COMPLETED
Mengenai Seokjin yang tiba-tiba di mintai untuk menerima perjodohan dari seorang kolega ayahnya. Ia tidak suka dijodohkan, bahkan ia bisa saja menolak perjodohan tersebut. Namun Seokjin lebih memilih untuk menerimanya. Gadis penyuka bunga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seokjin tak henti mengomel sendiri manakala pekerjaannya belum juga selesai padahal matahari sudah terbenam dan hari pun sudah gelap gulita. Ini karena dirinya mengambil cuti beberapa hari yang lalu dan menyebabkan pekerjaannya menumpuk. Kendati dirinya adalah si pemilik perusahaan tak membuat pekerjaannya bisa ditinggalkan begitu saja. Namun apa mau di kata, Seokjin juga berlibur demi keluarga kecilnya bukan untuk rehat hal-hal yang tidak penting.
Namun yang membuatnya kesal adalah ia sudah berjanji akan makan malam bersama keluarganya dirumah. Sedangkan sekarang sudah pukul delapa malam lewat tujuh detik. Walupun yang menunggu kepulangannya dirumah sudah memaklumi dan mengatakan tidak apa-apa, tetap saja dirinya tidak bisa memaklumi kesibukannya. Pasalnya ia sudah berjanji tapi malah mengingkari. Omelannya sampai pada sang sekretaris, yang berujung pria muda itu harus lebih gesit dan tekun untuk membantu pekerjaan sang bos yang sekarang ini mudah sekali tersulut emosinya kalau-kalau dirinya harus lembur.
Pada akhirnya pekerjaan itu selesai sebelum pukul sebelas malam, tapi tetap saja perjalanan itu membutuhkan waktu yang melewati pukul sebelas malam. Seokjin tiba di rumah dan langsung disambut oleh sang asisten rumah tangga yang tengah memanaskan makanan setelah mendengar suara kendaraan sang tuan memasuki pekarangan rumah itu.
"Dia sudah tidur?"
"Sudah, tuan. Sepertinya nyonya kelelahan, Hwan banyak sekali aktivitasnya hari ini. Jadi saya yang diminta untuk memanaskan makanannya"
Seokjin sejenak mengangguk, lalu langkah kakinya membawanya menaiki tangga untuk menuju kamarnya.
Dengan pelan dan hati-hati ia membuka pintu karena ia bisa menebak kalau sang puan sudah terlelap. Benar saja, saat pintu itu terbuka Seokjin bisa melihat punggung sang puan yang sudah membelakanginya itu naik turun dengan nafas teratur.
Seokjin tersenyum, ia melangkahkan kakinya dan bersimpuh di lantai untuk melihat wajah teduh sang puan yang sudah terlelap. Ia merapikan dengan hati-hati surai yang menutupi wajah si cantik. Seokjin tak henti tersenyum, melihat wanita dihadapannya ini selalu berhasil membuatnya tenang.
Tak ingin berlama-lama ingin bergabung dan memeluk wanitanya, Seokjin lantas membersihkan dirinya dan menyelesaikan makan malamnya.
Setelah menggosok giginya, ia lantas terburu namun tetap berhati-hati untuk bergabung diatas ranjang bersama sang istri. Gaun malam yang dikenaka sang puan tampak melorot dan menampilkan bagian punggung yang terbuka. Alis Seokjin bertaut, matanya bisa memindai bahwa itu lebam walaupun dibawah lampu temaram. Ingin memastikan lagi, Seokjin sengaja mengambil ponselnya dan menghidupkan flash disana. Dan benar itu lebam. Matanya kian melotot saat wanita itu menggeliat dan membuat selimutnya tersingkap menampakkan kaki putihnya yang juga terdapat lebam.
Tidak, tidak. Seokjin tidak bisa membiarkan ini, ia menggeleng dan segera membangunkan istrinya lembut.
"Hmm?" ia menggeliat.
"Sudah pulang?" tanyanya serak setelah ia menyadari kehadiran sang suami dengan mata yang masih kantuk.