chapter 23

9.7K 527 8
                                    

Happy reading.

••••••

Mengetahui hal yang tak seharusnya kita ketahui ternyata menyakitkan. ah, bagaimana rasanya jika seseorang yang kita cintai ternyata hanya berakting? Semua rasa yang dia berikan, kasih sayang, perlakuan lembut, dan perhatian nya ternyata semua itu palsu.

Elara terduduk lemas sembari menggenggam semua bukti di tangannya. Itu semua foto-foto Erland bersama Bianca yang tampak mesra. Ia rasa ini semua mimpi, jika iya tolong bangunkan dirinya!!! bagaimana nasib anaknya? Kenapa tuhan sejahat ini dengannya menghadirkan buah hati yang di tunggu-tunggu tapi ternyata tak diinginkan oleh ayahnya. Elara juga heran kenapa cerita novel ini bisa melenceng jauh, tapi untuk apa di herankan sifat Sabrina saja bisa berbeda apalagi Erland.

"A-aku ingin pulang." Lirihnya menatap kosong beberapa kertas putih itu.

Sudah satu bulan ini ia mencari bukti dari semua kegelisahan nya. mengetahui fakta yang membuatnya merasa ini mimpi. Jiwanya merasa lebih baik kembali kedunia nya, dunia ini ternyata tak seindah yang ia bayangkan banyak manusia yang pintar memainkan karakter nya.

Keputusan nya untuk pergi sudah bulat, elara tak ingin hidup dengan manusia yang pintar memanipulasi seperti Erland. Sudah cukup selama 1 bulan ini ia menderita.

"Maaf baby sudah membuat mu sedih. Mommy janji kita akan bahagia walau hanya berdua saja." Ucap elara sambil memasukkan bajunya kedalam koper yang telah ia siapkan. elara berencana untuk tak memberitahu siapapun apalagi Cilla, ia baru saja melahirkan kasian jika harus ikut memikirkan masalahnya.

"Ternyata penantian mu selama ini hanya omong kosong." Ucap elara menatap bingkai besar pernikahan mereka yang terpasang di dinding kamar.

Elara menghembuskan nafas nya kasar, ia terus menyeka air matanya yang tak henti-henti nya keluar. Bianca? Wanita itu sangat beruntung bukan?. Elara memilih mengalah karna ia hanya di gunakan untuk pelampiasan nya, lucu sekali.

Seharusnya malam ini adalah malam yang bahagia. Karna malam ini adalah anniversary pernikahan mereka yang ke-4 tahun. Tangannya juga memegang sebuah kotak kado berwarna hitam yang di bungkus dengan pita berwarna merah.

"Terimakasih Erland, aku pergi." ucap elara sembari meletakkan kotak itu di atas kasur mereka. Kemudian ia menarik kopernya berjalan menjauh meninggalkan mansion itu, sesekali ia menoleh kebelakang mengingat semua kenangan indah walau itu semua palsu.


•••••••

Sementara disisi lain terlihat Erland yang tengah membereskan semua berkas di mejanya. Malam ini Erland memutuskan untuk pulang setelah 3 hari tak pulang.

"Hari ini aku akan menjelaskan semuanya, sayang." Ucap Erland sembari menatap bingkai elara yang berada di atas mejanya.

Bukan tanpa sebab ia tak pulang kerumah itu semua karna paksaan dari Bianca. Selama itu pula Erland menginap di apartemen Bianca. Jika bukan karna ancaman tentu saja ia tidak Sudi.

"Erland." Panggil Bianca yang datang dengan pakaian yang tak sopan. Bahkan Erland jijik melihat nya.

"Hm."

"kau tak boleh kembali, tetaplah di apartemen ku." Rengeknya.

"Aku sudah menuruti kemauan mu, ku harap kau menepati janji mu." Ucap Erland dingin.

Changing Antagonis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang