"Gavin kenapa kita naik ke lantai 2?" Aneska menahan pergelangan tangan Gavin.Saat ini mereka sudah berada di kediaman Gavin.
Gavin menoleh datar pada pergelangan tangannya yang ditahan. Sadar dengan perbuatannya, Aneska melepaskan tangan Gavin. Pria itu melanjutkan menaiki tangga, melihat hal itu membuat jantung Aneska mulai memompa dengan cepat.
ia dengan ragu mengikuti langkah Gavin.
mereka masuk tepat pada kamar pria itu. Aneska memandang kamar Gavin, kamar dimana Aneska menyerahkan keperawanannya pada Gavin.
Ia menelan ludahnya dengan susah, teringat bersetubuh dengan pria itu diatas ranjang king size-nya.
"Tutup"
Aneska menoleh cepat pada Gavin yang sudah menganti pakaiannya menjadi lebih santai, pria itu sudah tidak memakai seragam sekolah mereka melainkan celana pendek dengan kaos hitam.
"Tutup" Gavin menyadarkan Aneska yang melamun.
Aneska berkedip bingung tapi tetep mengikuti perintah Gavin.
Ia melangkah pada Gavin yang sudah duduk pada kursi belajar pria itu. Gavin terlihat sibuk mengeluarkan buku beserta alat tulis lainnya. Pria itu berniat melanjutkan tugas mereka yang tertunda kemarin.
Aneska melirik sekitar, berharap menemukan kursi lainnya untuk dirinya.
"Gue duduk dimana?" tanya Aneska karena tidak menemukan kursi lainnya.
pria itu tidak menanggapi pertanyaan Aneska, ia malah sibuk mengerjakan tugasnya. Melihat Gavin yang bergeming membuat Aneska semakin bingung.
"Em m-mungkin gue diruang tamu aja" Aneska tersenyum canggung dan akan melangkah mundur tapi Gavin malah menghentikannya.
"Sini" Pria itu memundurkan kursi belajarnya yang memiliki roda.
Aneska menoleh "Ha?"
ia memandang Gavin bingung " Dimana?"
Pria itu menjawab dengan gerakan matanya, menyuruh Aneska untuk duduk di pangkuan Gavin.
Aneska dibuat semakin bingung, apakah Gavin ingin mengerjai dirinya? tidak mungkin mereka belajar sambil duduk di kursi yang sama.
"Sini" Gavin akhirnya mengeluarkan suara, ia juga menepuk pahanya untuk memperjelas.
Aneska mengigit bibirnya, merasa tidak nyaman dan curiga pada Gavin.
"Buru"
Dengan langkah pelan akhirnya Aneska duduk pada pangkuan pria itu
"Sampai mana punya lo?" Tanya Gavin sambil memeluk dan mengelus perut datar Aneska, pria itu juga sesekali mencium leher Aneska dari belakang.
" ini nomor 5 tinggal satu lagi punya gue" Aneska berusaha agar tidak berteriak. Perlakuan Gavin membuat bulu kuduk Aneska naik.
"Hm, paham?"
Aneska memandangi soal terakhir miliknya, jika ditanya paham dirinya juga ragu. Ia kemudian menoleh pada milik Gavin yang sedikit lagi akan selesai.
"gue ragu"
"Ragu?"
Aneska mengangguk " Gue lupa rumusnya"
Gavin melihat soal Aneska, sejenak ia mengangguk paham. "Mudah kok" Ucapnya.
Aneska langsung menoleh cepat kebelakang, Ia menatap sinis Gavin. Bagi pria itu yang sudah menang olimpiade science berkali-kali mungkin mudah tapi baginya itu termasuk soal yang sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN 21+
RomanceGUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, orang-orang bahkan menganggap dia adalah anak yang ansos. Gavin merupakan satu-satunya pewaris keluarga...