Ketika Fang ingin memasuki dapur untuk mengambil donat lobak merah, keberadaan Kaizo seketika menghadangnya dari melakukan hal demikian. "Tunggu."

"Jam kalian sudah difungsikan lagi. Kuasa itu bahkan sekarang bisa digunakan kapan saja. Kau bisa kembali bekerja seperti biasa bersama tim besok dengan lebih leluasa dan terjamin, tetapi temani Hali dulu," ucap Kaizo memberikan informasi yang lantas membuat Fang antusias. Sebelum Fang dapat menanyakan ke mana destinasi mereka nanti, Kaizo kembali berkata, "Pang, bersembunyilah dulu nanti. Kau tak perlu menunjukkan dirimu."

Fang bingung dengan arahan dari Abangnya. Ia dan para elemental memiliki hubungan baik sebagai teman. Mereka sering bersama ketika masih kecil. 

Ia tidak mengerti alasan dibalik keharusan bersembunyi dari mereka. Meski begitu, Fang tidak berani melawan. Ketika ia mengikuti Hali ke pemukiman tempat mereka biasa tinggal lah baru ia mengerti alasan dibalik itu semua.

"Kenapa kau menyebutnya sebagai uang yang kau kirim?" Fang bertanya-tanya dengan maksud dari Hali.

Ia memang tidak sepatutnya bertanya sekarang. Setelah melihat bagaimana Hali bertingkah di depan para elemental, Fang tidak percaya akan nada bicara yang lebih lembut dan diri yang membiarkan untuk dimaki-maki.

"Kenapa tidak mati saja sih?"

"Pergilah sebelum kami semua membabi buta."

Ia ingat betul bagaimana Hali memarahinya kemarin. Fang dan Hali memang tidak ada hubungan apa-apa selain sahabat yang tak akur, tetapi tidak bisa dipungkiri ia khawatir dengan tingkah Hali yang seketika melemah di depan mereka.

Fang mengerti kenapa mereka bertindak demikian. Ia pun mengingat momen kemarin di mana ia hampir meremukkan lengan Hali karena kekesalan yang tak bisa ia bendung.

Fang bisa saja memberikan penjelasan, tetapi ia tidak bisa ikut campur ketika Hali sendiri tak mencoba untuk menyelesaikannya.

Hali berjalan keluar dari rumah itu dengan tubuh yang bergemetar. Melihatnya yang bahkan tidak memandang ke atas membuat Fang gelagapan.

Fang pun berjalan menghampiri Hali yang keberadaannya seketika disadari dengan mudah. "Kau tidak apa?"

Hali mengangkat kepalanya dan memandang miris pada Fang. 

"Menurutmu?"

"Uh, anu, apa kau tidak akan menceritakan apapun pada mereka?" tanya Fang dengan penuh simpati, mencoba mengganti topik. 

Hali menggeleng cepat. "Tidak bisa." Ia sebenarnya berencana membuka suara, tetapi mereka sama sekali tidak membiarkannya. "Aku sudah membuat mereka berhutang besar, Fang. Aish! Aku bahkan tidak bisa memberi mereka kehangatan, tetapi setahun ini aku justru menyengsarakan mereka," balas Hali panjang lebar.

Ia kesal dengan dirinya sendiri.

Fang bingung mendengar balasan itu. "Hali ... kau kan korban. Aku bisa membantu menjel--"

"Tidak usah!" Hali memotong ucapan itu dengan lantang. "Bagaimanapun juga, mereka sengsara karena dendam dari pria itu padaku. Bahkan jika mereka memaafkan setelah mendengar kenyataan pahit itu, apa kau pikir aku bisa membuat mereka bahagia?" tanya Hali yang seketika membuat Fang kehilangan kata-kata.

Hali melihat pergelangan tangan Fang, pada jam kuasa yang sudah menyala dengan begitu gemerlap. Hali pun memegangnya dan memandang kembali pada Fang yang menunjukkan raut wajah prihatin dan heran secara bersamaan. "Ada apa?"

"Kalian pa--"

"Hali!" Belum sempat Hali menyelesaikan kalimatnya, jendela kamar suatu ruangan di rumah itu terbuka lebar. Mereka bahkan tidak ada waktu untuk memberikan reaksi ketika tubuh tinggi seorang pemuda memeluk Hali dengan erat.

Fang terdiam memandang Solar yang meneteskan air mata, membuat perasaan prihatin itu berubah menjadi jijik. "Hah ... si gila eksperimen ini menangis? Wah, dunia sudah berakhir--aw!"

Solar langsung memukul kepala Fang dan memandangnya sinis selepas mendengar ucapannya. "Kenapa pesanku tidak pernah dibalas, Li? Kau kemana saja?!" tanya Solar sangat khawatir dan bertingkah seakan tidak ada Fang di sini. 

Ia tidak terlihat marah sama sekali. Wajah yang mengukirkan perasaan rindu benar-benar sulit dipercaya oleh keduanya.

Hali bahkan membeku mendapati kehadiran Solar yang masih menyambutnya dengan begitu antusias. "Hali?"

Fang menggoyangkan tubuh Hali dan membuat pemuda itu menutup wajahnya. 

Hali mengintip dari sela-sela jarinya. Ia tidak percaya masih ada elemental yang mau menyambutnya bahkan tanpa ia jelaskan tentang masalahnya.

"Bagaimana harimu?"

My Unread MessagesWhere stories live. Discover now