CHAPTER 36

37.6K 2.7K 72
                                    

Waktu bergulir begitu cepat, pada hari senin pagi, Nola menikmati sarapan dengan perut mulas tak tertahan. Baru tiga suapan, ia seakan tak sanggup lagi untuk menelan. Selain sesaknya lilitan rok kebaya dipinggang, ia juga harus berhati-hati agar tak merusak riasan.

"Udah ndak perlu dipaksa. Minum aja vitaminnya!" kata Eyang memerintah saat menyaksikan sang cucu meletakkan piring yang isinya masih penuh ke sisi meja.

Mendengar itu, Nola menurut lalu meraih vitamin yang sudah disiapkan Gayatri. Meskipun nanti tak melangsungkan resepsi, jangan sampai calon pengantin tumbang sebelum akad dimulai.

"Rombongan Malik udah pada datang," ujar Gayatri menginterupsi ketika masuk ke kamar. Perempuan paruh baya itu tampak anggun dengan kebaya modern yang membalut tubuhnya.

Sejenak jantung Nola berdebar, detik-detik yang dinantikan segera tiba.

"Cantik," puji Gayatri sambil menbenarkan helaian rambut milik Nola yang menjuntai.

Sesudahnya, Gayatri menggenggam jemari sang anak, lalu memandang penuh keharuan. Kini Nola terlihat segar dengan kebaya putih tulang, ditambah riasan natural. Sangat cantik dan menawan. MUA pilihan calon besannya benar-benar patut diandalkan.

"Maaf, lagi-lagi yang menjadi wali bukan ayah kandungmu. Tetapi, yang harus kamu ingat, ada Mama yang akan selalu mendukung penuh pernikahanmu."

Teringat kembali mengenai orangtua, Nola tersenyum kaku menanggapi perkataan ibunya. Sebagai anak, sesakit apapun batinnya, pada akhirnya berbakti yang menjadi utama. Menghubungi sang ayah hanya bermodal kirim pesan, walau berakhir belum mendapat balasan, setidaknya ia berusaha meminta izin dan memberi kabar.

"Setiap saat Mama selalu berdoa, semoga Allah menjaga kamu dari fitnah dunia. Saat ini, di situasi tidak memungkinkan kamu harus mengalami pernikahan yang kurang spesial," ungkap Gayatri menyayangkan. "Tetapi, begitu melihat perjuangan Malik dan calon mertua kamu, Mama rasa tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan."

Sesungguhnya, Nola juga merasa sedih saat akad yang sudah direncanakan secara matang justru menjadi putar haluan. Jika di awal kesepakatan mereka akan melangsungkan ijab kabul di masjid, harus berakhir kandas begitu mengetahui media mulai memanas. Jalan satu-satunya agar terhindar dari sorot kamera, akad nikah dilaksanakan di kediaman mempelai wanita. Rumah milik eyangnya.

"Ini udah menjadi pilihanku. Insyaallah, aku mampu," jawab Nola begitu tenang.

Mengerti putrinya lebih dari kata bijak dan dewasa, Gayatri tersenyum hangat sebelum membuka suara. "Syukurlah, kalau gitu Mama ke depan dulu, ingat kamu belum boleh keluar, kalau Mama belum panggil."

Nola mengangguk kemudian menoleh. "Eyang bakal awasin aku."

Diperhatikan kembali setelah dialihkan demi menghargai perbincangan anak dan cucu. Ekspresi Eyang terlihat terharu.

"Wes sana sambut tamumu," usirnya.

Menyaksikan sang ibu kembali ketus, Gayatri tersenyum tipis, sebelum benar-benar meninggalkan anaknya itu.

****

Keluarga Malik datang lebih cepat satu jam sebelum akad. Terhitung ada empat mobil yang mengiringi kedatangan mereka. Di teras depan, Hasta serta beberapa bapak-bapak menyambut kehadiran keluarga mempelai pria.

Malik tiba menggunakan busana yang sangat serasi dengan kebaya Nola. Namun, ada yang berbeda dari penampilannya. Gaya rambut slicked back undercut benar-benar mengubah fitur wajahnya. Ia terlihat lebih rapi dan segar.

Tak kalah menawan, area dalam ruangan milik kediaman Eyang juga terlihat luas dan lapang. Kursi dan sofa tentu sudah dipindahkan. Yang tersisa kini karpet lembut nan tebal membentang, dekorasi bunga serta meja untuk akad menambah kesan indah bagi yang memandang.

Let It Flow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang