22 - Chubby Bear

43.2K 3.4K 183
                                    

tadi malem pengen up malah ketiduran, hehe

selamat hari raya Idul Adha semuaaa! mohon maaf lahir dan batin yaaa 😔🙏🏻

Happy Reading!
—✦◌✦—
🐻🤎

"Mau sekolah! Pokonya Lou mau sekolah!" pekik Lou merengek, duduk bersila ditengah-tengah kasur sembari memukul-mukul bantal dengan kepalan tangan kecilnya. "Lou itu mau jadi anak rajin, Papa tahu?!"

Setelah drama pendek diculik oleh Lean karena botol dotnya dijadikan sandera. Kini, si bayi beruang yang baru sembuh dari demamnya, kembali merengek dan mengamuk meminta untuk kembali masuk sekolah.

"Tidak." balas Levan singkat, untuk yang kesekian kalinya. Ia berjalan menuju sofa panjang di dalam kamar Lou, yang berdampingan dengan sofa bulu berbentuk boneka beruang kesayangan sang pemilik.

Levan menyisir rambutnya hingga sedikit berantakan, mendudukkan diri pada sofa dengan pandangan datar tertuju pada Lou. Ia telah rapi dengan setelan jas mahalnya seperti biasa. Begitu juga dengan si bayi, yang tampak menggemaskan mengenakan hoodie oversize berwarna putih dengan celana pendek selutut sebagai pasangannya.

Lovisa telah keluar untuk pergi ke kamar Ravel dan Lion, menyerahkan sepenuhnya urusan si bayi beruang yang sedang mengamuk pada sang suami.

Melihat sang Papa hanya diam menatapnya dengan tenang, Lou seketika berhenti memukul-mukul kasur dengan bibir mungil melengkung kebawah. Wajahnya memerah, sudah siap untuk memecahkan tangis.

"Kenapa berhenti? Sudah lelah mengamuk?" Levan kembali membuka suara, tanpa ada niatan untuk membujuk. Ia hanya tak ingin bayinya kembali masuk sekolah sebelum benar-benar sembuh.

Mata bulat Lou langsung berkaca-kaca, hampir menumpahkan buliran bening. Dengan bibir mencebik, Lou segera meraih bantal dan membenamkan wajahnya disana.

Melihat tingkah Lou, Levan dibuat menghela nafas. Menajamkan pandangan begitu mulai mendengar suara isakan si bayi. Beranjak berdiri berdiri, ia pun membawa langkahnya menghampiri si bayi yang kini meringkuk hingga setengah tubuhnya tenggelam dalam hoodie.

"Loulou tidak suka Papa jahat, Papa juga tidak suka kalau Loulou nakal." Levan berhenti di samping kasur, mengulurkan tangan beruratnya untuk menarik tudung hoodie si bayi dari belakang.

Lou memberontak, saat tubuh mungilnya berhasil diangkat bangun oleh Levan. Dengan buliran bening membasahi pipi tumpah nya, Lou menatap sang Papa bak seekor bayi beruang yang siap menerkam.

Sebelah sudut bibir Levan terangkat. Menyelipkan tangan diantar kedua tangan si bayi, ia lalu segera mengangkat tubuh mungilnya yang memberontak agar duduk menghadapnya.

"Lou tidak mau sama Papa!" Lou berusaha menjauh, menggapai seprai kasur dengan kepalan tangan kecilnya. Namun, Levan lebih cepat mengangkat tubuh mungilnya kedalam gendongan dengan mudah.

"Humph!" Lou langsung membuang muka, bersedekap dada enggan bertemu tatap dengan wajah sang Papa. Bibir mungilnya kembali mencebik, dengan mata bulat yang masih berair.

Levan dibuat gemas, meraih pipi chubby si bayi ia lalu segera menciumnya, membuat bau susu strawberry yang melekat pada pipi itu langsung menyapa penciuman.

"Papa jangan cium-cium!" Telapak tangan kecil Lou segera menutup mulut Levan. Namun, sedetik kemudian tatapannya langsung berubah sengit, saat sang Papa justru beralih mengecup tangannya.

"AAAA! LOULOU TIDAK MAU SAYANG PAPA LAGI!"

✦◌✦

Ravel dan Lion telah rapi dengan seragam sekolah mereka. Sedangkan Lean, tampak menawan dengan kemeja hitamnya, jas yang harusnya dikenakan ia letakkan pada sandaran kursi. Ketiganya telah duduk pada kursi masing-masing, seperti biasa menunggu acara sarapan untuk di mulai.

LOUISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang