Before marriage...
Berita kecelakaan yang dialami kakak dari sahabatnya membuat dia terkejut. Terlebih dari panggilan telepon, dia mendengar sahabatnya yang menangis. Khawatir bercampur kesal karena tidak bisa pulang. Terlebih saat orangtuanya melarang pulang, mengatakan jika kondisi sang kakak tidak buruk. Sedangkan di portal berita disiarkan seberapa parah kerusakan mobil yang dikendarai sang kakak.
"Gue bakal cek dan laporin keadaan kakak lo, jadi lo tenang oke? Gue ke rumah sakit sekarang."
Dari speaker, ia bisa mendengar suara tarikan ingus yang cukup menggelitik. Sahabat karibnya memang sangat menyayangi kakaknya. Meski terlihat tidak begitu dekat, begitulah hubungan saudara terjalin bukan?
Tiba dirumah sakit tempat kakak dari Kinan dirawat, segera ia mencari ruangan yang sudah diberitahu oleh ibu sahabatnya. Ruangan dilantai satu namun jauh dari UGD, cukup terisolasi dari keramaian. Laju kakinya melamban mendapati sepasang suami istri yang duduk termenung di depan ruangan.
Ruang operasi. Walau awam dia tahu jika operasi masih berlanjut di dalam sana. Dihampirinya wanita baya yang sudah sangat akrab dengannya, malah pernah menyuruhnya untuk memanggil 'Mama' seperti Kinan memanggil ibunya.
"Tante..."
"Sayang..." bak mengharapkan kehadirannya, ibu dari Kinan ini langsung berdiri kemudian menghambur kedalam pelukannya. Memeluk erat, menyalurkan segala emosi yang membelenggunya. Ibu mana yang tidak sedih mendapati kondisi anaknya seperti sekarang ini.
Dari sikap Tante Triana -nama ibu sahabatnya- membuat ia sadar jika keadaan kakak sahabatnya memang tidak baik-baik saja. Mengingat Kinan yang tengah sibuk menempuh pendidikan S2-nya, wajar jika orangtua Kinan memilih menyembunyikan kondisi si sulung.
"Everything will be okay, Tante. Kak Kelvin bakal baik-baik aja." kalimat yang ia sendiri tidak yakini, namun tetap ia ucapkan dengan nada pelan. Tangannya mengusap lembut punggung wanita baya ini.
"Tante minta tolong, jangan kasih tahu Kinan dulu ya?" Ia mengangguk menyanggupi permintaan tersebut. "Satu lagi, bisa temani Tante disini?"
"Tentu, katanya aku anak Mama juga kan?" senyum hangat ia berikan, menyalurkan kehangatan itu pula pada wanita di depannya. Terbukti dengan senyum yang terukir walau sedikit.
"Kamu bisa mengurus kasus ini sekarang, Mas. Biar aku yang nunggu disini sama Ara. Tolong usut semuanya sampai tuntas, ya, Mas?"
Pria yang entah sejak kapan memperhatikan kedekatan dua wanita beda generasi itu, pun beranjak dari duduknya. Wajah yang memiliki beberapa kerutan namun masih terlihat tegas itu kali ini terlihat lelah. "Papa titip Mama, ya? Jangan lupa kabari terus perkembangan Kelvin ke Papa."
Arabella mengangguk. Kali ini, untuk pertama kalinya ia setuju dengan panggilan itu. Demi menyenangkan hati sepasang suami istri yang tengah berduka, tak lupa ia mengulas senyum manisnya. "Papa jangan lupa istirahat."
Tanpa meminta penjelasan pun ia bisa menebak jika Om Panji -ayah dari sahabatnya- pergi untuk mengurus kasus kecelakaan ini. Meski sampai sekarang ia belum mendengar kronologi jelasnya bagaimana, namun ia yakin jika ada sesuatu yang salah. Sekilas ia mendengar dari racauan tidak jelas Kinan -saat awal saluran telepon terhubung- kalau kecelakaan ini melibatkan beberapa orang.
Bagi dirinya yang tidak merasakan kasih sayang orangtua sejak kecil, mendapat kasih sayang dari keluarga sahabatnya jelas sangat berarti. Oleh karena itu dia tidak keberatan untuk menamni Tante Triana di rumah sakit. Mencarikan wanita yang ia anggap ibu ini makanan. Menjadi sandaran saat mereka sama-sama cemas menunggu operasi selesai.
Hingga operasi selesai, Kelvin dipindahkan ke ruang perawatan, ia masih senantiasa menemani. Waktu seolah berjalan cepat, terus berada dalam ruangan membuat dia tidak menyadari jika malam sudah datang. Ketika selesai mengurus Tante Triana agar tidur, baru dia merasakan lelah menghampiri tubuhnya.
Kakinya berjalan menuju ranjang rumah sakit, menduduki kursi yang berada disamping kanan ranjang pasien. Matanya memindai pria yang kepalanya terdapat perban. Meski begitu, bukan kepala lah yang mengalami luka parah.
Mengeluarkan ponselnya, ia memotret wajah damai yang masih memperlihatkan ketampanannya itu. Mengirim foto tersebut pada sang sahabat.
Kakak lo baik-baik aja, cuma ada luka kecil di kepalanya. Sorry baru bisa ngabarin pas kakak lo udah tidur lagi.
Serentetan kalimat penuh kebohongan itu ia kirimkan pada sang sahabat. Dimana pesan tersebut langsung dibaca, padahal ada perbedaan waktu walah hanya satu jam. Selarut ini, Kinan belum tidur.
Syukurlah... Thank you bestie, gue bisa tidur nyenyak sekarang.
Arabella mematikan ponselnya setelah membaca pesan balasan tersebut dari notif. Tidak berniat membuka ataupun membalas lagi. Biarlah Kinan menganggap kalau dia sudah tidur atau sedang sibuk melakukan sesuatu. Ia hanya malas berbohong lebih banyak lagi.
"Lekas sembuh, Kelvin. Walaupun nanti lo bakal shock sama keadaan lo, tapi lo harus tetap bersyukur karena diberi kesempatan kedua sama Tuhan."
🍁🍁🍁
Hari kedua, bersamaan dengan Kelvin yang siuman, kasus dari kecelakaan itupun terpecahkan. Merasa sebagai orang luar, harusnya ia tidak berada disini. Namun dia juga tidak bisa lari karena memang tidak diijinkan oleh wanita yang dua hari ini ia panggil 'Mama'.
"Papah tahu kamu masih merasa shock dengan kondisi kakimu, tapi kamu harus tahu penyebab kesialan yang menimpamu."
Sejujurnya ia merasa iba dengan pria yang nampak tidak berdaya diatas ranjang rumah sakit. Baru beberapa jam ia siuman, itupun dengan kenyataan jika ia mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya. Bukan lumpuh permanen, namun memerlukan waktu untuk kembali seperti semula. Ia yakin jika kabar itu membuat kakak dari sahabatnya terpukul. Ditambah dengan fakta yang dibeberkan oleh ayahnya sekarang.
"Perempuan yang selalu kamu bela itu tak lebih dari seekor ular menjijikan. Ucapan Papa terbukti sekarang bukan? Pacar kamu sendiri yang menyebabkan kecelakaan ini. Padahal tanggal pernikahan kalian sudah di depan mata, bahkan dengan bangganya kalian sudah mengumumkan kapan kalian akan menikah."
Kemarahan begitu terasa dari setiap kata yang terucap dari bibir pria baya tersebut. "Ini yang kamu mau, mempermalukan kamu, membuat pernikahan yang sudah kamu gembor-gemborkan itu batal. Lalu berita miring jika tidak ada yang mau dengan kamu sudah rilis. Wanita itu berhasil menhancurkan kamu, walaupun sekarang dia di penjara. Bagaimana, mau tetap menikah dengan wanita itu?"
Jujur saja logikanya tidak bisa menebak motif kenapa Aliya, nama perempuan yang menyandang status kekasih Kelvin Sagara merencanakan pembunuhan pada kekasihnya sendiri. Youtuber terkenal itu sekarang sudah diseret kedalam lapas. Menimbulkan huru hara di publik. Namun bukan hanya itu, ada berita miring lain yang menjadi perbincangan hangat netijen.
Prince Charming yang selama ini menjadi sorotan publik karena konten romantis yang dibagikan di channel Aliya, kini menjadi bahan gunjingan semua orang. Orang yang semula memuji, berbalik menyerang sang 'pangeran impian semua orang' karena fakta yang entah asli atau tidak, didbeberkan sehari setelah kecelakaan.
Foto perselingkuhan seorang Kelvin Sagara menjadi ikonik yang bahkan menenggalamkan berita penangkapan Aliya. Bodohnya, beberapa orang mengapresiasi tindakan gila Aliya yang merencanakan pembunuhan pada kekasihnya sendiri, mengatakan kalau itu bentuk sakit hati seorang wanita.
Sakit, otak manusia sekarang terlalu banyak di manipulasi oleh hal-hal tidak berguna.
🍁🍁🍁🍁
TO BE CONTINUE
50 vote buat double update 👍
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Beast
RomanceBerita pernikahan Kelvin dan Arabella menghebohkan seluruh media di Indonesia. Mantan kekasih dari Youtuber terkenal tiba-tiba saja menikah dengan Arabella, seorang celebrity chef yang sudah bolak balik layar kaca untuk mengisi banyak acara. Terlebi...