TDH - 11

39.1K 1.2K 15
                                    

Cyinnn 🥺🥺
OMAYGATTTT, AKU LAGI MOOD BANGET HARI INI, JADI DOUBLE UP HEHEHHE 😍😍😍

Jangan lupa untuk follow authornya dulu sebelum baca!! Biar apa? Biar authornya makin semangatt nulis, terus upnya makin konsisten 🔥🔥

Follow dulu gak?!
Harus follow ya Cyinn, gak boleh jadi siders 🥺🥺

Jadi selamat membaca, jangan lupa ucapkan terimakasih untuk author yang baiknya seperti ibu peri inii 😌😌😌

DOUBLE UP LOH INI 🧚‍♀️🧚‍♀️

.
.
.
.
.

Markas menjadi tempat pelampiasan marahnya Algrarez. Cowok itu terus saja memberi tinjuan pada sebuah samsak yang berdiri kokoh di depannya. Jangan lupakan kedua tangan Algrarez yang sudah terluka parah, memar hingga mengeluarkan darah. Seluruh anggota Aodra pun tau, seperti apa marahnya Algrarez. Bahkan saat marah, Algrarez mampu membelah bumi menjadi dua. Mungkin jika bisa diibaratkan, marahnya Algrarez seperti itu.

Kalau sudah marah, maka akan lupa dengan segalanya, lupa diri juga. Tidak peduli sesakit apa luka-luka yang ia dapat dari meninju samsak, Algrarez tetap melakoninya. Meninju habis samsak itu.

"Kenapa lagi tuh banteng?" Kedatangan Kiran membuat yang lain mengalihkan atensinya kepada cowok itu sejenak.

"Gelud sama ayangnya." Kenzo menggeleng pelan, Algrarez memang tidak pernah pacaran. Tapi sekalinya jatuh cinta, malah yang ada menyakiti dirinya sendiri.

Kiran menghela nafas, cowok itu berakih duduk di sofa bergabung dengan yang lain. Meminum cola yang sudah dibuka, milik Benji. "Ngeri tuh, bisa remuk tangannya." Kiran menggeleng ngeri, dia benar-benar tidak habis pikir dengan Algrarez. Jika samsak itu adalah dirinya, pasti sekarang wajahnya bukan lagi babak belur, tapi hancur.

"Enggak remuk lagi, copot dah tuh tangan." Benji tadi sudah mencoba membujuk Algrarez untuk berhenti. Tapi, bukannya berhenti yang ada Benji malah jadi sasaran amukan Algrarez. Maka dari itu, dari mereka tidak ada yang berani menghentikan Algrarez. Daripada mereka sendiri yang jadi korbannya.

"Telfon Zanna gak, nih? Kasian banget gue liatnya." Meskipun Kenzo tidak yakin keberadaan Zanna disini akan meredakan amarah Algrarez. Tapi, setidaknya penyebab yang membuatnya marah ada disini. Siapa tau dengan melihat pujaan hatinya itu, Algrarez mau berhenti. Kalau benar berhenti sih, itu sebuah keajaiban.

"Biarin, ntar juga berhenti sendiri." Gabriel yang sejak tadi diam hanya menonton perkelahian antara Algrarez dengan si samsak itu pun akhirnya angkat bicara.

Benji bergidik ngeri melihat Algrarez yang benar-benar menghabisi samsak sampai habis. Cowok itu meluapkan amarahnya habis-habisan kali ini. "Ngeri gue liatnya, takut nyeruduk gue." Jangan lupakan sebutan Banteng yang mereka ucapkan saat Algrarez marah. Nyatanya begitu, kok. Algrarez kalau marah memang seperti banteng yang sedang mengamuk suka seruduk sana-sini.

Kenzo tertawa kecil, "Cinta bikin dia sampe segitunya, ya?"

"Bagi dia mungkin cinta itu harga diri." Cukup lama Gabriel memperhatikan bagaimana marahnya Algrarez. Dan semua itu, Gabriel simpulkan bahwa ada hal lain yang membuat Algrarez marah.

Bukan karena Zanna, tapi karena dirinya sendiri.

Kenzo berdecak, "Salah! Cinta itu perasaan."

Kiran tersenyum tipis, "Cinta itu cuman omong kosong. Kalian berharap apa sama cinta?"

ALGRAREZ || The Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang