Apa itu kebahagiaan?
Ada yang bilang kebahagiaan tidak bergantung kepada orang lain, tetapi bergantung kepada diri sendiri. Kita yang menentukan apakah memilih untuk bahagia atau sengsara, meskipun persoalan beruntun menghampiri. Ada juga yang mengatakan kebahagiaan adalah menikmati masa kini tanpa menyesali masa lalu atau merisaukan masa depan. Kebahagiaan adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Apa pun itu, Kiki tahu pasti yang dirasakannya saat ini adalah kebahagiaan. Dia memiliki suami yang bertanggung jawab, seorang putri yang menggemaskan, rumah yang nyaman, kendaraan yang bagus, dan pekerjaan tetap. Apalagi pagi ini mereka tengah berkumpul bersama di ruang tengah untuk merayakan hari lahirnya.
Ronald selalu penuh kejutan. Suaminya bahkan menyempatkan menulis puisi untuk dirinya. Isinya membuat hatinya meleleh. Dia curiga Ronald berselancar di internet untuk menggubah syair tersebut.
Untuk kamu, separuh jiwaku.
Hari ini aku bersyukur karena Tuhan menghadirkanmu ke dunia ini untuk menemaniku.
Bersamamu semua terasa indah.
Doaku kita akan terus berjalan berdampingan sampai ke surga-Nya.
Selamat hari lahir, Sayang.
"Selamat ulang tahun, kami ucapkan." Ronald bernyanyi dengan semangat sambil bertepuk tangan bersama Bunga, anak perempuannya yang berusia empat tahun. "Selamat panjang umur, kita kan doakan. Selamat sejahtera, sehat sentosa. Selamat panjang umur dan bahagia."
"Horeee!" Bunga memekik senang sambil bertepuk tangan penuh semangat.
"Selamat ulang tahun, Sayang." Ronald merangkul Kiki dan memberikan kecupan di kening istrinya tercinta.
"Makasih, Sayang." Kiki balas merangkul. Matanya berkaca-kaca. Terharu dengan perlakuan manis suaminya.
"Selamat ulang tahun, Bunda." Bunga ikutan memeluk bundanya.
"Makasih, anak bunda sayang." Kiki mencium pipi anaknya.
"Sekarang waktunya buka kado," kata Ronald. Masih belum melepaskan rangkulannya.
"Yaaay!" Bunga berteriak senang.
"Kado apa?" Kiki menatap suaminya penasaran. Setelah mereka menikah, setiap tahunnya Ronald selalu memberikan hadiah ulang tahun. Dua tahun lalu mereka berlibur ke Gunung Bromo. Sebelumnya lagi sepeda motor. Tahun sebelumnya lagi tas bermerek. Paling spesial adalah tahun lalu. Suaminya membeli rumah ini sebagai hadiah untuk keluarga kecil mereka. Semua kado ulang tahun yang diberikan suaminya selalu membuatnya takjub. Kiki menjadi ingin tahu apa yang akan diberikan suaminya sekarang.
"Ada deh." Ronald berahasia.
"Kadonya ada di depan, Bunda." Bunga membocorkan sambil menunjuk ke ruang tamu.
"Sttt." Ronald meletakkan telunjuk di bibirnya. "Jangan dikasih tahu dulu, Bunga."
"Ups." Bunga menutup mulutnya dengan tangan. Rautnya tampak menyesal, tetapi sejurus kemudian bibirnya tersenyum lebar.
Kiki tertawa melihat tingkah Ronald dan Bunga.
"Tutup mata kamu dulu, ya," pinta Ronald.
Kiki tersenyum lebar. "Oke." Dia menutup matanya, lalu memegang tangan suaminya erat.
"Jangan dibuka sampai aku bilang boleh, ya." Ronald menuntun Kiki pelan menuju ruang depan.
Kiki mengikuti ke mana Ronald membawanya. Tidak berapa lama mereka berhenti. Hatinya penuh sukacita menanti-nanti hadiahnya.
"Oke, boleh buka matanya," kata Ronald.
Perlahan Kiki membuka matanya. Dia mengerjap beberapa kali untuk melihat lebih jelas pemberian suaminya.
"Tadaaa!" Ronald memberikan efek dramatis.
Kiki menatap benda besar yang dibungkus kertas kado perak mengilat di hadapannya sambil tersenyum lebar. Apa ini?
"Ayo dibuka, Sayang." Ronald menarik pelan tangan istrinya untuk lebih mendekat.
"Ayo, Bunda." Bunga sangat bersemangat.
Kiki mengamati hadiahnya. Apa, ya, kira-kira? Bentuknya tidak benar-benar kotak. Setinggi pinggangnya. Selebar lengannya. Dia merobek kertas perak yang menyelimutinya. Satu robekan. Dua robekan. Tiga robekan. Dan ....
"I-ini ...." Kiki kehilangan kata-kata.
"Kursi goyang," beri tahu Ronald.
Iya, kursi goyang. Kiki tahu itu. Namun, kenapa Ronald memberikannya kursi goyang? Harapannya sudah terlalu tinggi.
"Kenapa, kamu nggak suka?" Ronald melihat raut Kiki tampak tidak antusias.
"Eh, suka, kok. Aku suka. " Kiki memperhatikan kursi goyang berwarna cokelat gelap yang terbuat dari rotan tersebut sambil tersenyum canggung. Menyembunyikan kekecewaannya.
"Syukurlah kalau kamu suka," kata Ronald. "Oiya, aku lupa kasih tahu. Kadonya bukan cuma satu."
Mata Kiki kembali berbinar. Jadi selain kursi goyang ini, ada kejutan lain?
"Ada dua," jelas Ronald.
"Dua?" Kiki tidak mengerti maksud Ronald.
"Ada dua kursi goyangnya. Satunya lagi aku taruh di teras."
Kiki tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Dia berharap sesuatu yang lebih berharga dari sekadar kursi goyang. Namun, melihat antusiasme suaminya, dia menjadi tidak sampai hati. "Yaaay! Makasih, Sayang." Kiki memeluk Ronald erat.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Keajaiban Air Mata Wanita
Romance"Kita memang nggak seumuran, tapi aku pengin seumur hidup bersama kamu." Dulu Kiki tersenyum lebar ketika suaminya mengucapkan rayuan gombal itu kepadanya. Namun, sekarang, hatinya menangis. Ronald tidak menepatinya janjinya. Laki-laki itu pergi, me...