08. Delusi

35 8 0
                                    

Semesta hanya mengizinkanku mencintainya, bukan memilikinya.
~Jaegar Bagaskara

Kita hidup di muka bumi yang sama, dengan doa yang sama. Namun, keyakinan yang menjadi pembeda.

~curahan hati sang author:)

Marvel baru saja menyelesaikan transfusi darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marvel baru saja menyelesaikan transfusi darah. Wajah lelaki itu tampak sangat pucat. Dokter sempat menolak karena kesehatan lelaki itu sedang tidak stabil tetapi ia bersikeras untuk tetap mendonorkan darahnya pada Yoona. Tidak tahu sejak kapan Marvel sakit, sebab pagi tadi ia masih tampak baik-baik saja.

"Vel, muka lo pucet banget. Gue beliin minum dulu ya?" tawar Jevano usai Marvel duduk di sampingnya.

Menggeleng pelan, Marvel lebih memilih memejamkan matanya sembari bersender ke tembok. Kepalanya mendadak pusing. Dia baru ingat kalau sedari pagi tadi dia belum sempat makan apa-apa. Baru saja matanya terpejam, tiba-tiba Jaegar datang dan menepuk pundak Marvel pelan membuat lelaki itu kembali membuka matanya. "Kenapa lo enggak dengerin apa kata dokter sih, Vel. Jadinya lo kayak gini, kan sekarang?" ujar Jaegar.

Marvel tersenyum tipis "aku enggak pa-pa kok."

"Kasian kalau Yoona gak cepet-cepet dapat donor darah,"  katanya lagi.

"Iya, tapi lo enggak harus maksain diri kayak gini. Kita bisa cari pendonor lain, atau enggak tunggu neneknya Yoona datang. Siapa tau darah mereka sama." Haikal ikut menyahut.

Lagi-lagi Marvel tersenyum, tangannya kembali terangkat, "Udah aku bilang kalau aku enggak pa-pa. Sekarang yang terpenting itu adalah Yoona. Jadi, kalian enggak usah khawatirin aku."

Haikal mengalah, memilih ikut menyender. "Iya, deh iya. Lo keras kepalanya sama banget kayak Yoona tau gak?!"

"Stella, kok kamu disini?"

Semua saling beradu pandang. Serempak beralih menatap horror ke arah Jevano. Jaegar menyenggol lengan Haikal membuat lelaki itu menoleh. "Gue takut kalau dia beneran indigo deh, Kal!" bisik Jaegar tepat di telinga Haikal.

Sedikit infomasi, bahwa Jevano mengalami ganggun mental yang bernama delusi. Delusi adalah salah satu jenis gangguan kesehatan mental yang membuat penderitanya tidak bisa membedakan antara realita dan imajinasi, sehingga mereka kerap meyakini atau berperilaku sesuai dengan hal-hal yang ada di dalam pikirannya.

Orang yang mengalami gangguan delusi sering kali akan menganggap apa yang dialami, dilihat, atau didengarnya benar-benar terjadi dan meyakinkan orang lain bahwa hal tersebut adalah fakta.

Terbentuknya seorang yang berperan didalam delusi Jevano berawal dari rasa traumanya dulu. Sewaktu Jevano masih berusia lima tahun, dia mendapati seorang anak perempuan yang di siksa oleh kedua orang tuanya sampai meninggal. Dan itu disaksikan langsung oleh dua matanya. Jevano waktu itu sangat syok. Bayangkan saja, bagaimana seorang anak sekecil itu harus menyaksikan kekerasan tepat di hadapannya. Dan yang menjadi korban penyiksaan itu adalah teman bermain lelaki itu sendiri.

PESAWAT KERTAS: ThallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang