Penyakit alay nya Cindy langsung kumat, ia langsung membuka kamera di ponselnya untuk ia abadikan, menyuruh anak-anak untuk say hi pada kamera.
Minggu lalu yang niatnya hanya menonton seraya bermain game itu, jadi ditambah ketika kemarin guru mata pelajaran sejarah memberi tugas kelompok, jadilah agendanya itu mengerjakan tugas sambil menonton, itupun sebenarnya hanya satu kelompok saja yang mengerjakan tugas.
Asena awalnya sudah berpikir mungkin tak apa untuk sekedar main dirumah Arkan toh lelaki itu juga tak mungkin macam-macam. Tapi, sekarang Asena jadi sangsi ketika ia mendapati kelompok sejarahnya malah dengan cowok sengak itu. Tadi siang, lelaki itu mengabari di grub chat kelas mereka memberi tahu siapapun yang sekelompok dengannya akan sekalian mengerjakan tugas.
"Eh nontonnya abis isya aja deh ya, nanggung," Ujar Fendi ketika ia dan anak-anak lain tengah memilih film yang akan mereka tonton.
"Yang sekelompok sama gue manaa woi," Arkan mengintrupsi dengan sedikit berteriak ditengah keributan teman-temannya yang tengah berebut makanan.
Asena yang baru saja memasukan pizza kedalam mulutnya mendengus. "Kenapa gak nanti aja deh ah,"
Adit yang disebelahnya terkekeh. "Udah sana," Ucapnya seraya menyenggol dengan pundaknya karna memang mereka dalam posisi berjongkok.
Asena pun mau tak mau berdiri ikut berkumpul dengan kelompoknya.
"Eh lo sekelompok sama gue?" Wajah Arkan nampak berseri melihat Ara yang ikut bergabung dengan kelompoknya, perempuan itu kali ini menggunakan jiblab segi empat warna abu-abu, kaos pendek yang ditutup dengan cardigan serta bawahannya celana jeans hitam, ini pertama kalinya Arkan melihat Ara diluar sekolah jadi ia sedikit agak pangling bahkan baru menyadari kehadirannya.
"Iya! males banget gue sekelompok sama lo,"
Arkan terkekeh kecil. "Halahh padahal mah seneng kan lo?" Ia mendorong pelan pundak Ara, cewek itu tentu saja berseru kesal.
Asena yang melihat itu memandangnya jengah, harus banget ya tiap ketemu tuh kaya gitu? Pikirnya, seakan tak berkaca. Melupakan fakta bahwa dulu ia pernah di posisi itu.
"Ini udah kumpulkan semua?" Arkan bertanya seraya melihat satu persatu kelompoknya, tentu saja ketika melihat Asena cowok itu hanya melirik sekilas menganggap angin lalu.
"Oke bentar," Arkan bangkit dari duduknya berjalan menjauh, tak sampai lima menit ia kembali dengan kertas ditangannya.
"Nih, gue udah ada ini." Ia menunjukan kertas hvs dan jilid mika, tugas kali ini memang membuat kliping, kelompok mereka kebagian membahas tentang Voc.
"Eh patungan goceng deh, buat nge-print potonya, entar sama lu ya gi ngerjain bagian itu." Arkan menunjuk Anggi yang tengah asik dengan game di ponselnya.
"Oke siap."
"Nah ini gue udah screenshoot artikel yang mesti kita tulis, sekarang kita bagi-bagi, langsung gue WA aja deh ya gambarnya." Intruksinya dibalas anggukan oleh kelompoknya.
Terdengar bunyi 'ting!' Bergiliran dari masing-masing ponsel mereka. Tapi, sampai beberapa menit Asena tak mendapatkan pesan apapun, ia bahkan sampai mengubah jaringannya siapa tau mungkin sedang bermasalah tapi nampaknya baik-baik saja, begitupun dengan paket datanya tak mungkin habis karna kemarin baru diisi.
"Kok gue gak ada?" Akhirnya Asena bertanya, teman kelompoknya sudah mulai menulis.
Arkan yang juga tengah menulis materi bagiannya pun menjawab tanpa mendongak. "Udah habis materinya."
"Lah terus-" Ucapan itu terpotong oleh suara ponsel di genggamannya yang berdering cukup nyaring, Ibunya memanggil.
Asena bangkit dari duduknya berjalan menjauh untuk mengangkat panggilan. "Iya halo nda?"
"...."
"Loh sekarang banget emang?"
"....."
"Oh .. yaudah." Ia memasukan kembali ponselnya pada tas kecilnya, kembali menghampiri teman-temannya untuk pamit.
Ibunya mengabari kalo neneknya yang ada di Bandung dibawa kerumah sakit karna kondisinya yang drop ia mau mengajak kedua anaknya untuk ikut karna kebetulan besok hari libur, ibunya juga memberi tahu kalo kakaknya-- Ertan, sudah dijalan untuk menjemputnya.
"Guys, gue harus balik duluan gimana dong? tadi ibu gue ngabarin-"
"Yaudah tinggal balik," Arkan memotong ucapannya, tentu saja. Teman kelompoknya langsung menatap ke arah cowok itu, Arkan membalas tatapan mereka dengan kening mengkerut. "Kenapa? Dia disuruh sama nyokapnya kan?"
Ya, iya si. Asena mengangguk pelan.
"Yaudah." Ucap Arkan kembali melanjutkan tulisannya.
"Sorry ya."
"Gak papa, eh terus lo sekarang pulang sama siapa?" Ara bertanya.
"Dijemput sama kakak gue,"
"Oh yaudah hati-hati." Asena mengangguk, ia berjalan menghampiri kumpulan teman-temannya yang lain di depan televisi untuk berpamitan, menjelaskan bahwa Ibunya yang menyuruh. Awalnya mereka nampak keberatan jika Asena pergi, apalagi Diva dan Cindy tapi Asena pun memberi tahu bahwa ia juga maunya tetap disini tapi ibunya sudah menyuruh Kakaknya untuk menjemput, jadilah mereka pun akhirnya mempersilahkan Asena untuk pergi.
Asena tak memikirkan hal apapun saat itu karna ia pikir sudah tak ada urusan lagi, dan untuk tugas kelompoknya meskipun ia tak kebagian materi untuk ditulis tapi Asena ikut memberi uang untuk kebutuhan kelompok jadi ia pikir itu sudah cukup.
*******
Tapi dugaannya salah, seharusnya ia bisa memikirkan kemungkinan ini, minggu lalu ketika ia terpaksa pulang lebih dulu terus Arkan mempersilahkan ia untuk pergi begitu saja seperti tak mempermasalahkan apapun, seharusnya ia menaruh curiga, Arkan yang sekarang bukan lagi Arkan yang dulu ia kenal.
Dan begini jadinya.
"Tapikan gue waktu itu ikut-"
"Lo cuma duduk doang gak kerja apa apa,"
"Ya tapi kata lo gue gak kebagian materi," Benar, waktu itu ia kebingungan karna melihat teman-teman yang sudah menulis artikel yang sudah dibagi-bagi.
"Bisa kerjain yang lain kalo lo niat, lo nya aja yang males."
Asena hendak menyerukan protesan lagi tapi Bu Yani lebih dulu menginterupsi.
"Sudah sudah, kok malah ribut si. Silahkan kelompok Arkan mulai presentasinya." Bu Yani sebagai guru pelajaran itu mengintrupsi keduanya.
Arkan mengangguk, kelompoknya telah berjajar didepan menunggu dirinya untuk memulai.
Asena menghentakkan kakinya dan kembali duduk dengan wajah merah lantaran emosi.
Tadi, Bu Yani memerintah perwakilan kelompoknya untuk mengumpulkan makalah yang ditugaskan minggu lalu oleh masing-masing ketua kelompoknya. Kemudian setelah terkumpul ia akan mengambil salah satu makalah secara acak untuk di presentasikan, dan kelompok Arkan terpilih menjadi yang pertama, setelah Bu Yani menyebutkan nama-nama kelompoknya yang tertera di sampul untuk maju kedepan, disitu Asena protes karna namanya tak ada, dan terjadilah perdebatannya dengan Arkan yang sialnya tetap saja ia kalah telak, astagaaaa padahal ia ikut menyumbang dana.
Asena merutuki dirinya sendiri karna bisa-bisanya hal ini tak terpikirkan olehnya, setidaknya ia bisa membuat tugasnya sendiri untuk berjaga-jaga ketika hal seperti ini terjadi.
"Asena, nilai kamu jadinya kosong ya. Ibu kasih kesempatan buat ngerjain sendiri aja sampe besok. Besok pulang sekolah tugasnya harus udah ada di meja ibu." Bu Yani memberitahu, ketika kelompok Arkan sudah selesai mempresentasikan tugasnya.
"Baik Bu,"
Asena tak punya pilihan lain selain meng-iya kan.
■■■
1juni2021
Revisi 27juli2024
YOU ARE READING
WITHOUT MISTAKES
Teen FictionSemasa SMP semua orang di kelasnya pasti tau seberapa dekat hubungan Asena dan Arkan. Walaupun bukan tipe persahabatan yang di idam-idamkan tapi keduanya memiliki ciri khas kedekatan mereka sendiri, apalagi ketika sudah bergabung membuat kerusuhan d...
Part. 11
Start from the beginning
