chapter 29

9.7K 449 19
                                    

Happy reading.

••••••


Malam ini elara tengah menatap frustasi anaknya yang sekarang ini tengah mengamuk karena boneka dino nya telah di cuci. Elara sebenarnya tak sengaja mencuci boneka kesayangan Alden, mungkin saat ia mencuci seprai boneka nya tak sengaja terbawa.

"Sayang, boneka dino nya gabakal lari kok." Ucap elara mencoba bersabar.

"Al mau bobo cama boneka dino mommy." Isak Alden.

"Maafin mommy karena kurang teliti sayang. Sekarang Al ingin apa?." Bujuk elara sembari menghapus air mata anaknya.

Alden menatap Elara dengan senyuman yang lebar.

"Mau stikel dan boneka dino agi mommy."ucap Alden dengan semangat.

Elara menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya yang suka sekali mencari kesempatan dalam kesempitan. Mirip sekali dengan daddy-nya.

"Oke, besok mommy belikan." Ucap elara.

"No mommy, Al mau malam ini." Ucap Alden sembari merajuk bibir nya maju beberapa senti.

Anak ini benar-benar. Terkadang menurut terkadang membangkang. Ah, sudahlah namanya juga masih bocah.

"Baiklah mommy belikan, tapi tunggu di rumah bersama grandma ya." Pinta elara.

"Ciapp nommy." Alden memberikan hormat seolah-olah sedang menuruti perintah komandannya, hal itu membuat elara gemas.

Ia segera mengambil tas dan jaketnya karna udara malam ini terasa sangat dingin. Untung saja ini belum terlalu malam.

Kaki nya mulai melangkah menyusuri jalanan kota yang tampak sepi, hanya beberapa mobil yang masih berlalu lalang. Tapi tak biasa nya malam ini terasa sepi, elara bahkan bisa menghitung mobil yang lewat di depannya.

Tak terasa tibalah elara di supermarket yang tampak sepi, hanya ada 3 orang saja. Kemudian mencari barang yang Elara butuhkan. setelah selesai, ia membayarnya dan berjalan kaki pulang. Elara memang sengaja tak menyewa taksi karena supermarket lumayan dekat dengan rumahnya.

Elara terus menyusuri jalan sembari mengeratkan jaket nya, udara malam hari ini tampak semakin dingin saja. Sesekali elara menoleh kebelakang merasa seperti ada seseorang yang mengikuti nya.

"Astaga, itu mungkin hanya halusinasi ku saja karena terlalu takut." Batin elara.

Ia mulai mempercepat langkah nya tetapi suara sepatu lainnya juga berbunyi itu tandanya ada seseorang di belakangnya. Elara tidak bisa berpikir positif lagi, ia mulai was-was. Ingin berbalik kebelakang juga terlalu takut.

Tiba-tiba saja ada yang membekap mulut nya membuat elara memberontak.

"Mhhhh mhhh." Plastik yang berada di tangan elara terjatuh. Ia mencoba melepaskan diri dari seseorang yang membekapnya. Jantungnya mulai berdetak kencang. ia harus bagaimana sekarang.....

Elara mulai di bawa ke gang yang kecil dan gelap. Tubuh nya mulai gemetar ketakutan. Sekuat tenaga elara memberontak namun tenaga pria itu terasa kuat bahkan membuat nya kewalahan, elara sudah sangat lelah memberontak.

Pria itu mulai menghempaskan tubuh elara di atas kardus bekas, lalu mulai menggauli tubuh elara.

"Hiks tolong lepas hiks." Elara memukul punggung pria itu yang mulai menciumi lehernya.

"Tolong siapapun tolong aku." Teriak elara sekuat tenaga, kaki nya mulai menendang tapi elara hanya menendang angin saja. Tubuh nya mulai lemas sekarang.

Changing Antagonis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang