Broken Heart

95 9 7
                                        

Kaki yang sudah lemas itu, masih ia paksa untuk mengikuti ketiga orang tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki yang sudah lemas itu, masih ia paksa untuk mengikuti ketiga orang tersebut.

"Ayah, mau itu... mau balon yang warna biru boleh tidak?"

Jantung Leyla mencelos, tepat saat kata 'Ayah' itu keluar dari bibir anak kecil itu, tubuh Leyla sontak berhenti ditempat. Ia tak bisa melanjutkan langkahnya lagi. Hatinya bak diremas, punggungnya bak dihantam benda berat. Yang bisa ia lakukan adalah menerima segala pemandangan menyakitkan yang dilakukan oleh ketiga manusia yang tak jauh dari pandangannya. Bagaimana Seokjin tersenyum pada dua atensi lain yang ada disampingnya. Bagaimana Seokjin lembut saat berbicara pada wanita yang agaknya lebih muda darinya? Dan bagaimana bisa Seokjin tertawa selepas itu saat dengan mereka? Namun kenapa tidak dengan Leyla?

Nyaris tubuhnya yang sudah lemas jatuh saat itu juga, namun seseorang menahannya. Leyla lantas menoleh dan mendapati Yumi yang tersenyum licik disana. Gadis muda itu lantas menarik Leyla kasar untuk menghadapnya.

"Bagaimana kak? Apa perkataanku tempo hari bisa diacungi jempol karena ternyata itu adalah sebuah fakta?" Yumi tersenyum pongah.

Leyla dengan mata merahnya sudah geram, ia kuat-kuat menahan genggaman tangannya disisi bajunya.

"Lihat suamimu itu dan anak yang ia genggam dengan wanita itu. Jika kau tau, ini sangat mirip saat dulu papa dan mamaku jalan bersama dan ada aku ditengahnya...."

Mendengar itu Leyla semakin mengeratkan jemarinya "Tapi sebuah fakta mengejutkan adalah mamamu yang saat itu melihat kami malah terkejut, berlari dan darrrrrr..." katanya menyerukan suara keras.

"Ibumu tertabrak dan mati!" Yumi tertawa keras bak iblis tepat setelah itu tubuh Leyla jatuh. Gadis itu terdiam dengan mata membulat, bibirnya bergetar dan jemarinya menyentuh dadanya yang sakit luar biasa

"Jadi bagaimana hidup dengan rasa bersalah seolah kau yang menjadi penyebab kematian ibumu? Dan bagaimana hidup dengan papa yang selalu menyalahkanmu?" Yumi masih terus mengatakan fakta yang menjadi kesakitan luar biasa baginya.

Mengapa gadis ini menjejalnya tanpa ampun?

Kini Yumi merendahkan tubuhnya untuk melihat dengan jelas Leyla yang sudah kalang kabut. Mata yang sudah memerah itu akhirnya mengeluarkan air matanya juga.

"Sekarang gunakan otakmu itu kak?" setelah mengatakan itu Yumi dengab kasar menarik telapak tangan Leyla dan mendepak kasar sebuah amplop tepat di atas telapak tangan Leyla.

Tak menjelaskan apapun mengenai amplop tersebut, ia dengan senyuman liciknya berujar "Setidaknya bukan hanya aku yang merasa sakit karena mamaku, kau juga harus merasakan sakitnya kak"

Gadis itu menangis diam dengan sakitnya, kuat-kuat ia mengulum bibir agar tak menjadi pusat perhatian. Yumi yang melihat itu benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Bahagia manakala sakit hatinya bisa perlahan terbalaskan. Ia mendekatkan bibirnya pada telinga Leyla, hendak membisikkan sesuatu.

Lavender | Kim Seok-Jin | END || BELUM REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang