Happy Reading.
Di balik selimut tebal yang membungkus tubuh Yasha, pandangannya menatap ke arah Nathan di seberang. Lelaki yang sedang menata penampilan di depan cermin besar itu menampakkan begitu kontrasnya penampilan Yasha dan Nathan pagi ini. Oh jelas saja, Nathan sudah siap dengan jas yang membungkus tubuhnya sedangkan Yasha masih bergelung di selimut.
"Bimbingan siangmu jangan lupa."
Yasha tersenyum ketika Nathan memandangnya lewat cermin. Ia mengedipkan mata pada lelaki itu kemudian berkata, "Mana mungkin aku ngelewatin waktu buat dengerin bimbingan dari mantan asdos yang ganteng ini."
Nathan berbalik pada Yasha yang sudah merentangkan tangan padanya dengan wajah meminta kecupan. "Nggak ada," tolaknya membuat Yasha manyun seketika.
"Morning kiss?"
"Aku nggak ciuman sama orang yang belum sikat gigi."
"Mau sikat gigi dengan daddy, eung~"
Kadang Nathan tak menyangka bahwa mahasiswa pendiam yang menjadi salah satu penerima bantuan pendidikan itu bisa bertindak senakal ini. Tindakan Yasha jelas berbeda dengan kelakuannya ketika berada di kampus. Jelas saja, ia tak akan seberani itu mempublikasikan pekerjaannya di sana kecuali dia bersiap untuk ditendang dari daftar penerima bantuan.
"Mandi, Yasha."
"Aihh..."
Anak itu mendengus asal. Ia berdiri dari atas ranjang dengan tubuh telanjang, kakinya yang berniat mengentak dihentikan sebab rasa perih masih menyebar di bagian belakang tubuhnya bahkan kakinya pun terasa kram sekarang. Namun Yasha berhasil menipu Nathan seolah ia tak merasakan apa pun meski ya, ia kesakitan.
"Nanti aku pulang."
"Nanti?" beo Yasha mengintip di balik pintu kamar mandi meski tak ada gunanya sebab ruangan itu di design Nathan menjadi transparan.
"Pulang kerja."
"Makan bersama ya?"
Alis Nathan mengerut membuat Yasha menyebikkan bibir padanya, gaya dia sedang memaksa supaya malam ini mereka bisa makan malam di luar.
"Mau ya?"
Mengembuskan napas berat, Nathan pun mengangguk pelan menimbulkan reaksi bahagia dari Yasha yang sudah mengedip genit padanya. Ketahuan sekali bahwa domba kecil yang nakal itu sedang menggodanya.
"Nath," sebutnya membuat Nathan menoleh padanya lagi.
"Apalagi Yasha?"
"Mau mandi bareng nggak?"
"Jangan ngaco. Aku harus ke kantor."
Yasha tertawa kencang sampai-sampai wajahnya merah karena melihat perubahan dari Nathan. Yasha cukup paham bahwa lelaki dominan itu sudah terangsang sejak ia berjalan tanpa beban dengan telanjang di depan Nathan. Oh lihat saja sekarang bagian selatan celananya yang menggembung. Ia cekikikan begitu lama mengabaikan perubahan wajah Nathan yang mulai sangar.
"Masuk dan mandi, Yasha."
"Kayaknya kamu harus ganti celana deh, sempit ya celananya?"
"Yasha."
Yasha mengangkat tangan kemudian menutup pintu tak lagi menggoda Nathan. Kakinya berjalan menuju ke arah cermin dalam ruangan, menelisik bekas merah pada leher dan sekujur tulang selangkanya. Ini bukan sebuah bekas ciuman sebab Nathan tak sekalipun pernah meninggalkan kissmark pada tubuh Yasha.
Yasha menyentuh lukanya yang terasa perih, bahkan sampai memerah seperti ini pun Nathan tak melakukan apa pun seolah-olah dirinya bukan hal penting. Padahal dibalik itu, semestinya Yasha mendapatkan pengobatan atas luka yang diberikan oleh Nathan.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGES | JAEMYANG
FanfictionKisah satu malam itu mengubah segalanya; tentang cinta dan kesakitannya