Bab 14

9.2K 643 8
                                    

...Double up nih guys...

...Done ya...

•• Selamat Membaca ••






Saling menatap dan Rey makin mundur kala mendapatkan tatapan datar yang sama persis seperti bayangan yang saat Rey ada di kantin tadi.

"Gak... Aku gak mau... Hiks... Gak... " suara tangis Rey mulai terdengar sedangkan pemuda manis itu menghela nafas.

"Hah.... apa seburuk itu kah trauma dia" gumam si pemuda manis sambil memijit pelipisnya.

"Tenanglah,... Tarik nafas... Keluarkan..... " suara si pemuda manis dengan lembut dan menenangkan Rey yang kesulitan bernafas lagi.

Membawa tubuh Rey ke dalam pelukannya, dengan lembut dan sabar si pemuda manis menenangkan Rey sampai Rey akhirnya sudah cukup tenang.

"Lihat aku" suara si pemuda manis membuat Rey langsung menatap nya takut namun sedikit rileks.

"Sekarang cerita kan apa yang terjadi" suara lembut Rey membuat ia ragu untuk berkata.

"Kamu bisa percaya dengan ku, aku akan menuntunmu agar trauma kamu tak akan kambuh lagi" kata Si pemuda manis lembut.

"Siapa kamu? Dan kenapa aku harus percaya dengan mu yang jelas-jelas aku tak pernah bertemu dan kenal dengan mu" jawab Rey menatap mata yang tadinya tajam berubah warna dengan sebuah pemandangan yang lembut, bahkan bola matanya yang tadi berwarna hitam ke pekat dan tajam kini berubah warna jadi warna mata biru laut yang menenangkan.

"Kamu boleh tidak percaya dengan ku tapi yang aku tau sekarang adalah kamu bukan pemilik tubuh yang sekarang bukan" pernyataan dari si pemuda manis membuat Rey terkejut dan itu terlihat dari sikapnya.

"Tenang saja, aku juga sama denganmu" dengan tersenyum si pemuda manis berkata. "Perkenalkan nama ku Arasya Verlion, panggil saja nama ku Asya" dengan senyuman manis si pemuda manis itu ucapkan.

"Arasya Verlion si figuran yang bakal mati nyelametin mommy Levin" kata Rey terkejut.

"Kau tau cerita itu ternyata, berarti tebakanku benar jika kau transmigrasi ke dalam tubuh si bocil" kata Asya dengan senyuman.

"Bagaimana kamu bisa tau kalau aku adalah orang yang transmigrasi? " tanya Rey bingung.

"Karena aku tau saja, dan masih bakal ada 3 orang lainnya lagi. Dan semua cerita itu saling bersambung, jika kau membaca cuma 1 bab yang menggambarkan kehidupan Levin dan Dominic maka aku tau seluruh cerita ini, begitu pun dengan 1 orang lagi" jelas si Asya.

"Lalu yang dua orang lagi? " tanya Rey penasaran.

"Itu nanti kau akan tau, sekarang cerita kan apa yang kau alami sampai trauma mu kembali" tanya Asya lembut.

"Itu... " kata Rey mulai menceritakan semuanya walaupun dengan keadaan tubuh yang bergetar ketakutan.

"Sudah tenang lah, jika kau ingin menghilangkan rasa trauma mu itu ada 2 cara dengan.... " suara Asya terjemahan kala ada sebuah telfon masuk ke dalam HP milik Asya.

Asya pun bangkit dan berjalan menjauh dari Rey dan mulai mengangkatnya.

"Ha.... " belum selesai Asya menjawab sudah ada teriakan dari dalam telefon.

"Bang Asyaaaaaa,,, kau dimana bang? " tanya si penelfon.

"Aku di mansion, kemarilah dan ajak dia orang itu juga" kata Asya lembut.

"Baik abang, aku habis ini otw dengan dua bocil ini" jawab si penelfon dengan semangat.

Selesai menelfon Asya kembali ke Rey dan mengajaknya keluar.

"Ayo... Nanti ku ajari cara mengunci rasa trauma" kata Asya yang langsung di angguki oleh si Rey dan mengikuti kemana perginya Asya.

Sampai di ruang tengah mansion Asya menyuruh maid untuk membuat kan cemilan dan minum.

"Sayang" seorang pemuda tampan memeluk tubuh Asya lembut dengan mengecup pipi Asya di depan Rey.

"Aawww Live uwu" gumam Rey menutup mulutnya karena senang melihat sebuah asupan yang tak di sangka-sangka bahkan Asya membalas lumatan si pemuda tampan tanpa rasa malu ke Rey.

Rey yang asyik menatap Live Asupan harus terhenti kala ada sebuah tangan yang langsung menutup matanya.

"Kamu masih kecil baby jadi gak boleh liat adegan dewasa" bisik Dax yang mencoba menarik Rey untuk berdiri.

"Ihhh aku ingin liat" jawab Rey cemberut.

"Gak boleh" kata Dax dan menatap si abang "Bang kalau mau begituan di kamar sana" kata Dax dingin.

"Kenapa? Iri.. Bilang dong,.. " bukan Asya yang menjawab tapi si pemuda tampan yang kini malah sudah membuka dua kancing baju Asya dan memberikan kissmark disana.

"Sudah hentikan, sebentar lagi para bocil pulang" jawab Asya mendorong kepala si pemuda tampan membuat si pemuda tampan menatap protes.

"Sayang.... " dengan wajah melas si pemuda tampan meminta Asya melanjutkan nya dan langsung mendapatkan toyoran dari Asya.

"Jangan pasang wajah menjijikkan itu Galen" marah Asya langsung turun dari pangkuan si Galen.



Tak berselang lama masuklah 3 orang pemuda manis imut dan menggemaskan ke dalam mansion dengan satu orang yang berteriak.

"Bang Asyaaaaa kami datang.... " teriakan itu membuat semua mata menoleh ke ambang pintu ruang keluarga.

"Jangan teriak baby" sebuah suara intimidasi itu membuat si pemuda manis yang teriak tadi langsung meringis dan tertawa kecil.

"Hehehe sorry" jawab si pemuda manis dengan senyuman lebarnya.

"Kalian semua ayo makan siang dulu" ajak Asya yang berjalan lebih dulu di ikuti yang lainnya.




Di tempat lain.

"Kalian berdua harus cerai dan (.....) nikahi Luna segera" kata seorang pria paruh baya.

"Aku gak mau, dan istriku tetaplah (....) Selain dia aku gak mau" jawaban dingin itu membuat si pria paruh baya menggeram marah.

"Jika kua tak menurutinya maka jangan salah kan aku jika anak mu (.....) akan aku buat menderita" kata si pria paruh baya.

"Jangan sentuh putraku" dengan marah si pria yang sudah beristri itu menahan marah.






Tbc.

18.08.24

Transmigrasi Seorang FudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang