02. Awal Pertemuan

69 29 0
                                    

Author pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author pov

Bandung kala itu tengah bersinar indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung kala itu tengah bersinar indah. Panas bercampur sejuknya angin sore, di sebuah taman kota yang menjadi tempat ternyaman bagi seseorang menghabiskan sisa waktunya. Gadis bersurai cokelat itu terus melajukan sepeda listrik sembari terus menelisik setiap sudut taman yang tampak begitu asri.

Yoona baru beberapa hari ini pindah ke Indonesia, untuk pertama kalinya ia datang ke tempat ini dan langsung jatuh cinta. Senyumnya tak sedikit pun pudar. Gadis itu terus membawa diri, menatap sekeliling yang penuh dengan keramaian orang-orang yang juga tengah asyik bercengkrama, tertawa ria bersama keluarga dan pasangan. Ah, Yoona jadi rindu pada kedua orang tuanya. Bagaimana keadaan mereka di sana. Apa mereka merindukannya juga? Yoona berharap mereka segera menyelesaikan pekerjaan dan berkunjung ke sini secepatnya.

Orang tua Yoona tidak ikut tinggal di Indonesia. Mereka memilih menetap di Korea Selatan karena beberapa pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan. Alhasil, Yoona sekarang hanya tinggal berdua bersama sang nenek.

Semenjak suaminya meninggal, nenek Yoona memilih kembali ke Indonesia dan menetap di kota Bandung hingga sekarang. Sejak kecil, Yoona sering berkunjung ke kota ini. Jadi, tidak akan terasa asing untuk Yoona dengan bahasa yang mereka gunakan. Yoona cukup mengerti dengan bahasa Indonesia, tetapi tidak dengan bahasa daerahnya. Karena memang, sang nenek pun tidak menggunakan bahasa daerah Jawa Barat tersebut.

“Bandung sinaeneun saeng-gagboda nappeuji anh-ayo,”  ungkapnya dalam hati

( Kota Bandung tak seburuk yang aku kira )

Matanya terus bergulir menatap bunga dan pepohonan besar yang menjulang tinggi. Tanpa Yoona sadari, ada sebuah batu yang cukup besar menghalangi jalanan. Ban sepedanya melindas batu tersebut, membuat Yoona terjatuh bersamaan dengan sepeda yang di bawanya.

Lutut mulus gadis itu menghantam paving block cukup keras hingga membuat lututnya mengeluarkan darah segar. Yoona terus merintih kesakitan, tapi tak ada satu pun orang yang menolong. Mereka tidak menyadari jika Yoona terjatuh karena terlalu ramainya dengan orang. Gadis itu terus menekan lukanya menggunakan saputangan. Itu sangat sakit. Berdiri pun rasanya Yoona tidak mau. Ia memilih menggeser duduknya sembari terus meniup-niup luka tersebut yang rasanya teramat sangat perih.

PESAWAT KERTAS: ThallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang