia ini bukan cuma mantan-mantan lo yang berengsek itu, bukan cuma ibu lo yang akhirnya milih selingkuhannya, masih banyak cewek yang baik. Lo tenang aja, nanti juga datang sendiri."

Elang mengernyitkan keningnya. "Cowok sebaik Arhan aja masih diselingkuhin sama Zize kan? Emang cewek setia populasinya udah habis kali."

Sena menepuk pundaknya Elang sekilas. "Malah bahas gosip, gue ke toilet dulu. Awas lo minum lagi." Ia pun meninggalkan Elang yang masih berperang dengan pikirannya sendiri.

"Harga lo berapa? Sini gue beli. Malam ini lo temenin gue di ranjang ya?" Samar-samar Sena mendengar suara itu, tetapi ia tidak peduli karena hal serupa sering terjadi di club malam, bahkan lebih parah. Sena pun masuk ke toilet, ia anggap tidak mendengar apa-apa karena ia tidak mau ikut campur dengan sesuatu yang bukan urusannya.

"Please, aku mohon. Lepasin aku. Aku bukan perempuan seperti itu, aku kerja di sini bukan untuk macam-macam." Gadis itu berkali-kali ingin lepas, namun cengkraman tangan pria itu begitu keras. Sepertinya pria itu hanya ingin menggoda gadis di hadapannya.

Sena mendengar suara tangisan, disertasi suara gadis yang memberontak. Sena tidak bisa mengabaikan hal ini, karena ada seorang gadis yang sedang membutuhkan pertolongan.

Laki-laki bertubuh jangkung itu langsung mencari sumber suara, ternyata tempatnya di sebelah gudang yang tak jauh dari toilet. Seorang pria itu hendak melakukan hal yang tidak senonoh, tetapi gadis itu berusaha untuk memberontak sekuat tenaga.

Tidak bisa dibiarkan, Sena langsung menendang punggung laki-laki laki-laki itu dengan keras. "Berengsek, kalau ceweknya nggak mau jangan dipaksa! Pergi atau gue panggil security?"

Laki-laki itu pun pergi dengan perasaan kesal karena aksinya telah digagalkan, tapi daripada urusannya semakin panjang, lebih baik ia mengalah.

Sena mendekat ke arah gadis yang sudah terduduk di lantai dengan tangisan yang terdengar jelas, ia menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Hai, are you okay?" tanya Sena saat ia mendekat ke arah gadis itu. "Laki-laki itu udah pergi kok, lo aman sekarang."

Ucapan itu membuat gadis itu berdiri dari tempatnya, ia menyeka air mata lalu menatap laki-laki di hadapannya.

"Kaluna?" ujar Sena terlebih dahulu. Ia tidak menyangka, setelah tiga tahun akhirnya mereka ketemu lagi. "Kaluna Isvara?" ujarnya lagi karena tidak mendapatkan tanggapan dari sang pemilik nama.

Detak jantung Kaluna seperti mau berhenti detik ini juga, malam ini ia bertemu dengan laki-laki yang paling ingin ia hindari, kenapa dari miliaran manusia di dunia ini, ia harus bertemu lagi dengan Antasena Sadewa yang menjadi sumber mimpi buruknya, sumber traumanya, dan seseorang yang menjadi alasan Kaluna mengambil jurusan psikologi.

"Maaf, salah orang, saya bukan Kaluna. Permisi." Kaluna langsung meninggalkan Sena dengan buru-buru, bahkan ia tidak mengucapkan terima kasih karena telah menolongnya.

Tidak, Sena yakin bahwa dia adalah Kaluna. Sena pun segera mengejar Kaluna dan meraih tangan gadis itu. "Lo, Kaluna. Kaluna Isvara itu lo kan?"

Gadis itu menoleh dan menatap Sena dengan mengumpulkan sisa-sisa keberaniannya, ia menjauhkan tangannya Sena. "Apa kabar, Antasena Sadewa? Aku lihat sekarang hidup kamu baik-baik aja setelah menghancurkan kehidupan seorang gadis 15 tahun, gadis itu hidup dalam mimpi buruk selama 3 tahun terakhir, gadis itu berusaha untuk sembuh dari trauma, dan gadis itu berusaha untuk memeluk lukanya sendiri, dan sekarang kamu hadir sebagai pahlawan. Lucu sekali. Asal kamu tahu, Sena. Kamu adalah orang yang aku blacklist dari hidupku. Aku selalu berdoa sama Tuhan agar kita nggak ketemu lagi." Kaluna menjeda ucapannya. "Kamu nggak ada bedanya dari laki-laki tadi, Antasena."

"Maaf buat lukanya, Kal. Ayo sembuh bareng. Izinin gue buat menebus semua kesalahan gue."

Kaluna menggeleng pelan. "Aku nggak mau ketemu kamu lagi, Sen. Ayo hidup seperti orang asing dan anggap aja malam ini kita nggak pernah ketemu."

Kali ini Sena membiarkan Kaluna menjauh. Ia hanya menatap kepergian Kaluna dengan rasa penyesalan yang sampai saat ini ia rasakan. Selama tiga tahun, Sena hidup dalam rasa bersalah.

***

Aku double up, minimal vote dan komen hehe.

Gadis yang Memeluk LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang