Gretta Quinley harus menyandang gelar Duchess of Valtor atas paksaan kakaknya. Mengubur semua impiannya untuk menjadi Ratu di masa depan bersama sang kekasih, Putra Mahkota Kekaisaran Douglas.
Gretta pikir menikah dengan Duke Fredric Caradoc of Val...
"Pada dasarnya wanita akan selalu terpikat pada pria jahat. Tidak perlu heran, mereka yang suka bermain tentu tau polanya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanya ilustrasi
Mentari telah memulai tugasnya sejak 4 jam yang lalu, menyinari kastil yang dimiliki Duke of Valtor. Tempat tinggal berbagai generasi pemimpin wilayah Valtor yang terus meluas setiap perang dikibarkan. Namun, telah sejak lama cinta tidak tumbuh dengan baik di sini. Menciptakan kebahagiaan tak lengkap bagi para rakyatnya.
"Ini sudah satu minggu, tabib," ujar perempuan bersurai hitam dengan sorot biru pekatnya. Sesekali ia melirik ke arah ranjang luas yang menjadi tempat tidur untuk wanita yang ia layani.
Tabib mengambil jemari dingin milik perempuan bersurai cokelat yang sejak satu minggu menjadi pusat perhatian. Memeriksanya dengan telaten. Telah menjadi tugasnya untuk melayani bangsawan dari Valtor.
"Tidak perlu cemas, Fleur. Aku yakin Duchess masih ingin bertemu dengan orang yang ia cintai."
Fleur menatap tidak suka pada Walter. Kesatria pribadi yang dikirim Duke untuk menjaga Duchess dari berbagai bahaya. Ia akan selalu berada di belakang Duchess bahkan di saat kapanpun. Sayangnya, Fleur yang menjadi pelayan pribadi Duchess tidak memiliki hubungan baik dengan Walter.
"Tentu saja, Kesatria. Duchess pasti akan bangun untuk menyambut kepulangan Duke."
Walter memberikan senyumnya. Orang yang ia maksud tadi adalah Putra Mahkota. Ia sudah menduga Fleur akan menutupi kisah romansa terlarang itu.
"Apakah ini surga?"
Suara yang terdengar sangat lemah itu terdengar memasuki indera pendengaran.
"Duchess!" Fleur berseru senang. Ia kini bahkan bersujud syukur dan sukses mengundang tatapan aneh dari Walter.
🥀🥀🥀
"Aku mencintaimu."
Tepat setelah suara tangis yang terus membisikkan kata cinta dan penyesalan, netra sebiru lautan di siang hari yang terpejam cukup lama tersebut akhirnya terbuka. Hal yang pertama dilihat Gretta adalah langit kamar yang sangat familiar dan aroma mawar yang selalu ia rindukan kembali masuk ke indera penciuman.
"Apakah ini surga?" Gretta sangat ingat kejadian apa yang dia alami. Jantungnya terasa sangat sakit. Ingatan ketika jantungnya bertemu dengan belati tajam yang selalu disimpan dibawah bantal masih teringat dengan jelas dan bahkan rasanya masih membekas. Sungguh, Gretta tidak akan menyangka Belati yang awalnya digunakan untuk melindungi diri justru menjadi temannya saat kematian.
"Duchess!" suara Fleur, gadis cantik dengan hati yang tulus kembali terdengar. Dengan sisa tenaga yang ada, kedua netra Gretta mencari keberadaannya. Di sana, ia menemukan Fleur bersujud syukur.