Bab 13

9.1K 697 9
                                    

•• Selamat Membaca ••




Rey kini sedang berada di kantin, menikmati semangkok bakso yang memiliki kuah merah.

Lihat saja wajah Rey sudah memerah karena kepedesan sampai wajah menggemaskan itu penuh akan keringat.

Rey yang ingin memakan pentol nya yang besar dan memang menyisakan nya untuk di makan terakhir harus pupus kala mangkok baksonya yang akan ia makan lagi sudah terbang dan pecah.

Pentol bakso yang besar tadi menggelinding jauh membuat Rey berkaca-kaca karena belum sempat memakannya. Rey pun menatap nyalang ke orang yang sudah mengganggu makan nya dan saat akan memakai orang itu Rey jadi terdiam.

Melihat wajah tampan dengan wajah datar menatap Rey dengan aura marah entah kenapa nyali Rey yang ingin memaki seseorang itu sedikit ciut.

"Siapa yang menyuruh mu memakan sampah itu" marah pemuda itu dengan intonasi suara yang rendah namun menyesakkan dada.

Bahkan para siswa-siswi yang ada di kantin harus menjaga jarak bila tak ingin mendapatkan imbas yang bukan kesalahan mereka.

"..... " Rey tetap diam dengan jari tangan yang memainkan satu sama lain.

"Jawab" suara itu makin tinggi membuat Rey yang memainkan jari tangan nya mulai bergetar dan menutup mata bahkan dia menutup telinganya.

Sebuah kenangan lama mulai muncul membuat tubuh Rey makin bergetar dan kesusahan bernafas.

"Hah... Tidak... Tidak... Hah.... Gak.... " bergumam lirih Rey mulai meneteskan air mata yang mana itu membuat seseorang yang marah tadi mulai khawatir.

"Baby... " suara yang tadinya berintonasi tinggi mulai melembut.

Seakan tuli Rey tak bisa mendengar suara orang itu, suara yang keras dan entah datang dari mana membuat Rey semakin sulit bernafas dan akhirnya pingsan dalam pelukan seseorang itu.

"Dax lo apain anak orang" seorang cowok imut datang langsung menggeplak kepala Dax membuat Dax menatap nyalang orang yang menggeplak nya namun urung saat tau siapa itu.

Para siswa-siswi menahan nafas, untuk kedua kalinya mereka terkejut kalau Dax bisa setunduk itu dengan cowok imut yang sudah 2 kali mereka liat.

Karena dulu juga pernah Dax di geplak oleh pemuda manis itu di depan semua orang, sekarang kejadian itu terulang lagi dengan adegan yang berbeda.

"Maaf" kata Dax yang memeluk tubuh Rey.

"Bego banget lo, cepet gendong dia, kita bawa ke rumah" kata cowok imut itu mulai berjalan pergi.

Dengan cepat Dax menggendong tubuh Rey dan membawanya mengikuti langkah pemuda manis itu.

"Sejak kapan abang pulang" batin Dax menatap tubuh yang lebih mungil dari Rey dan dirinya.

"Aku baru nyampek dan langsung ke sekolah, inginnya sih mau makan di kantin tapi gak taunya liat lo malah ngebentak anak orang" entah bagaimana bisa cowok imut itu langsung bisa menjawab batinan si Dax.

"Pulang dengan siapa? " tanya Dax saat jaraknya kini sudah sejajar dengan cowok imut itu.

"Siapa lagi kalau bukan dengan calon kakak ipar lo yang sama bego nya dengan lo" jawab si cowok imut dengan lirikan menghinanya.

"Jangan menatap ku seperti itu bang" Dax sungguh tak suka jika di tatap seperti itu oleh abang tersayang nya.

"Mangkanya jadi cowok tuh yang lembut sama orang yang lo suka, bukannya malah langsung marah² yang malah bikin trauma orang yang lo cinta kambuh" marah si pemuda manis itu dengan membuka pintu mobil yang sudah siap untuk jalan.

"Taruh belakang" kata si pemuda manis itu dengan masuk lebih dulu di kursi penumpang.

Dax hanya bisa mematuhi nya saja karena melawan omongan si pemuda itu sama saja ia cari mati. Entah hukuman apa yang akan ia terima nanti saat di rumah.

"Iya abang" jawab Dax seperti anak ayam yang mengikuti setiap langkah si abang.

Setelah masuk mobil Dax langsung duduk di kursi samping pengemudi dengan calon kakak iparnya nanti yang sudah siap melajukan mobilnya.

"Ke rumah" perkataan pemuda imut itu di iyakan oleh si pemuda tampan yang duduk di sebelah Dax.

Selama perjalanan tak ada yang membuka suara sampai di rumah mewah atau bisa di sebut dengan mansion yang bernuansa gelap.

Karena cat dinding nya berwarna hitam dengan kombinasi abu-abu yang makin membuat nuansa mansion makin terlihat gelap dan saat masuk akan di suguhkan oleh sebuah nuansa seperti di lautan karena warna kombinasi di dalam mansion berwarna cerah.

Pemuda manis tadi keluar lebih dulu dan di ikuti oleh Dax yang menggendong Rey dan pemuda tampan lainnya merangkul pinggang pemuda manis itu namun langsung angkat tangan kala mendapatkan tatapan mematikan oleh si pemuda manis.

"Bawa ke kamar ku Dax" suara si pemuda manis langsung di angguki oleh Dax yang kini membawa Rey yang masih pingsan ke kamar utama di rumah itu.

Di kamar yang bernuansa galaksi itu Dax menidurkan Rey di kasur empuk itu dengan pelan, setelah itu ia mencium kening Rey.

"Maafkan aku ya baby" mengelus pipi chubby Rey dengan lembut.

"Keluar" sebuah suara di ambang pintu membuat Dax ingin protes namun urung saat melihat tatapan tak bersahabat oleh si pemuda manis itu.

Ketika Dax berjalan melewati pemuda manis itu sebuah perintah yang sudah di perkirakan oleh Dax terucap dan Dax hanya bisa patuh.

"Tunggu di ruang biasa" suara dingin itu di angguki oleh Dax.

"Iya bang" jawab Dax langsung berjalan pergi menuju tempat yang sudah jadi tempat biasa ia mendapatkan hukuman.

Setelah kepergian Dax si pemuda manis itu mengunci pintu dan berjalan mendekati Rey.

"Bangun... Dia sudah pergi" suara si pemuda manis itu membuat Rey langsung terduduk.

Saling tatap sampai....






Double up nya nanti ya guys,.. Setelah Aro beli kuota 😁

Tbc.

18.08.24

Transmigrasi Seorang FudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang