COMPLETED
Mengenai Seokjin yang tiba-tiba di mintai untuk menerima perjodohan dari seorang kolega ayahnya. Ia tidak suka dijodohkan, bahkan ia bisa saja menolak perjodohan tersebut. Namun Seokjin lebih memilih untuk menerimanya. Gadis penyuka bunga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"KARENA DIA ANAK KANDUNGKU!"
Degh
Leyla bahkan hampir kehilangan kendali dirinya bibirnya terbata bertanya "K-kau? Apa maksudmu?"
Seokjin menarik nafasnya berat, lalu menghembuskannya perlaham. Ia mencoba untuk tenang kembali. Melihat Leyla yang tampak terkejut itu pun membuat Seokjin kian frustasi.
Pria itu mengangguk, mengulum bibir sebelum kembali menatap istrinya lekat.
"Aku pernah tidur dengan seorang gadis yang bekerja di club. Aku mabuk dan tidak sadar melakukannya..." genggaman tangan Leyla kuat pada sisi bajunya. Ia menatap kosong walau begitu ia tetap mendengar penjelasan Seokjin yang sepertinya akan semakin menyakiti hatinya.
"Dia hamil dan aku tidak tau kalau dia hamil. Dia berusaha menghubungiku tapi ternyata mama sudah tau dan mama menghalanginya. Mama mengusirnya" Seokjin menunduk sebelum kembali mendongak menatap mata sendu itu.
"Pada akhirnya dia bunuh diri tapi kandungannya selamat. Aku baru tau setelah dia tiada dan bayi itu ditinggalkan dipanti asuhan. Dan anak yg kau lihat itu adalah bayi yang tinggal di panti asuhan itu, Ella. Dia anakku. Namanya Hwan. Maaf karena sudah tidak jujur padamu" sesal Seokjin, air matanya menetes. Leyla terluka, tapi ia juga sama.
Tubuh Leyla merosot dan tangisnya pecah. Sekarang dia harus bagaimana? Dia tidak mau anak itu tapi Seokjin mau anaknya? Apa Leyla egois tidak mau anak itu ada bersama mereka.
Seokjin ikut bersimpuh dihadapan Leyla, pria itu menarik lengan Leyla pelan "Ella, kumohon kita kembali dan biarkan Hwan tinggal bersama kita. Kumohon terima dia" Seokjin masin bersikeras dengan keinginannya.
Leyla menggeleng dan segera menepis tangan pria itu "Aku tidak mau, dia bukan anakku kenapa aku harus menerimanya!" Pekik Leyla mendorong Seokjin hingga pria itu sedikit terdorong membuatnya terduduk di lantai.
Seokjin kembali mendekat, pria itu menangis dan berusaha dengan apa yang ia inginkan "Ella mengertilajh. Aku kesulitan menjalani hidupku, aku merasa bersalah untuk semua hal yang sudah aku lakukan pada ibunya Hwan. Aku ingin menebus semua kesalahanku walau aku tau itu tidaklah mungkin. Tapi setidaknya aku ingin bisa membesarkan Hwan bersamaku"
Dengan sisa tenaganya Leyla kembali bangkit dan berdiri dengan kedua kaki yang rasanya masih lemah "Kalau begitu ceraikan aku dan pergi! Hiduplah bahagia dengan anakmu!" dingin Leyla menatap Seokjin kecewa.
Seokjin dengan cepat menggeleng, pria itu ikut bangkit "Aku tidak mau! Kita harus tetap menjalani pernikahan ini! Aku tidak mau bercerai!" Ia meraih tangan Leyla yang diam saja.
"Aku tidak mau anak itu!" ujarnya.
"Ella, mengerti-"
"Berhenti menyuruhku untuk mengerti kalau kau juga tidak bisa mengerti perasaanku!" marah Leyla menatap nyalang sang suami.
"Aku yakin kita bisa hidup bersama. Kita akan menata rumah tangga kita kembali-"
"PERGI!"
Seokjin menggeleng tanda tidak mau.
"AKU BILANG PERGI ATAU AKU AKAN MELUKAI DIRIKU SENDIRI!" ancam Leyla mengambil gunting terburu-buru dari dalam nakas didekatnya.
Mata pria itu menbulat, ia seketika panik"Jangan lakukan itu! Lepaskan gunting itu" Seokjin ingin meraihnya tapi langkah Leyla terus mundur.
"PERGI!"
"Baiklah aku pergi. Tapi lepaskan guntingnya, jangan menyakiti dirimu" pinta Seokjin lirih.
*****
Sudah seminggu berlalu sejak malam itu. Dan selama itu pula Seokjin tidak bertemu istrinya karena gadis itu terus menolak dan tidak ingin Leyla kembali meminta cerai, walau Seokjin sudah jelaskan. Jadi selama itu pula ia kembali ke apartemen tempat putranya tinggal.
Selama itu pula kondisi kesehatan Seokjin kian menurun. Ia stress memikirkan pernikahan dan anaknya. Mana bisa dia memilih salah satunya. Ia sudah menaruh rasa pada Leyla dan dia tidak mau meninggalkan istrinya itu. Sekeras apapun istrinya itu meminta.
Sedang Leyla hanya mengurung diri dikamar, tidak ada yang lega sedikitpun dari permasalahan rumah tangga keduanya. Leyla serius mencintai suaminya itu, bahkan ia sempat berfikir untuk kembali. Tapi kalau sudah begini Leyla harus apa?
Pintu kamar terbuka, menampakkan kakek yang tersenyum miris menatap cucunya yang menatap kosong jendela.
"Ella, ada yang ingin bertemu"
"Jika itu Seokjin, aku ti-"
"Bukan Seokjin nak!"
"Lalu sia-?"
"Ibu..."
Leyla melepas pelukan pada lututnya, ia menoleh pada asal suara yang memanggilnya ibu. Seorang anak kecil dengan tas ransel merah dipunggungnya. Anak itu, Hwan.
Bagaimana bisa anak itu ada disini? Si kecil mendekat tersenyum manis melihat Leyla, membuat Leyla mengerutkan kening bingung.
"Ibu..." Panggilnya lagi.
Leyla kesulitan menggerakkan bibirnya karena keterkejutannya. Mengapa anak itu memanggilnya ibu?
"Ibu, Hwan minta maaf sudah sering mengambil Ayah dari Ibu. Maaf sudah membuat ibu sedih" sesalnya
"Ibu jangan marah pada Ayah lagi. Ayah rindu ibu, ayah ingin ibu" katanya lugu.
#tbc
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Welcome home sayang.
Guys ga nyangka Lavender akan tamat. Sesuai apa yang udah aku bilang sebelumnya, lavender ini untuk Se..okjin sebagai sambutan dia pulang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.