Dunia seakan runtuh, secercah harapan yang masih Mika pertahankan lenyap seketika. Sakit sekali, bagai diserang dari berbagai arah, tak menyisakan kekuatan apa pun.
Terisak tanpa suara, merasa sangat kesepian, sendirian harus menghadapi kenyataan pahit. Tiada lagi tempat bersandar, sekedar mendekap untuk meringankan beban. Baru sekarang sepenuhnya sadar bahwa sebatang kara.
Isakan sepanjang malam memaksa Mada pindah tidur ke sofa di ruang keluarga. Tidak tega mendengar, tapi tidak boleh menenangkan. Harus terlihat kejam demi mempercepat tercapai tujuan.
Dia pergi! Tangisan pecah seiring pintu kamar tertutup sempurna. Menangis sampai terbatuk-batuk. Semakin histeris saat pertanyaan tentang nasib buruk terlintas di benak.
Apa kesalahan sehingga Tuhan memberi cobaan maha berat? Adakah istri bernasib lebih malang darinya? Bagaimana mereka kembali menata hidup setelah dihancurkan dengan sengaja?
Kantuk datang saat air mata masih membasahi pipi. Mata tak sanggup lagi membuka, lelah sekali. Malam ini jauh lebih melelahkan dari kepulangan Ibu.
***
Perhatian Mada teralih ke tangga. Mika menuruni tangga dengan menyeret koper besar yang dulu dibawa saat pindah ke sini. Memakai kacamata hitam, raut muka datar, wajah pucat tertutupi lipstik merah menyala. Dia menyerah?
Pasti seperti itu! Sangat lega, akhirnya tujuan tercapai. Cukup sudah bersandiwara, tak perlu lagi menyakiti. Kembali menjadi pria bebas, menikmati kesendirian sampai sebuah cinta yang sebenarnya hadir.
Apa dia akan mengucapkan selamat tinggal? Berpura-pura tidak menatap seiring langkah mendekat. Menahan senyum, tak sabar berteriak melampiaskan kemenangan.
Dia melewati posisinya! Apa maksudnya terus melangkah menuju ke kulkas? Sarapan? Diperlakukan sesadis itu masih berselera makan? Mada berpaling ke belakang.
Terperangah menatapnya mengeluarkan sticky notes, lalu menuliskan sesuatu. Sialan! Ternyata ia teperdaya dengan tangisan palsu seakan dunia runtuh. Hapal betul kebiasaan meninggalkan pesan dengan menempelkan sticky notes di kulkas bila akan pergi ke luar kota.
Bergegas bangkit saat mendengar pintu tertutup. Gorontalo, 1 minggu. Blam! Meninju kulkas yang tak bersalah saking geramnya. Kesadisan apa lagi yang bisa membuatnya menyerah?
***
Pekerjaan dadakan Mika terima demi menghindar sejenak. Belum tahu akan mengambil langkah apa, masih di tahap butuh waktu untuk menenangkan diri.
Subuh tadi membaca sebuah kisah inspiratif dari sekian banyak artikel, hasil pencarian di Google. Usaha seorang wanita, mengalihkan kekecewaan dengan kembali ke bangku kuliah setelah suami ketahuan menikah lagi.
Bagaimana beliau pada akhirnya ikhlas menerima kenyataan. Dengan senang hati mengalihkan jatah nafkah batin kepada madu. Membuat pasangan baru yang menikah siri itu semakin tak terpisahkan. Sementara beliau menikmati hidup dengan menguras lebih banyak uang suami.
Pernikahan selama 25 tahun berakhir setelah gelar magister berada dalam genggaman. Ternyata kesendirian bersama anak-anak lebih menyenangkan dan membahagiakan. Seperti menemukan diri yang telah lama menghilang atas nama pengabdian. Kembali bekerja seperti sebelum menikah membuatnya tak lagi membutuhkan uang suami.
Proses perceraian panjang dan berlarut-larut karena sang suami tak rela begitu saja melepaskan berlian yang ternyata semakin bersinar di tengah kelalaian bersama istri muda.
Bagaimana dengan kisahnya? Apa yang ia alami ternyata hanya remahan rengginang di dalam kaleng Khong Guan. Meratapi nasib bagai wanita paling sial, padahal tidak ada apa-apanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Long Can You Survive?
RomanceMika terpaksa mendaftar di berbagai aplikasi dating demi bisa segera menikah, memenuhi keinginan sang ibu. Pertemuan dengan Mada yang kemudian langsung melamar, menjadikannya sosok pengantin dengan kisah ala Cinderella. Sebuah kisah yang ternyata ta...