part 4

737 34 5
                                        

"Iya sayangku yang ga cantik sama sekali"

"Ish kok gitu"

"Kan emang kamu ga cantik"jawabku dengan begitu jujur.

Ya memang benar kan, wanita di sampingku ini memang tidak begitu cantik, tidak secantik Mawar. Ini si mawar kenapa sih ga dateng-dateng untuk ambil motor.

"Iihh nyebelin, bodo ah" keluhnya yang menyadarkanku dari lamunanku.

Sudah ku duga kan, wanita ini tidak seru, oh iya. Aku belum cerita kalau aku sudah dapet pacar baru sekarang. Iya dong, kan setiap hari wanita-wanitaku ganti.

Aku bukan belagu, aku bukan permainin mereka, aku cuma heran. Sepertinya wanita-wanita yang menjadi pacarku itu sama, entah sama sifatnya, atau emang akunya aja yang suka sama cewe yang typenya itu-itu aja. Tapi kayanya engga ah.

Apa aku yang salah, apa karena aku semua cewe jadi sama?, atau apa cuma sama aku ya, cewe -cewe bersifat sama. Emangnya gue ngapain mereka, sampe begitu.

"Kenapa sih, cewe-cewe kayanya bawaannya marah terus kalau ngomong sama gue"

Omaygat gue keceplosan.

Dia. Sandra. Sekarang Sandra menatapku dengan tatapan ganas, apa semua wanita punya tatapan sejahat ini?

"Kamu ngomong apa?"Tanyanya hmm. Mungkin dia tau aku panik sekarang, ko lebay sih? Ditanya cewe aja panik.

"Ya.. yaaa... emang aku bener kan, kenapa kayanya semua cewe marah-marah mulu sama aku, aku merasa tersakiti tau ga, seolah semua salah aku, kenapa cewe gabisa lembut kalo diajak ngomong sama aku" jawabku dengan sok-iye

Ciaelah tersakiti bahasanya. Cewe banget gueeee....

"Hidih, ya kamunya aja nyebelin kerjaannya ngeledek terus, gimana orang ga kesel lah" dia lebih ganas lagi sekarang.

"Aku ga nyebelin, aku cuma jujur. Bukannya bagus, tandanya aku gabohong kan , kan dalam hubungan kita harus saling jujur"

"Jujur apanya, jujur ko nyakitin"

"Ya emang jujur mah nyakitin, kamu maunya di bohongin terus sih"

"Tapi kamu lebih terkesan ngeledekk...."

"Ya mana ak--"

Tingdong....

Wah bunyi, jangan bilang itu mami, mampus deh kalau mami liat aku udah ganti cewe lagi, tapi kalau mami, ngapain pake pencet bel segala.

Tingdong.. ti.. ti. ti.. ting.. tingdong. Tingdo...ti.. ting... ting... tingdong....

Bagus, orang di luar sana malah mainin belnya. Kalau sampe belnya rusak, gue eksekusi ini orang.

"Iya bentar, jangan di teken terus belnya...... allahuakbar
.."omelku sambil berjalan membuka pintu dan kali ini sudah mulai membukakan pager. Pagar ini sangat besar dan berat, jadi aku belum tahu siapa tamuku yang iseng ini. Sudah berhasil ku dorong pagernya dengan sekuat tenaga, tapii....

"Yaelah mawar, gue kira tamu penting mami atau ga papi daddy, dan kirain bawa mobil, malah udah gue buka lebar pagernya." Keluhku frustasi.
Yaiyalah, orang cape.

"Lonya aja yang bego, orang mah liat dulu siapa tamunya, udah asal buka pager gede -gede aja"

"Ya kalo lo gapake kendaraan kesininya, ya lewat pager yang seb---" ucapku terhenti, sesekali aku memandang mawar, sesekali aku memandang pager yang masih di gembok ini.

"See... pagernya di gembok, kalau ga digembok juga, gue udah masuk dari awal tanpa nunggu lo"

"Hmm gitu ya" kataku dan aku diam sejenak untuk berfikir, sementara mawar memandangku dengan bingung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Just the way I amWhere stories live. Discover now