11

225K 1.7K 8
                                    

VOTE

*****

"Ayo"

satu ucapan yang keluar dari mulut Gavin berhasil membuat kelas yang semula berisik menjadi diam.

Gavin berdiri tepat di samping meja Aneska sambil mengendong tasnya.

Seluruh atensi kelas hanya terfokus padanya tidak terkecuali Aneska, Wanita itu menelan kasar salivanya, ia menatap Gavin. Saat ini kelas sudah selesai dan waktunya mereka pulang. Tapi Gavin yang tidak pernah mengajak siapapun berbicara membuat seluruh kelas terkejut. Siapa yang tidak tau kalau Gavin sangat cool dan ansos.

"Tugas Bu Sitti belum siap, ayo kita siapkan" Ucap Gavin.

Aneska tersenyum kaku dan melirik seluruh kelas.

"I-iya gue nyusul" Ucap Aneska takut dengan semua pandangan seluruh kelas termasuk Anna yang seperti meminta penjelasan.

Gavin tidak memperdulikan ucapan perempuan itu, ia tetap berdiri disamping Aneska menunggu perempuan itu mengemasi barang-barangnya.

Karena situasi kelas yang tetap hening, Aneska akhirnya mempercepatnya gerakannya dan berdiri kemudian keluar dengan cepat dari kelas.

Ia meninggal semua orang yang menatapnya termasuk Gavin yang menunggu nya.

Gavin tidak peduli dengan kelas, ia mengantongi tangannya dan berjalan santai menuju Aneska.

Setelah berada diluar ruangan, Aneska berhenti dan menahan rasa sakit di area selangkangannya. ia tidak seharusnya berlari.

"Makanya jangan lari"

Aneska melirik pria yang menjadi penyebab dirinya kesakitan. Ia melirik sinis pria itu. Ini semua ulahnya, kemarin pria ini tidak cukup hanya doa ronde. Ia terus menggenjot dan menggenjot Aneska hingga jam 7 malam dan pada akhirnya Aneska memohon ampun dan membujuk Gavin akan melanjutkan besok saja.

Pria ini seperti pria hyper saja.

"sini gua tolong"

"Gak! jauh-jauh dari gue dasar pria sinting" Aneska menepis tangan Gavin yang akan menolongnya.

Gavin tidak ambil hati ucapan Aneska karna dirinya juga sadar diri, Aneska seperti itu juga karena ulahnya.

Aneska melanjutkan jalannya dengan pelan dan hati-hati. Ia tidak mau orang-orang memperhatikan mereka.

Ia mulai menyesali perbuatannya, tidak seharusnya dia nekat mencium pria itu kemarin siang. Jika ia bisa menahan pasti tugas mereka sudah selesai dan dia tidak harus berurusan dengan pria aneh itu.

Tapi tidak di pungkiri Aneska juga menikmatinya, Aneska menggeleng kuat. Pikiran aneh kemarin mulai memasuki otaknya.

"Nes kok Lo pincang?"

Aneska menoleh pada seseorang yang mengajaknya berbicara. Itu adalah Harist, ingat si ketua geng?

Ya Harist adalah mantan SMP nya yang sampai sekarang masih gamon dengan Aneska. Aneska memutuskan Harist karena pria itu selingkuh. Tapi saat ini Aneska lebih terlihat memusuhi Harist dan Harist yang berusaha mendekati Aneska.

"Apaan sih Lo! Jauh jauh dari gue" Ucap Aneska ketus.

"Yee kasar amat sih neng padahal gue baik niat nolongin Lo"

"Gue ga butuh bantuan Lo sana jauh-jauh"

"Tapi Nes-"

"menjauh dari cewe gua"

Aneska dan Harist kompak menoleh pada sumber suara. Gavin berdiri didekat mereka. Harist mengerjapkan matanya, ia tidak salah dengar kan?

"Menjauh atau DO dari sekolah ini?"

Harist membelalakkan matanya begitu juga dengan Aneska.

"Wah wah santai men oke oke fine gue pergi" Tepat setelah berucap seperti itu Harist pergi meninggalkan mereka berdua.

Gavin menoleh pada Aneska yang menatap kepergian Harist. "Lo ga lupa kan sama ucapan gua kemarin?" Tanya menaikan sebelah alisnya.

Aneska menelan salivanya "Gue ga cewe Lo dan dia yang dekatin gue" Ucap Aneska membela dirinya.

Gavin menunduk mensejajarkan wajahnya mereka "Lo. cewe. gua. paham sayang?"

Aneska tidak berani menatap manik Gavin, entah mengapa ia takut dengan sifat Gavin yang otoriter.

"Ayo" Gavin menggenggam tangan Aneska dan menarik paksa gadis itu.

"Gavin pelan" Aneska hanya bisa memanyunkan bibirnya melihat sifat Gavin yang tidak terbantahkan. Pria itu akhirnya memelankan langkah nya setelah melihat wajah manis Aneska. Sial ia teringat wajah terangsang Aneska.

Mereka berjalan pelan menuju parkiran dan tanpa sepengetahuan mereka seluruh kelas 10 science memperhatikan interaksi mereka.

mereka memang tidak mendengar percakapan Aneska dan Gavin tapi tetap saja mereka terkejut dengan perubahan sikap Gavin yang seharusnya sangat mustahil disentuh.

GAVIN 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang