❈ ⟦ 5. Tersebarnya Virus Mematikan ⟧ ❈

42 31 17
                                        

❈☬❈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❈☬❈

Marlon memerintahkan Oliver untuk berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gerbang berwarna putih setinggi 7 meter, mereka tiba di rumah baru Marlon yang tampak mewah. Haku yang pada saat itu memang sudah sadarkan diri, mulai menuruni Oliver dan membukakan gerbang untuk Marlon membawa masuk Nereo ke dalam. Dengan luka kecil yang didapatinya, Haku mengajak Oliver masuk. Melihat ada kandang kuda di sebelah rumah mewah Marlon, Haku pun berinisiatif untuk memasukkannya ke kandang.

Dengan menahan rasa sakit di kepala yang masih terasa berdenyut-denyut, Haku berhasil mengamankan Oliver selagi Marlon berusaha menyelamatkan Nereo yang kemungkinan sudah berada di ujung nyawanya. Dengan jalan tertatih-tatih, Haku berhasil masuk ke rumah mewah Marlon dan tidak menemukan sosoknya di dalam sana selain pemandangan ruang tamu yang tidak kalah mewah dengan tampak luarnya. Belum juga memulai pencarian, Marlon sudah keluar dari salah satu kamar yang berada di pojok ruang tamu.

"Haku! Obati lukamu sebelum parah, obat-obatannya sudah ada di dalam. Aku mau mengambil sesuatu!"

Tanpa banyak omong, Haku langsung saja masuk ke ruangan yang sama dengan Marlon. Dilihatnya Nereo yang sudah dibaringkan ke ranjang serba putih dengan luka-luka yang kelihatannya tidak membaik sama sekali. Melihat jendela kamar belum dibuka, Haku mendekatinya dan membukanya untuk membiarkan udara luar masuk. Belum juga membuka jendela, Haku mendengar suara orang-orang ribut dan berisik di luar sana. Tentu saja rasa penasarannya membara, Haku malas keluar karena kepalanya yang masih sakit terus menyiksa tiada henti.

Begitu membuka jendela dan membiarkan udara masuk, lewatlah sebuah penampakan tak biasa. Sebuah kabut berwarna merah pekat, tiba-tiba saja menyebar tanpa sebab. Suara warga yang berisik, seketika berubah menjadi teriakan histeris disertai beberapa orang yang batuk-batuk tiada henti. Marlon datang membawa beberapa obat tambahan dan melihat Haku memandangi keadaan di luar lewat jendela. Tapi yang lebih memancing perhatiannya adalah kabut merah pekat yang sedang dipandang oleh Haku tanpa tahu apa-apa.

"Haku! Cepat tutup jendelanya!" teriak Marlon tiba-tiba, Haku segera menutup dengan keadaan jantung yang berdetak kencang karena terkejut dengan teriakan Marlon.

"Kau mengagetkanku."

"Maaf, kabut merah pekat itu terlihat mencurigakan."

"Apa kau tahu asalnya?"

Sejenak, Marlon terdiam untuk mengamati kabut merah pekat itu dengan seksama. Dia pernah melihat fenomena itu sebelumnya saat dirinya masih di kampung, dia berusaha mengingat kembali penyebab kemunculan kabut tersebut. Kejadian di kampung waktu itu, terbilang sudah cukup lama. Marlon sedikit kesulitan untuk mendapatkan ingatannya kembali, tapi dia menduga kalau pemicu kabut itu datang adalah pertarungan adu ramuan dengan Sarbirus di hutan.

Jika memang benar, artinya Sarbirus memiliki virus jahat untuk meredakan api yang sebelumnya dilemparkan Marlon ke arah Sarbirus saat di hutan. Dan jika memang benar, Marlon dan Sarbirus bisa menjadi tersangka karena memicu timbulnya kabut asap berbahaya itu. Jantungnya mendadak berdegup kencang, menyadari kesalahan besar yang dibuatnya. Haku hanya terdiam, menunggu jawaban terbaik dari Marlon yang mulai meneteskan keringat pertamanya dengan wajah seperti orang yang penuh beban pikiran hidup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Genosida Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang